“The success need a process, and the process need times” (Anonimous)
Pencinta kuliner? Pastinya cinta dengan salah satu resep Indonesia ini, semur.. Ya, a spicy slow cooked beef curry ini merupakan daging yang dimasak manis dengan penambahan ketjap (baca: kecap) dan rempah lain adalah salah satu makanan khas Indonesia hasil racikan meneer-meneer Belanda. Dahulu ketika mereka “main” ke Indonesia dan menemukan sumber rempah terbaik, mereka berpikir kreatif menciptakan makanan lezat yang konon menjadi jamuan favorit saat acara besar.‘Smoor’ dalam bahasa Belanda berarti masakan yang direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan melewati proses stewing/braising[1]. Sebaliknya, Indonesia juga menanamkan pengaruh kuat pada kuliner Belanda, antara lain "rijsttafel", dalam bahasa Inggris "rice table".Apa itu rijsttafel? Singkatnya bisa langsung meluncur ke tautan ini [2].
Komitmen Belanda untuk memperhatikan kualitas makanan sejak dahulu sudah terlihat jelas, bukan hanya berhasil memanjakan lidah dengan racikan kuliner yang enak, tetapi bagaimana menjaga kualitas pangan dalam lingkup luas. Sejarah mencatat untuk memenuhi kualitas pangan berkualitas, meneer-meneer dari Koninkrijk der Nederlanden dengan kreativitas tingkat dewa, mencari alternatif pusat pangan (terutama rempah) dunia melalui pelayaran. Negara Asia menjadi daerah yang “persinggahan” untuk membongkar muat komoditi pangan saat itu.Gigih sekali bukan untuk mendapatkan pangan kelas satu?
Itu sejarah Belanda berabad lalu, bagaimana dengan saat ini? Komitmen Belanda untuk menyediakan pangan terbaik juga terlihat dari berbagai sudut, mulai dari proses di ladang hingga sampai di piring saji, mulai dari level mikro (pajanan mikroba pada makanan) hingga skala makro (misalnya berkutat pada ketahanan pangan) [3]. Dalam lingkup global, Belanda juga surga untuk penelitian bidang pangan dan teknologinya, tengok saja berbagai universitas di Belanda yang namanya mendunia karena hasil risetnya di bidang pangan: pusat riset di Wageningen University, sebagai contoh, merupakan universitas terbaik kedua di dunia dalam pengembangan Food Science and Nutrition (versi www.cest.ch) dan universitas terbaik se-Eropa[4]. Pusat riset food and nutrition juga terletak di The Netherlands’ Food Valley – hamper mirip dengan Northern California’s Silicon Valley – pusat R&D centers and institutes yang mengkhususkan diri untuk melakukan riset di bidang agrifood, life sciences, genomics, nutrition and health [3, 6]. Peneliti-peneliti terbaik juga banyak berkumpul di NIZO Food Research [5]. Jadi tidaklah saah jika menyebut Belanda sebagai home to one of the largest agrifood clusters in the world. Tidak hanya berkutat pada hasil penelitian, aksi nyata keunggulan Belanda dibuktikan dengan predikat “the world’s third-largest exporter of agricultural products” [3].
Begitu maha-dayanya kehebatan Belanda di bidang pangan yang sangat esensial, sejatinya tidak perlu ditakuti sebagai ancaman “penjajahan model baru”. Belanda dengan semangat kemajuannya, justru merangkul melalui program kemanusiaan terkait pangan, misalnyapartisipasi dalam The Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) untuk menekankasus malnutrisi di negara less fortunate di Afrika [7], atau Global Agriculture & Food Security Program [8]
So, what’s up next? Pastinya negara yang pasionately curious akan terus belajar mengembangkan kreativitas dan ilmu pengetahuan. Penemuan dan inovasi yang diciptakan Belanda saat ini wajarnya menginspirasi kemajuan di Indonesia. Kuncinyasemangat berinovasi, mereka tidak hanya berkarya tetapi menikmati proses dalam berkarya.
[1] http://www.indochef.com/semur-daging
[2] http://www.expatica.com/nl/leisure/dining_cuisine/guide-to-ethnic-foods-213_9683.html
[3] http://www.fooddrink-magazine.com/content/view/431/
[4] http://www.mft.wur.nl/UK/Wageningen+City+of+Food/
[5] http://www.nizo.com/about-nizo/nizo-in-short/
[6] http://www.nfia.com/www_NFIA%20IFT%20%20Agro-Food%20brochure_WEB.pdf
[7] New solutions needed to achieve the UN Millennium Development Goals, www.dsm.com
[8] http://dc.the-netherlands.org/news/2012/04/global-agriculture--food-program.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H