Terimakasih Malaysia untuk pelajaran berharga yang kalian berikan. Kompetisi memang belum usai, juara belum-pun ditetapkan dan kami tentu saja belum menyerah dan tak akan pernah menyerah. Tapi kalian telah memberikan pelajaran penting dan berharga bagi kami.
Kalian telah mengajarkan kepada kami betapa pentingnya arti sebuah semangat pantang menyerah. Kalian tampil penuh ketenangan dengan semangat tinggi. Kalian bukan lagi tim yang kami kalahkan 5-1 kemarin. Kalian dengan cepat menggali diri dan instrospeksi sehingga "justru" setelah kami kalahkan, kalian bangkit dan permainan kalian menunjukkan grafik yang semakin baik.
Kalian telah mengajarkan kepada kami arti pentingnya konsentrasi dan fokus. Kami memang terganggu dengan sorot sinar laser, kami memang terusik dengan suara petasan. Namun, tidak semestinya kami kehilangan konsentrasi dan fokus hanya karena hal tersebut. Sorot sinar laser dan suara petasan itu tentu saja sebuah hal yang tidak baik dan mengganggu. Tapi, semestinya kami sadar, ini pertandingan besar yang membawa tensi tinggi dan dengan begitu kami "seharusnya" mempersiapkan mental lebih kuat dan baik dari biasanya. Sehingga kami tidak mudah "meributkan" hal-hal tersebut yang justru merusak fokus dan konsentrasi kami.
Kalian telah mengajarkan kepada kami kerendahan hati. Lima pertandingan telah kami taklukkan, satu diantaranya kalian-lah korbannya. Tapi kami melupakan satu hal penting, kami lalai bahwa "pemenang sejati adalah mereka yang tidak membuat lawannya merasa kalah". Kami begitu yakin akan bisa mengalahkan kalian, padahal pertandingan belum juga digelar. Seolah kami-lah yang menentukan garis takdir. Kami begitu percaya diri, sehingga kesombongan dengan mudah menggerogoti sendi-sendi kami. Tidak segan dengan lantang kami "menjelek-jelekkan" kalian tentang sesuatu yang belum tentu kami lebih baik dari kalian. Media-media kami dengan antusias terus-menerus mengekspos "kehebatan kami", seolah tidak ada berita lain. Euforia dan kebanggaan berlebihan pada diri kami akhirnya menjadi bumerang untuk diri kami sendiri. Semestinya kami belajar dari kalian, ketika kalian mengatakan "kami siap memberikan perlawanan terbaik". Kalian telah mengajarkan kerendahan hati yang disertai kewaspadaan diri.
Terimakasih Malaysia, Semestinya kami belajar untuk tetap waspada terutama terhadap diri kami sendiri. Semestinya kami belajar untuk bermental pemenang, tidak sekadar menjadi pemenang. Meski sulit untuk menerima dan mengakui kekalahan terlebih disaat kami merasa begitu yakin bisa menang, sebagai proses belajar maka kami ucapkan selamat atas kemenangan kalian. Dan kami tegaskan sekali lagi kami belum dan tidak akan pernah menyerah.
note : tulisan terkait Berebut Kue Timnas
J. Alamsyah, Kediri, artikelwirausaha.com
Berbagi tak pernah rugi, silakan menyebarluaskan tulisan ini dengan tidak merubah apapun didalamnya
Lihat tulisan lainnya, silakan klik disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H