Lihat ke Halaman Asli

Satu Kisah di Eriss

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterangan :

Astalyra : mahluk astral elemental wujud manusia.

Avatar : wujud perubahan dengan batas waktu

Higevhi : sejenis baterai cashan berisi ether.

*

Planet Glaerith - Lesperk telah mengalami banyak kejadian.

Legenda mengatakan, semua berawal dari kata pada tempat tertentu yang ada di seluruh penjurunya.

Sang Pencipta melahirkan empat jenis mahluk, meninggalkan jejak nyata, dan tanya.

Tidak ada yang tau kebenaran dari legenda tersebut.

Beragam mahluk menarik kesimpulan dari Tempat Keping Pengetahuan yang tersebar di seluruh penjuru, sementara pergesekan dan perdamaian terus berjalan, memecah dan menyatukan peradaban. Namun entah bagaimana, hanya bahasa yang tidak mengalami perubahan.

Di Eriss ( nama singkat planet, seperti yang mereka katakan ), manusia menjadi spesial karena kelengkapan rasio fibonasi tubuh mereka. Semua mahluk menyadari bagian terpenting tubuh mereka dimiliki oleh manusia pada umumnya. Kepala, tubuh, tangan, kaki, intelektual, perasaan, dan tenaga dalam yang dinamakan ether.

Pun begitu, manusia diwarnai banyak sekali suka duka karena kemampuan mereka yang bisa menjadi apapun. Akibatnya, mereka ada pada rantai makanan. Paling tidak, setelah mereka menyadari kemampuan mereka harus terfokus pada satu bidang untuk mengejar ketertinggalan mereka dengan mahluk lain.

Mereka menjadi budak, petani, prajurit, penyihir, robot, mutan, mahluk astral, berbaur dan berkelompok dengan sesamanya. Bekerjasama dengan mahluk lain dan menjadi sosok unik di peradaban Eriss.

*

Gulungan berputar dan menceritakan penggalan - penggalan peristiwa perang Eris ke enam, sebelum masa damai selama 500 tahun.

*

Seorang Pria berambut coklat keemasan berdiri di tepi hutan belantara yang baru ditapakinya. Setelah beberapa lama menyusuri sungai dan mendaki dataran terjal, kini Kota Suci Archilumiastri terjangkau oleh mata coklatnya.

Tatapan Pria itu seperti campuran minuman keras. Kesal, takjub, sedih, marah, bahagia teraduk di raut wajahnya. Sejenak, dia mengenang masa kecilnya, berlari - larian bersama teman sebaya, menjadi remaja yang menaksir gadis pemerah susu sapi, menjadi budak Lutanian dan kini menjadi pemimpin Pasukan Pembebas. Baginya, waktu berlalu begitu saja ketika nikmat petualangan mengalahkan kesusahan.

Akhir perjalanan terkadang titik permulaan.

" Wieldir. "

Pria itu terkejut dan matanya menangkap Sifius, Astalyra tanah, " kau terlihat lelah. "

" aku masih tidak habis pikir akan kembali lagi kemari, tapi kurasa aku akan baik saja. Bagaimana situasi kita? ada kabar dari yang lain?"

Sifius mengangkat bahu, mata hijau nanarnya tampak ragu, " aku sudah mengirim pesan ke semua sekutu kita, namun hanya Zeromir yang baru membalas pesan kita. "

" kabar dari Gaterie? "

" tidak ada. "

Wieldir menghela nafas, sementara Sifius tersenyum kikuk memperhatikan wajah pria penyanggul pedang besar itu, " Basil berangkat bersamanya. "

" perjalanan berdua.. ah sudahlah. Aku hanya ingin tau apa mereka berhasil dengan misi mereka. Apa yang dikatakan Ales? "

Tawa kecil Sifius muncul dan sembari menunjukkan gulungan kulit kecil, Pria bertudung keabuan itu melanjutkan, " mereka sedang dalam perjalanan. "

Wieldir mengambil gulungan yang di dijulurkan Sifius, membaca pesan tertulis yang ada di sana, lalu menggulung dan memasukkan ke kantung celana kulitnya.

" ketika langit membara, berlarilah. Seperti biasa, kita harus menunggu mereka tiba lebih dulu. "

keduanya terdiam, tampak menghayati cahaya - cahaya seperti aurora dari kota di tengah lapangan hijau itu, lalu Wieldir memecah suasana,  " ini yang terakhir bukan? "

" entahlah, " Sifius sibuk merekam seluruh pemandangan indah sebelum dipenuhi darah, " yang jelas, semuanya ditentukan disini. Lawan kita sudah sangat lemah dari berbagai aspek. Material, pasukan, semangat, dan yang terpenting, para pemimpin dengan kemauan. Bila informasi terakhir benar, hanya Chimera yang tersisa. "

Sekelebat, Sifius mengingat mimpinya. Mimpi seorang besar yang disegani menjatuhkan diri dari tebing terjal karena dihimpit ribuan batu yang menatap kosong, " kau tidak akan mundur, bukan? maksudku, kita sudah sejauh ini. "

Wieldir terdiam sejenak, lalu membayangkan pengorbanan, perjuangan, kekalahan dan kemenangan yang dilalui dengan berbagai cara, keluh kesah selama perjalanan, serta tanggung jawab yang diberikan untuk membebaskan semua budak. Perang terakhir yang membuatnya tak bisa beranjak dari ranjang selama sebulan penuh masih sangat membekas. Sambil tersenyum, Wieldir membuka mulutnya,

"dia yang tidak siap untuk kalah tidak pernah siap untuk menang. Aku tidak berhasrat lagi untuk menyerah setelah lama berbaring seperti puing. Jadi jangan khawatir. Apa kau sudah tau dimana alat penyatu dimensi itu berada? "

" tidak. belum. Kurasa Ales yang akan memimpin jalan kita nanti, karena ini pertama kalinya Seraphim itu tidak memberikan rencana pada kita. "

Tepat pada saat yang sama, cahaya aneh muncul di padang besar itu dan mahluk sangat besar dan aneh muncul begitu saja. Bagian puncaknya, sesosok manusia besar tanpa wajah dan rambut, berlapis sesuatu seperti aspal hitam cair. Sosok itu menempel pada benda berupa bangunan dari besi dan batu. bentuknya tak proposional untuk berperang. Sosok itu memiliki sulur – sulur mengerikan pada dasarnya. Mahluk seperti hibrida Gurita, Ziggurat, dan Manusia itu mengaum keras, bagian mulutnya merobek lapisan aspal yang menyelimutinya.

Mahluk – mahluk itu semakin bertambah dan mengelilingi kota. Kurang lebih sepuluh meter dari tempat Wieldier dan Sifius berdiri, satu sosok mahluk itu muncul dan tampak menyadari keberadaan mereka. Wieldir menarik pedang dari punggung dan Sifius mengepal tangan. Sepasang tonfa besar dari ether muncul pada genggamannya.

" Etem – Igur. " Sifius mendesis, membuat posisi bertahan ketika mahluk itu menaikkan sulur – sulurnya ke atas seperti ular kobra. Pangkal sulur yang gembung seperti kuncup bunga membuka, menunjukkan gigi – gigi tajam dan rapat.

Mereka berdua langsung melompat memencar menghindari terjangan sulur itu. Serangan itu menolehkan kepala Etem – Igur lain ke arah mereka, dan mendekat perlahan.

" Sifius, siapkan pasukan! Senevhian ini agresif!  "

Sifius langsung berlari ke selatan, ke dalam hutan dengan kecepatan menakjubkan. Auman – auman keras terdengar liar, menggetarkan dedaunan dan akar yang menjadi pjakan. Kekhawatirannya memuncak ketika beberapa batang pohon melesat di samping kanannya. Tak lama, hutan mungil itu terbuka dan Sifius tiba di padang luas, di mana dia langsung melihat Pasukan Pembebas.

" Bersiap, Pasukan! Gerilya kita gagal! "

*

aku harus menyimpan ether!

Wieldier berlari ke arah depan, menerjang sulur - sulur berdiameter lebih besar dari tubuh orang dewasa itu. Dari arah kiri, satu sulu menghantam pohon dan mengejar Wieldier dengan cepat.

Gigi - gigi itu mendekat dan membuka sementara Wieldir membuat kuda - kuda, menarik nafas dan menebaskan pedang besar ketika sulur berjarak dua meter dari tempatnya. Sulur itu koyak melewati Wieldir. Wieldir melompat dan berdiri di atas bagian sulur yang tak terpisah dengan tubuh Etem - Igur, lalu menancapkan pedang, dan berharap sulur itu menarik diri ke udara. Dua sulur lain yang saling berhadapan langsung menghantam Wieldir dari dua arah.

Detik berikutnya, dua sulur itu membuncah ke segala arah. Wieldir menggenggam pedang terbalik dan sudah dalam wujud Avatar

ubuh Wieldir membesar, kulit sewarna salju, dengan loreng hitam di tubuh bersama sayap besar mengikuti warna hijau eksotis yang selaras dengan zirahnya. tangan dan kaki  Wieldir berubah menjadi kaki burung tanpa kehilangan bentuk manusianya. Wajahnya mengikuti warna tubuh dan tak banyak berubah, kecuali warna Retina menjadi warna biru laut dan Iris berukiran tribal berwarna zambrud bercahaya yang berputar mengelilingi pupil.

Tepat di saat yang sama, langit malam tampak terbakar. Pilar - pilar cahaya menusuk tanah menghantam Etem - Igur lain. Sontak, Wieldir mendongak, dan melihat banyak api membentuk pegasus dan penunggangnya bermunculan, bersama sosok – sosok dengan sepasang hingga tiga pasang sayap yang membawa beragam senjata. cahaya biru terang melingkari setiap leher mereka.

Dari jauh, sesosok Zeromian dengan tiga pasang sayap terbang rendah menuju tempat Wieldir berdiri. Tunik dan zirah perang dari emas putih serasi dengan rambut pendek pirang keunguan yang mengembang di udara. Warna matanya putih berkilat. Tatapannya sangat teduh, mempercantik wajah jelitanya. Wieldir berubah menjadi wujud manusia lagi ketika sosok itu mendarat. Sayap seperti ekor Cendrawasih albino itu memudar seiring langkahnya mendekati Wieldir

***

" maaf atas keterlambatan kami, " suara sosok itu lembut, bergema dan berbisik seperti paduan suara, " agak lama untuk mengumpulkan semua pasukan inti. Apalagi membujuk para Ophanim untuk ikut berperang. "

" tak apa Ales. Apa rencanamu?. "

Ales menadahkan tangan dan cahaya berpendar membentuk bola. Bola itu berputar dan terbuka perlahan, menjadi peta tiga dimensi. Wieldir melihat titik – titik merah bermunculan, tersebar di wilayah mereka berada. Peta tiga dimensi itu tampak membangung pemandangan di tempat mereka berdiri.

senyum tipis malaikat itu muncul selagi peta tiga dimensi membesar dan meluas, lebih luas dari yang pertama. Titik merah gelap tak terhitung bermunculan jauh dari kota, mengelilingi Pasukan Pembebas dan Pasukan Zeromirean, dan Wieldir membelalak tak percaya,

" mereka membiarkan kita melakukan gerilya?! "

Ales mengangguk dan nampak berfikir sementara Wieldir menunggu dengan gelisah. Peta itu menunjukkan bola - bola merah menyala seperti obor muncul dari arah hutan, mendekati dua bola yang berdiri di tepi tebing. Tepat ketika Ales membuka mulut, Sifius muncul bersama beberapa Pasukan Pembebas.

" apa aku ketinggalan sesuatu? "

" sama sekali tidak. Aku baru akan ingin mengatakan rencanaku. "

Bunyi desing, asap dan bau terbakar, ledakan dan cahaya bermunculan di dekat kota, sementara mereka berkerumun untuk mendengar Ales mengatakan ulang situasi pada Pasukan Pembebas yang baru datang,

" dan di sini permasalahan kita, " sembari menunjuk ke arah kota, Ales melanjutkan,

" Tembok ether ini tidak memungkinkan kita membawa semua pasukan masuk ke dalam kota. Walaupun kita bisa melelehkannya, namun waktu regenerasinya sangat cepat. Karena itu, satu cara yang bisa kita lakukan adalah menerobos langsung menuju tempat kontrol perisai dalam menara alat penyatu dimensi berada. "

Skala peta itu mengecil, menjadi keadaan dalam kota. Mereka menyimak peta itu bergerak seperti hantu, berjalan tembus menyusuri gang dan bangunan, lalu masuk ke dalam satu bangunan dan cahaya tersebut berubah menjadi denah tiga dimensi menara. Prisma – prisma melayang  tampak tersebar di beberapa ruangan.

" bila prisma Higevhi itu kita matikan, kita bisa membawa semua pasukan sekaligus memanfaatkan kota tersebut sebagai benteng dari serangan luar. "

" itu mustahil bukan? " Sifius merengut, mencerna rencana Ales, dan kaget melihat Ales mengangguk setuju,

" Tapi tidak dalam jumlah kecil. Bila hanya kalian, " mata Ales tampak menyala ketika menatap mereka semua, " maka hal ini bisa dilakukan. "

Ketika peta mulai membesar lagi, mereka melihat titik merah yang ada dalam benteng saling bertumpang tindih dan semakin banyak, hingga tampak seperti darah menyelimuti kota.

" apa tidak ada cara lain? " nada khawatir muncul di suara Wieldir,

Ales menggeleng,  " kelengahanku menyebabkan kesulitan ini, dan aku minta maaf. Aku baru sadar mereka menyembunyikan pasukan di wilayah bayangan ketika aku sudah bergerak setengah perjalanan. Namun akan kami pastikan kalian bisa maju dengan tenang. Serahkan peperangan pada kami, karena kemenangan ada di tangan kalian. "

Wieldir menangguk perlahan dan menancapkan pedang di tanah, " kemenangan kami adalah kedamaian dalam persatuan. Berjanjilah agar kau membiarkan kami hidup dengan kebebasan bila kita berhasil. "

" Itu adalah hak kalian. "

*kjbkjbkjbbiono*

BLAR

Sifius dan Wieldir membuncah dari ruang terakhir Higevhi. Sesosok Kupahingura menerjang mereka. Sigap, Sifius menapaki tanah dan melompat lalu memutar kedua tonfa dan memukul kepala monster itu dengan kuat. monster itu jatuh, menggelepar-gelepar, dan berhenti bergerak.

" makan itu! " Sifius mendengus dan menggeram, lalu berjalan kembali, melangkahi mayat - mayat Kupahingura di lantai sambil melihat ke depan. Tangga lebar dan gelap seakan menyeringai pada mereka. Ketika melihat ke arah Wieldir, raut wajah Sifius berubah iba, dan duduk di balok pertama tangga itu, " kau tidak bisa melawan Chimera dengan tubuh seperti itu. "

Nafas Wieldir terdengar berat dan wujudnya kembali seperti semula. Luka cakar kupahingura membekas jelas di tubuhnya. Sifius tergesa bangkit dan meraih lengannya lalu membantunya berjalan.

" paling tidak biarkan tubuhmu regenerasi. "

Sembari membaringkan Wieldir, Sifius memasukkan tangan ke balik jubah, merogoh tas mungil di pinggang, mengambil botol kecil dan ingin meminumkannya pada Wieldir. Wieldir terlihat bingung menatap botol itu.

" ini M.L.X. Aku buat sebelum kita kemari. masih barang percobaan, tapi aku yakin ampuh. "

Wieldir merengut, " yah, baiklah, berikan itu padaku. "

Segera Wieldir meneguk minuman itu. Sekejap semua luka Wieldir mengepul dan menutup.

" hei, " sambil masih mengecap sisa minuman itu, Wieldir melanjutkan, " rasanya enak. Bahkan tenagaku kembali. Sifius, kenapa dari dulu kau tidak membuatnya? "

" mustahil. itu kubuat dari darahku. jangan langsung bergerak agar lukamu tertutup sempurna. Lebih baik kita istirahat di sini.  "

Sifius duduk di sebelah Wieldir yang langsung murung, tepat ketika raung ledakan dari luar menara semakin ramai. Mereka berdua diam sesaat,

" apa kau lihat hal aneh ketika datang ke sini? " tanya Wieldir yang perlahan membangunkan tubuh,

" lubang di udara yang pecah dan menumpahkan air, magma, dan benda asing lain? "

" ya. Tampaknya kita terlambat menghentikan Chimera. Aku khawatir apa yang akan terjadi, apa semua akan kembali normal bila alat itu dihancurkan? "

Cukup lama Wieldir menatap kosong lantai, dan akhirnya menjawab, "aku tidak tau. Tapi bila kita mengalahkan Chimera, kita bisa sedikit bernafas lega. "

" ...Aku tidak percaya kau hanya melihat ke sana. "

" kau yang terlalu rumit. " kekeh Wieldir ketika Gempa besar menghancurkan tembok yang ada di hadapan mereka.

Wieldir dan Sifius bersiaga, lalu berlari kuat menaiki tangga selagi lantai ruangan itu runtuh. Tembok panjang menara perlahan hancur, memberi jalan pada cahaya hingga mereka bisa melihat langit berang oleh perang. Di kejauhan, perisai ether berwarna jingga turun perlahan. Mereka diam sesaat, takjub dengan apa yang mereka lihat, namun gempa semakin kuat, meruntuhkan tangga mereka tapaki. Cepat – cepat mereka melompat dan berlari lagi.

" apa yang terjadi? " teriak Wieldir,

" aku tidak tau! "

" kau Astralyra tanah. Gnome. Hentikan gempa ini! " sambil menoleh ke arah belakang, Wieldir melihat perang tidak seimbang di sisi luar dan lubang di udara semakin bertambah. Beberapa lubang tampak menari di lantai dasar, " oke, maaf. "

Mereka semakin panik ketika bebatuan mulai jatuh dari atas. Sambil menghindar, Sifius melongo ke sisi dalam menara. Matanya fokus ke lantai dasar. Lubang - lubang semakin banyak dan menghisap segala sesuatu yang ada di sekitarnya,

" Chimera! apa dia mau menghancurkan menara ini? " geram Sifius.

Wieldir menatap ke arah depan dan melihat tembok dari Beril Biru.  Tanpa ragu, Wieldir berubah bentuk, menerjang dan menghantamkan pedang. Pecahan Batu mulia langsung berterbangan ke segala arah.  Mereka menghambur ke dalam koridor. Perlahan,  kegelapan muncul dan tekanan udara pengap ruangan itu membuat mereka semakin pelan.

" ini aneh. " Sifius memandang berkeliling, mencari sesuatu di sana, " tidak ada gempa dan, " sambil mengangkat rendah kaki yang berair, Sifius merasa makin ganjil,  " lantainya lembek? "

Wieldir mengacungkan pedang, membuat kuda - kuda menyerang, lalu menerjang gumpalan besar di depan mereka. Pedangnya menusuk sesuatu seperti daging. Tiba - tiba angin kencang menerjang mereka berdua, menghembus mereka kuat. Dengan sangat cepat, tangan Sifius meraih kaki Wieldir yang mengembangkan sayap. Seperti disembur, mereka keluar dari lubang yang mereka buat.

Mata mereka menangkap pemandangan sekitar. Menara telah menjadi puing, dan lubang bertambah, dan langit semakin ramai. Sepasang mata yang sangat besar melihat mereka.

" apa – apaan?! " Sifius berteriak keras. Pandangan Sifius mencari tubuh kepala itu, namun tidak menemukannya, " mahluk apa ini?! "

Dari sepasang mata itu cairan biru mengalir.  Tepat ketika mereka menyadari cairan itu adalah Batu Beril cair, kepala itu menangis. Mereka berdua terlempar. Wieldir sekuat tenaga mencoba terbang, namun gelombang suara membuatnya kagok. Lubang hitam besar menunggu mereka di bawah.

Tangisan berhenti ketika kepala itu menjadi Beril utuh. Wieldir mendapatkan keseimbangannya lagi lalu pergi ke sela sisa tembok, menghindari Pasukan Chimera sibuk melawan Pasukan Pemberontak yang ada di sana. Perlahan, mereka terbang bagai tikus. Cepat dan berhenti mendadak di balik reruntuhan.

Tak lama, mereka tiba di bagian bawah batu besar itu. Menara tinggi langsing dari Beril menjulang menopangnya. Wieldir menendangkan Sifius yang tergantung di kaki ke arah pijakan di menara. Mendarat tanpa masalah, Sifius terkesima melihat struktur itu.

" aku mengerti. Ini tubuh mahluk itu. "  gumam Sifius,

" mungkin tulang punggungnya, " Wieldir mendarat di sebelah Sifius sambil melanjutkan, " dan sangat mungkin Chimera ada di sana. Aku melihat sedikit cahaya ketika kita berada dalam mulut monster ini. "

Perlahan, Sifius berjalan ke segala arah dan memeriksa batu – batu beril di depan mereka. gaung terdengar lemah ketika Sifius mengetukkan dengan tangan yang dilapisi ethernya. Matanya tak sengaja menangkap pemandangan perang di sekitar mereka.

" langit makin tak bersahabat. "  gumam Sifius sambil berjalan ke arah pojok pijakan. Sambil memijit dagu, dia melihat lubang - lubang hitam banyak dan meninggi seperti banjir,

" Mungkin kita bisa terbang diam – diam dari bagian bawah kepala, atau memutari menara ini lalu ki... hah? Wieldir! "

Wieldir sudah mendaratkan pedang di bahu lalu menoleh ke arah Sifius. Batu beril di depannya sudah berantakan.

" tapi kita tidak punya banyak waktu! " dengan gestur menyanggah rasa salah, Wieldir bergegas masuk. Sifius menyusul dengan raut wajah lelah. Mereka berlari sedikit, dan berhenti ketika jurang menghalau mereka. Bising angin berhembus mengisi menara kosong dan gelap.

Sifius  merentangkan tangan dan perlahan menyatukan telapaknya. Cahaya coklat susu muncul dari tangan Sifius dan sebuah bola kecil tampak mengambang di antara telapak tangan. Sifius menekan - nekan bola itu, membentuk sebuah kotak dan melemparkannya. Kotak yang menjadi batu itu berpendar melayang di depan mereka.

" gravitasi, tekanan angin, dan susunan unsur hara batu. Kandungan air dalam angin lembab yang be.."

" Nanti. kita dihimpit waktu. "

" hari ini kau menyanggahku dua kali. Akan kuingat itu. " Sambil menghela nafas, Sifius melompat ke batu itu dan melakukan hal serupa hingga membentuk tangga. Wieldir mengikuti Sifius dari belakang. Setelah sekitar puluhan batu mereka tapaki, nafas Sifius memburu.

" Kurasa aku sudah bisa terbang di sini, tekanan angin sudah berkurang. " kata Wieldir dari belakang ketika Sifius berlutut dan duduk. Wieldir mengembangkan sayap, mencari sela, menendangkan kaki dan terbang rendah ke dekat Sifius.

" Aku akan tetap di sini. Bila aku ikut, aku akan menjadi beban. "

Wieldir menatap kosong Sifius, emosi bercampur di raut wajahnya sebelum mengangguk dan berkata, " Kita harus bertemu di luar. "

Diiring senyum, Wieldir bergegas terbang ke atas, tempat Chimera berada.

*

Wieldir melesat seperti panah. Perlahan, tubuhnya berlumur warna - warni remang yang semakin terang. Pandangannya lurus ke atas, tidak memperdulikan lorong bercorak indah yang dilewatinya. Tangannya siap di gagang pedang. Tiap detik dia berharap semua akan baik saja hingga dia sadar telah masuk sebuah ruangan. Ruang gelap dengan manik – manik bercahaya biru laut yang saling menyambung dengan garis ungu kemerahan itu terkesan angker. Matanya langsung menatap bola besar dua warna yang mengapung dalam tabung keruh.

Langkah terdengar. Wieldir menggeram dan langsung bersiap. Sesuatu di dalam Jubah gelap memancar cahaya sangat terang seperti gerhana muncul dari belakang tabung dan berjalan mendekatinya.

" indah bukan? " Suara sosok itu seperti harpa, bercampur nada tangis dan tawa paduan suara, berjalan anggun bagai ombak yang tenang" Eriss akan menjadi satu dengan dimensi lain saat air menenggelamkan bola. "

Keringat Wieldir mengucur deras. Nafasnya terbata - bata. Sosok itu membuatnya terus mengatakan pergi. Semakin dekat, wanita itu merentangkan tangan seakan ingin memeluk Wieldir.

" Wieldir, sayangku, anakku. "

Dengan semua kekuatan yang bisa dikumpulkan Wieldir mengacungkan pedang ke leher wanita itu, " jangan mendekat. "

" Aku menunggumu datang ke sini. "

" setelah membunuh ayah, mengambil tahta kerajaan, dan mengadakan perang? Canda punya batas! "

Senyum tipis muncul di wajah pucat Chimera, " semua kulakukan agar kau bisa menguasai Eriss. Setelah dua dimensi bersatu, kau akan menjadi raja atas segalanya. "

" diam kau! " Wieldir berteriak keras, " apa kekuasaan menjadi hal yang sangat penting? Begitu buta kau hingga seorang pemimpin berarti tanpa pengikut?  Eriss akan hancur dan tidak ada yang tersisa bahkan dirimu, Bu! "

Wieldir terisak, lalu menyeka air mata dan menggeleng,

" aku tak akan, dan tak pernah membiarkan kau menjadi ratu! "

Chimera diam sesaat. Perlahan, matanya yang seperti Wieldir menjadi sehitam Obsidian, suaranya memberat, jubahnya terangkat seiring geraman,

" bodoh! " Suaranya bergema menggetarkan ruangan, nada suaranya berubah seperti sayatan, tanduk muncul memenuhi kepala, tubuhnya membesar, menjadi maskulin dengan lekuk otot merobek baju, " aku menyiapkan dunia bagimu dan kau memilih penderitaan? Tak berguna! "

Wieldir terpental ke pojok ruangan. Tubuhnya terhimpit suatu kekuatan hingga dia tak bisa bergerak. Chimera melayang rendah dari lantai mendekati Wieldir.

Mereka saling berhadapan, dan kuku panjangnya menempel di pipi Wieldir,

" Kau kuat dan cerdas, namun memilih untuk hidup dengan mahluk rendah lainnya. Ada apa denganmu, nak? "

Wieldir terdiam, kepanikan hilang berganti ketenangan ketika matanya menangkap sesuatu,

" aku tidak punya pilihan dari awal. " jawab Wieldir sambil tersenyum,  " begitu juga dengan kau. "

Ales menghantam tombak ke alat penyatu dimensi. Bola itu hancur menjadi debuh dan airnya menguap. Atap ruangan itu hancur. Pasukan Zeromian bermunculan.

" ini kekalahanmu Chimera. " Sifius muncul, berdiri gagah di atas batu beril.

Chimera panik memperhatikan sosok – sosok itu, tatapannya kembali ke arah Wieldir, " ini belum selesai. " diiring tawa, Chimera menjadi gumpalan asap gelap dan menghilang.

" cari dia! " Ales berteriak sambil berjalan ke arah Wieldir, dan mengulurkan tangan, " aku mendengar hal asing di telingaku ketika tiba di sini. Dan aku tak menyangka kau berani melawan ibumu sendiri. "

" Aku juga tidak tau darimana keberanian itu datang. " seraya meraih tangan Ales dan berdiri, Wieldir melanjutkan, " namun, kau tidak bisa diam membiarkan seseorang memperlakukanmu semena – mena, bukan? "

Mereka bedua saling tersenyum, seakan mengerti satu sama lain, lalu melompat keluar dari sana, bergabung bersama Sifius dan melihat langit. Lubang – lubang di udara menghilang, lawan mereka melarikan diri, dan langit riuh akan sorak kemenangan.

sambil menatap dan mengingat semua yang dilaluinya, Sifius memegang dagu, "Ada yang mengatakan, perjuangan jauh lebih mudah ketika mengalahkan segala sesuatu selain dari dalam diri kita. Melihat semua yang tersisa, kita akan mengalami kesulitan bila pergi begitu saja. "

"... apa yang ingin kau katakan? "

Sambil tersenyum, Sifius melihat Wieldir dengan penuh wibawa, " jadilah raja. Raja sesungguhnya. "

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline