Kau tak akan pernah menangkap siapa aku. Aku tertawa karena aku ingin tertawa, bukan karena apa dan siapa.
Seperti halnya mencintaimu.
Kutumbuhkan rasa ini atas dasar aku sebagai aku, bukan aku sebagai dia dan/atau mereka.
Aku yang tak pernah habis bila kau menyerap,
tak pernah kering jika kau meminum,
dan tak pernah sebentar bila kau bersemayam nyaman.
Aku adalah aku yang lain di matamu, di matanya, dan di mata yang lainnya.
Aku yang cukup, sudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H