Jakarta,(Senin, 04/09 ). Tadinya aku sempat bingung bagaimana caranya berangkat ke bandara pada jam 03.30 pagi untuk naik Lion air yang take off jam 05.15 pagi. Kenapa harus repot, bawa saja mobil sendiri dan parkir di bandara, toh sorenya sudah kembali ke Jakarta, kata isteriku. Wow, itu ide yang brillian yang tak kuduga sekaligus memberi solusi atas dua masalah. Pertama-tama tidak perlu capek capek menelpon Blue Bird untuk memesan taxi. Kedua ,bukankah menunggu taxi dipagi hari badalah hal yang tidak menyenangkan ,siapa tahu supir taxinya nyasar yang tentu saja akan berakibat keberangkatan ke Semarang dan Ambarawa pasti tertunda.
Pagi itu ketika alarm BB ku berbunyi pada jam 04.00 pagi aku sudah mengendarai Toyota Fortuner B 238 WOB menuju Terminal 1 A bandara Soekarno Hatta. Jalan toll via Puri masih sepi dan dalam waktu 25 menit tanpa susah payah aku sudah parkir di pelataran 1 A. Dengan menenteng tas kecil untuk membeli oleh oleh tahu petis titipan isteri, aku langsung check in dan masuk ke lounge menikmati hidangan nasi uduk dipagi hari.
Tumben sekali, penerbangan Lion Air JT 500 ke Semarang kali ini, on time . Setiba di bandara A.Yani tepat jam 06.30 ,aku mencoba menghubungi supir penjemput dengan hape , eh ternyata sudah ada label namaku diantara penjemput yang langsung membawaku ke hotel Paragon menemui Christian,kolegaku di CPI Ujung Pandang. Sama seperti aku, Christian khusus datang untuk menghadiri upacara pemakaman hopeng kami, Koh Siong Hwie di Ambarawa.
Jalan Toll Semarang – Ambarawa hanya 30 menit saja.
Bandara A.Yani yang biasanya macet sekarang lumayan bersih dan perjalanan Semarang –Ambarawa dengan Kijang Avanza yang dikemudikan rekan Yanto Halim,GM Marketing CPI yang sudah bekerja selama 29 tahun di CP hanya ditempuh dalam waktu 30 menit saja. Padahal sebelum ada toll ,kita memerlukan waktu 1,5 jam untuk mencapai Ambarawa,kampung halaman Koh Siong Hwie, distributor pakan CP di Jawa Tengah.
Ketika mulai memasuki kota Ambarawa, jalan Sudirman No.64, rumah tinggal sekaligus rumah duka sudah macet dipenuhi oleh mobil pelayat. Sebuah Jaquar nopol H diparkir berderetan dengan Kijang tua,suatu bukti betapa luasnya pergaulan alm Koh Siong Hwie semasa hidupnya. Dari kalangan rakyat jelata sampai konglomerat bisa saja menjadi teman gaulnya.
Aku dan Christian langsung ke lokasi peti jenazah menyalami B Win,isterinya, Gun,putera sulung, Shelly,puteri dan Hendrawan,putera bungsunya dan para famili lainnya.Tentu saja , kepergian Koh Siong Hwie secara mendadak meninggalkan kesedihan yang luar biasa bagi keluarga dan para handai tolannya.
Setelah berdoa 3 x Salam Maria didepan peti mati aku dan Christian langsung duduk bergabung dengan pelayat lainnya dibawa tenda yang khusus didirikan untuk upacara.. Romo Herman yang juga merupakan teman baik Koh Siong Hwie dalam khotbahnya mengatakan bahwa terakhir kalinya ketemu alm ketika menghadiri pesta perkawinan pada hari Minggu ( 31/08 ) .Romo Herman tadinya mau menyapa Koh Siong Hwie ,eh ternyata Koh Hwie berjalan terlalu cepat menuju tempat Tenglok, makanan kesenangannya, jadi hanya sempat berbicara sebentar dengan isteri Koh Hwie saja,katanya.
Dalam khotbahnya Romo Herman mencoba menghibur pihak keluarga dan handai tolannya supaya jangan terlarut dalam kesedihan,karena orang baik seperti Koh Hwie pasti sudah disiapkan tempatnya oleh Allah Bapa di surga. Buktinya dirumah duka ini kita sampai harus membuat Misa beberapa shift untuk menampung para pelayat yang datang dari beberapa paroki ,memberikan penghormatan terakhir kepada Koh Hwie,kata Romo Herman mengakhiri khotbahnya..
Pemakaman umat Katholik Ambarawa.
Perjalanan dari rumah duka ke pemakaman Katholik diluar kota ditempuh dalam waktu hanya 20 menit saja. Mulai dari pintu gerbang sampai lokasi makam ratusan karangan bunga warna warni yang terangkai indah menyambut kedatangan jenazah Koh Siong Hwie ditempat peristirahatan terakhirnya.Setelah berkawan lebih dari 20 tahun,hari ini baru kutahu bahwa nama lengkapnya Johannes Pemandi Winata Seputra tapi semasa hidupnya lebih akrab dipanggil P Win atau Koh Siong Hwie saja. . Ratap tangis anak isteri dan sanak saudara pada hari pertama kematian ( 01/09 ) telah mereda setelah Romo Herman memberikan Misa penghiburan dirumah duka yang dilanjutkan dengan Upacara penguburan di pemakaman. Dari hadirnya pelayat dan karangan bunga dukacita yang dikirim kita bisa melihat betapa luasnya pergaulan alm. Koh Siong Hwie semasa hidupnya. Sebut saja Jendral ( Purn) FX Sujasmin, mantan Wakasad yang rambutnya sudah memutih duduk termenung lesu, selain mengirimkan karangan bunga,beliau juga sudah beberapa kali menyempatkan diri melayat dan ikut menghadiri upacara pemakaman sobatnya. Begitu dengan P Mardiyanto dan P Bibit Waluyo, keduanya mantan Gubernur Jateng datang melayat ke rumah duka di Jl Jen. Sudirman 64, Ambarawa. Karena saking banyaknya umat yang melayat , dan kekurangan tempat duduk dirumah duka kita sampai harus mengadakan misa beberapa shift utk beberapa paroki di luar Ambarawa , kata Romo Herman yang juga merupakan teman baik koh Siong Hwie. Dari kalangan pabrik pakan ternak, bisnis yang digeluti Koh Siong Hwie semasa hidupnya. Terlihat hadir juga Dr.Peraphoon,Christian Tiono, Khun Lang Sit dan Khun Adisak mewakili CP Group dan khusus terbang dari Ujung Pandang langsung ke Semarang - Ambarawa. Hartono Lody, Yanto Halim yang merupakan perwakilan CPI Jawa Tengah datang secara full team. Dr.Peeraphon khusus mengungkapkan perasaan dukanya dalam bentuk puisi dan memberikan langsung kepada Gunjaya,anak sulung Koh Siong Hwie. Tak jelas apakah puisi itu ditulis dalam bahasa Thailand atawa bahasa Indonesia ,tapi yang dijelas Dr Pee mau menunjukkan kedekatannya dengan Koh Siong Hwie semasa hidupnya.Jadi benar benar persahabatan sejati, bukan hanya berlandasan bisnis saja. Ketika ada karangan bunga yang tumbang karena ditiup angin, aku berbisik bahwa pasti itu punya kompetitor karena Koh Siong Hwie mau bikin senang Dr.Pee ,sobatnya dan Dr Pee,mesem mesem saja.
Upacara pemakaman Koh Siong Hwie yang dipimpin Romo Herman berjalan dengan khikmat berakhir sudah. Dan setelah memenuhi permintaan keluarga untuk foto bersama,kali ini aku meninggalkan kota Ambarawa dengan membawa kesedihan yang luar biasa.Aku pamit sama B Win dan pesan sama Gun dan Hendra,khusus minggu minggu ini jaga baik-baik mamanya karena mamanya pasti sangat merasa kehilangan pasangan hidupnya. Dan aku hanya bisa berdoa Novena , semoga jiwa alm Koh Siong Hwie yang sangat baik semasa hidupnya telah ,disiapkan tempatnya di Surga dan keluarga yang ditinggalkan bisa tabah menerima cobaan hidup ini,Amin
Setelah ditraktir makan siang di resto Mang Engking,Ungaran dan sambil membawa oleh oleh Tahu petis pemberian dari P Hartono Lody,pimpinan CPI di Jawa Tengah,akhirnya aku kembali terbang dengan Lion Air JT 503 dan tiba dengan selamat di Jakarta.
Jk,04/09/2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H