Lihat ke Halaman Asli

Erkata Yandri

Praktisi di bidang Management Productivity-Industry, peneliti Pusat Kajian Energi dan pengajar bidang Efisiensi Energi dan Energi Terbarukan pada Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan, Universitas Darma Persada, Jakarta.

Seberapa Kusamkah Wajah Kampus Kita? Sebuah Ulasan untuk Topik Utama Majalah Tempo Edisi 30 Januari 2021

Diperbarui: 26 September 2021   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo: depositphotos.com

Tiba-tiba teman saya yang jurnalis itu kirim “WApri”. Dia kirim beberapa screenshoot artikel. Topik utama dari Majalah Tempo yang terbit pada Edisi 30 Januari 2021. Judulnya, “Wajah Kusam Kampus”. Cover depannya sosok manusia berwajah tikus, mengenakan toga, pakaian kebesaran guru besar. 

Chatnya teman saya itu begini, “Apa tidak tertarik menulis opini tentang ini?”. Jiwa jurnalismenya melihat ini merupakan topik yang bagus untuk sebuah tulisan opini. Dia bujuk saya untuk menerimanya. Tujuannya bukan untuk menyerang rekan se-profesi. Dosen atau peneliti. Jadi, tidak usah kawatir, katanya. Anggap saja ini sebagai suatu pencerahan bagi masyarakat awam.

Tampaknya dia belum puas dari diskusi kami sehari sebelumnya. Di situ nimbrung si “bu prof”; “pak dirut” yang punya kafe itu dan dulunya sempat jadi dosen tidak tetap di beberapa kampus di Padang; dan juga ada teman yang punya pabrik bahan bangunan di Tangsel itu. Oh ya, nama grup kami “chiex thiego”. 

Kedua kata itu sebenarnya keren-kerenan dari Bahasa Minang supaya terlihat seperti Bahasa Inggris. Kata “chiex” maksudnya “ciek” yang artinya “satu”. Sedangkan “thiego” maksudnya “tigo” yang artinya “tiga”. Jadi dulunya kami dari kelas 1 ke-3 dari 11 kelas paralel seangkatan kami. 

PostingL

https://erkatayandri.com/seberapa-kusamkah-wajah-kampus-kita-sebuah-ulasan-untuk-topik-utama-majalah-tempo-edisi-30-januari-2021/

Terakhir saya balas chat dia, “Oke, saya terima tantangannya”. Lalu, saya langsung tulis opini tentang ini”. Maka, jadilah seperti yang anda baca saat ini. Mohon maaf jika ada kesalahan dari yang saya sampaikan. Maklumlah, masih belajar dalam memahami seluk-beluk publikasi ini.

Saya tidak mau terlibat ke isu yang sedang hangat dibahas. Tentang “self plagiarism”, seperti yang diangkat TEMPO. Lagi pula, kapasitas saya juga bukan di situ. Lebih pas kalau saya fokuskan ke permasalahan publikasi saja. 

Menurut teman saya itu, permasalahan publikasi sengaja diangkat sebagai dalil-dalil pembenaran untuk menghindari kewajiban menulis jurnal. Sepertinya ada kaum yang anti jurnal internasional. 

Scopus tentunya! Awam yang tidak paham mengenai publikasi, pasti mengira bahwa jurnal itu negatif. Buruk. Tidak bagus. Pokoknya tidak banyak gunanya! Benarkah begitu? Entahlah! Maka, ini yang perlu diluruskan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline