Burungku
burung garudaku
Dari manakah kau asalmu
Apakah dari negeri dongeng ataukah dari negeri mimpi
Hingga negara kami masih nglindur kini
Burungku
burung garudaku
Dari manakah kau asalmu
Apakah hanya sekedar khayalan
Hingga kami tak sadar-sadar
Burungku
burung garudaku
Mengapa kamu bisu
Apakah karena banyak makan batu
Kerikil dan aspal para pejabat hingga suaramu lenyap
Ataukah gara-gara bensin dan elpigi yang kau santap
Burungku
Burung garudaku
Mengapa kamu tuli
Ketika para pengemis dan pak tani meminta nasi di ladangnya sediri
kau ludahi
pejabat kau jilat
kiai kau kebiri
rakyat kau tipu-tipu dengan gambarmu
yang gagah itu
Burungku burung garudaku
Jikau kau memang nyata dan bukan mimpi
Pukullah genderang dadamu
Keriklah mulutmu dengan tahimu sendiri setiap jum’at legi
Agar kau bisa bernyanyi kembali
Lalu bernyanyilah lagu Indonesia raya
Bukan lagi lagu-lagu duka
Atau kau telah lupa dengan bait-syairnya
Bangunlah garuda
Jika kau benar-benar nyata
Kepakkan sayapmu, terus terbanglah meninggi
Jangan hanya diam diatas tugu kebanggaan
Juga jangan seperti singa dan lain-lainnya
yang berjatuhan dimana-mana
Tirulah burung gereja yang tak mau lagi tinggal di gereja
Ia menyewa masjid-masjid kosong
Mendenangkan shalawat nabi merdu sekali
Melebihi pak ustadz dan kiai juga santri
Yang ikut-ikutan tidur menikmati mimpi
Burungku burunng garudaku
Jangan berpura-pura tidur
Jangan lupa-lupa mendengkur
Atau kau memang benar-benar pulas
Menikmati kursimu yang malas
Jika kau tetap saja tuli
Jika kau Benar-benar membisu
Jika kau sumpal kupingmu dengan batu
Jika kau tetap asyik mendengkur
jika kau Cuma dongeng pelipur
maka biarlah ku ganti dirimu
dengan burung Mbrecew, atau kenari
yang pandai bernyanyi
Surabaya, 14 Februari 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H