waktu itu, kita bercengkrama akan masa depan
membangun sebuah rumah sederhana di Baranangsiang
dinding rumah dibangun dari bambu-bambu tua berwarna cokelat
duduk mendengarkan lagu You Raise Me Up kala senja menghampiri
kita berjanji menemani anak kembar milik kita sampai mereka tumbuh lebih kekar dan elok
kita bahkan menulis itu pada batang pohon pisang yang tumbuh liar di Gg. Nasedin
dan berharap sang Pencipta Alam Semesta merestui mimpi-mimpi sederhana itu
Apakah kau masih mengingatnya, sayangku?
saat itu sedang senja, kau mengenakan gaun putih buatan ibuku
mengenakan cincin mungil emas murni yang dibeli di Pasar Anyar
Apakah itu masih terkenang manis, sayangku?