Singapura telah menjadi negara tetangga Indonesia sejak tahun 1965. Dalam sejarah perjanjian-perjanjian bilateral dan kebijakan luar negeri, Singapura sering menjadi negara yang disorot jika muncul isu perkembangan ekonomi di daerah Asia Tenggara. Walau ada sejarah kelam yang berdiri di tengah kedua negara ini, yakni era Konfrontasi - namun perseteruan politik yang berunjuk pendek tersebut diakhiri dengan adanya pengakuan dari kedua negara akan kejayaannya masing-masing.
Salah satu pemimpinnya, Lee Hsien Loong, merupakan anak dari pemimpin Singapura pertama dan yang paling terkenal: Lee Kuan Yew. Hubungannya dengan Indonesia termasuk sangat baik dan dekat. Tanggung jawabnya saat ia baru saja menjabat adalah untuk membantu mengarahkan Singapura sebagai salah satu dari Empat Macan Asia: Singapura, Taiwan, Korea Selatan, dan Hong Kong. Sayangnya, masa kepemimpinan beliau yang sukses berakhir setelah 20 tahun. Ia digantikan oleh eks Menteri Keuangan Singapura dan Anggota Parlemen untuk daerah Marsiling, sekaligus Wakil Perdana Menteri dari Lee Hsien Loong sendiri - Lawrence Wong.
Perdana Menteri Lee Hsien Loong telah menjadi teman baik dari Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo. Mereka bertemu untuk terakhir kali nya pada Retret Pemimpin ASEAN beberapa bulan lalu. Selama kurang lebih sepuluh tahun, keduanya telah menjalin hubungan yang erat. Namun, pada saat masa jabatan Presiden Jokowi yang pertama - muncullah sebuah permasalahan yang diakibatkan oleh aktivitas dari Indonesia, yakni pembakaran hutan di Riau secara massal. Walaupun pembakaran hutan sempat dilakukan beberapa waktu sebelumnya, tetapi asap tersebut tertiup angin kencang ke arah Singapura.
Melihat bahwa luas negara Singapura sangat kecil, rakyat Singapura sempat mengalami kesulitan bernafas akibat asap Karbon Dioksida yang dihasilkan pembakaran hutan dan lahan kosong secara massal di Riau. Setelah ini, beberapa komentar eks Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla sempat memancing ketidakpuasan terhadap netizen Singapura dan ketersinggungan dari Pemerintah Singapura. Saat beliau berpidato di New York dalam rangka pertemuan Persatuan Bangsa-Bangsa, ia berkata bahwa Singapura seharusnya ikut campur menangani masalah ini di. Ia menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia sudah mencoba sebaik mungkin untuk meredam asap-asap hasil pembakaran hutan dan lahan. Lalu, Ia mengkritik bahwa Pemerintah Singapura dan rakyatnya jangan hanya berbicara saja mengenai masalah ini.
Namun saat Presiden Jokowi mulai menjabat, ia memperbaiki situasi tersebut dengan memperkuat aksi-aksi konkret dalam Perjanjian Non-Asap ASEAN. Perjanjian tersebut sempat ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun belum dilaksanakan secara penuh karena ia berhenti menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia beberapa bulan kemudian.
Berbincang mengenai ukuran negara Singapura yang sangat kecil, Singapura juga berbagi kedaulatan udara dengan Indonesia. Flight Information Region milik Singapura sangat terbatas jika mereka hanya menggunakan batas negara mereka saja. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sungguh penting bagi ekonomi sektor turisme dan transportasi Singapura. Maka pada bulan Maret tahun 2024, Singapura menyetujui sebuah perjanjian bilateral yang berkata bahwa Singapura akan diberikan porsi yang cukup dari kedaulatan daerah informasi penerbangan DKI Jakarta, dengan menetapkan kebebasan daerah penerbangan Singapura ke wilayah Kepulauan Riau dan perairan Natuna.
Lewat persetujuan ini, Singapura dapat menikmati wilayah perekonomian yang lebih luas, dan Indonesia menjadi lebih erat hubungannya diplomatisnya dengan Singapura. Dengan adanya banyak keterbatasan dari kedua negara, mereka selalu berhasil menyelesaikan masalah dengan diplomatis dan aksi-aksi konkret yang membantu kedua belah pihak.
Pada tanggal 15 Mei 2024, Perdana Menteri Lee Hsien Loong secara resmi berhenti menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura. Ia berhenti menjabat ketika penerusnya mengangkat sumpah - sekaligus saat ia dijadikan Menteri Senior Singapura atau Senior Minister.
Anak didiknya sekaligus eks Wakil Perdana Menteri Singapura menggantikannya sebagai Perdana Menteri Kota Singa. Lawrence Wong, yang tidak lama ini sempat mengunjungi Indonesia dengan PM Lee Hsien Loong, bertemu dengan penerus Presiden Jokowi yakni Prabowo Subianto. Keduanya dilihat telah menjalin hubungan pertemanan yang baik, dan dikutip dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat mendengar kabar bahwa PM Lee akan berhenti menjabat, "Indonesia dan Singapura ditakdirkan untuk menjadi tetangga dekat. Kita tidak bisa memisahkan diri. Apakah kita akan membangun hubungan yang buruk atau justru hubungan yang saling menguntungkan? Sepertinya pilihan kedua telah ditentukan oleh pemimpin-pemimpin tersebut. Selamat kepada Perdana Menteri Wong."
Kedua pemerintah Indonesia dan Singapura telah menjalin hubungan yang baik selama lebih dari setengah abad, dan tidak ada indikasi hal tersebut berakhir. Jika Perdana Menteri Lee Hsien Loong telah mengantarkan hubungan bilateral kedua pihak kepada masa kejayaannya, tidak usah diragukan lagi bahwa Perdana Menteri Lawrence Wong akan melakukan hal yang sama. Semoga Mr. Wong bisa membangun hubungan yang lebih baik dan saling menguntungkan kedua negara.