Lihat ke Halaman Asli

Facebook: Pencabul Anak-anak Bergentayangan

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbuatan cabul terhadap anak2 menjadi epedemik yang merajalela, dan sangat sulit di tanggulangi. Mengapa? Karena sudah mengglobalisasi. Menurut laporan terakhir dari Nicolas Savage, assistant security Cchief of the FBI's cyber division, " Mereka bisa bertemu dalan jaringan sosial dengan pencabul2 lainnya, dengan demikian mereka merasa bahwa tindakan mereka benar." Lanjutnya, " Mereka memulai jaringan network saling memberikan foto, dan informasi terhadap korban2, termasuk rumah, alamat, dan foto2."(click disini) Di AS sendiri, para aparat kepolisian mulai melakukan operasi menjaring dan menganalisa seberapa jauh jaringan para pencabul ini. (click disini) Fakta yang perlu kita ketahui sebagai orang tua, wali, dan guru, sehingga kita dapat mengetahui dan mencoba melakukan pencegahan dini. -Definisi Child Sexual Abuse secara umum adalah, berkisar dari seorang dewasa/ ataupun seorang yang dominan yang memaksa; merayu; menipu dengan cara apapun terhadap anak2 untuk melakukan kegiatan seksual. Ini termasuk, mencumbui, meraba2, mengelus2 bagian yang sangat tidak pantas, mastubasi, oral sex, sampai menggunakan alat2 electronik dalam aksi cabulnya. Dan yang paling berbahaya, adalah merayu anak2 untuk melakukan adegan, berpose, bermain2 sex, melalui video, internet, camera. Baik bergrup atau pun sendirian. -Setiap anak terutama anak yang memasuki masa pubertas, baik dalam golongan biasa, sampai ke golongan orang kaya, tidak mengenal suku, agama, bangsa. -Statistik di AS, menunjukan sebagian besar korban adalah anak2 perawan. -Jika anak laki2, biasanya tidak akan melaporkan bencana yang dialaminya. -Dengan era jaringan sosial seperti Facebook, kebanyakan anak2 tergoda, mungkin karena dorongan teman2 dan merasa trend nya, mencoba untuk berpose atau mulai ingin tahu mengenai seksualitas. Mereka merasa dirayu2, dipuji2, disayang2 oleh para pencabul ini. -Kebanyakan anak2 yang terkena pancingan dari para pencabul ini, mulai berubah dalam kehidupannya. Misalnya, tiba2 memiliki uang yang banyak, ada yang menjadi penyendiri, ada yang menjadi anti sosial, ada yang berubah gaya berpakaiannya, bahkan ada yang self mutilation ( memotong dengan silet di tangan). Ada juga yang berubah 180 derajat, misalnya dulu suka belajar, dan memiliki angka2 yang baik disekolah, tiba2 menjadi murung, sedih, sering menangis, angka2 disekolah mulai menurun. Seperti contohnya kasus yang menimpa, Naomi dimana dia berjalan sendirian di tengah malam, tanpa lampu, setelah dilakukan pemerikasaan yang teliti oleh tim penyelamat kedokteran, ternyata dia mengalami pendarahan dan luka2 dibagian kelaminnya dan di bagian anusnya. Setelah melalui pengobatan selama beberapa hari, Naomi akhirnya dapat menceritakan pengalaman yang sangat tragis yang di alaminya. Dimana disaat, dia , bibinya, dan ibunya di hadang oleh beberapa anak muda bersenjata, dan mereka memperkosa bergantian, lalu badannya yang lelah dan kelaparan di biarkan tergeletak di padang gurun. Setelah itu, menurut dia, dengan kebesaran dan kekuatan dari ALLAH, dia terbangun, dan berusaha untuk berjalan, tetapi dia menemukan ibu dan bibinya telah meninggal di gorok leher mereka. Naomi mengenali salah satu pencabul dan pembunuh adalah salah satu tetangganya. -Kasus seperti ini selalu terjadi, kadang para pencabul ini bukan orang asing, terkadang adalah orang2 yang kita kenal. Lalu bagaimana peranan kita sebagai orang tua, wali, dan guru yang dipercaya di Indonesia? -Pencegahan dini. -Pembahasan dan dialog yang jujur dari hati ke hati mengenai seksualitas. -Dengarkan anak2. Kadang mereka ingin tahu, ingin di hargai. -Bekali anak2 dengan wejangan yang baik, serta terkini. Bukan nasehat2 yang justru membuat mereka bingung. -Bantu mereka melewati masa2 yang sangat berbahaya. -Berikan perhatian yang sungguh2 kepada mereka. Semoga kita semua, sebagai orang tua, wali, dan guru memberikan peran yang sungguh2 dalam mengatasi bahaya dari para pencabul ini. Dan mengerti bahaya yang ada bukan saja di darat, tetapi di dunia maya. Karena seperti di Facebook, telah banyak foto2 dan akun2 yang tidak pantas di pajang bahkan kadang kita tergoda juga untuk melihatnya. Jack Soetopo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline