Lihat ke Halaman Asli

Jabal Nur

Tottenham Hotspur

Tanah Rakat Papua, Terbanglah Cenderawasih

Diperbarui: 21 Agustus 2019   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com/papuaindonesia

Sekali Lagi, Aku Bukan Monyet

Beberapa hari ini, ibu pertiwi kembali disibukkan dengan berita yang tidak senonoh untuk didengarkan kaum rakat papua. Bukan untuk mereka saja, tapi untuk semua elemen masyarakat merasakan keresahan yang sama. Olokan  pada mereka sebagai kaum "monyet" mengakibatkan kerusakan dibeberapa kota di negeri ini. Miris, bangsa sendiri dicaci dengan lidah yang sama.

Dalih dalih khliaf dan tersulut emosi membuat lontaran kalimat yang merusak bineka itu kini sudah tidak bisa lagi dihentikan. Emosi para rakyat timur cenderawasih kini hanya menjadi tontonan di berbagai kota. 

Berita berita di stasiun televisi sedang sibuk mencari berita siapa dalang dari semua ini. Sedang si rambut keriting berkulit hitam menjadi aktor dalam tontonan masyarakat yang ikut ikutan. Yang katanya ingin mempersatukan bangsa.

Cenderawasih yang sedang berdiam diri dalam sangkar ketakutan, kini harus terbakar halus dengan julukan monyet padanya. Mereka lantas marah, sebab nurani mereka berbisik. 

Kami bukan monyet, kami cenderawasih yang sedang terbang diberbagai pelosok negeri untuk mencari sesuap ilmu di perkotaan. Agar hidup kami menjadi lebih baik dan tidak tertinggal seperti anggapan orang orang pada umumnya. Hingga pada akhirnya muncul julukan yang senonoh itu.

Kayu kering di tengah musim kemarau sudah terlanjur tersulut api panas. Merah api yang memanas sulit dipadamkan ditengah musim kemarau. Mau tidak mau semua elemen masyarakat harus ikut gotong royong menyiram api itu agar cepat sembuh dari lukanya. Lalu cenderawasih kembali terbang dengan indah di atas ibu pertiwi yang sedang lara.

Bangsa yang kuat tidak akan pernah ambil untung dari setiap perkara yang sedang tersulut api kemarau. Biarkan cenderawasih kita tenang dan damai bersama dalam kehidupan rimba kita di tanah yang sudah dititipkan leluhur kita. Mari bersama padamkan api yang sedang membara di negeri yang indah ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline