Lihat ke Halaman Asli

izzatul mustaanah

Universitas Airlangga

Animal Welfare: Apakah Kita Sudah Cukup Paham?

Diperbarui: 1 Juni 2024   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pin.it/4Gqidlxca 

            Di era saat ini mungkin kita sering menjumpai berita atau kejadian yang tidak sesuai dengan animal welfare atau kesejahteraan hewan. Entah hal tersebut kita saksikan secara langsung maupun melalui sosial media. Namun, terkadang kita juga tidak sadar bahwa hal tersebut termasuk ke dalam animal abuse. Mungkin bagi kita ada beberapa hal yang terlihat biasa saja namun sebenarnya hal tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai animal abuse. Di sosial media banyak sekali oknum-oknum yang menyebarkan berita atau kejadian animal abuse. Tanpa rasa bersalah, mereka dengan bangga menyebarkan hal-hal tersebut. Padahal sebagai makhluk hidup, semestinya kita paham dengan animal welfare. 

            Sebenarnya sedari dulu sudah banyak kejadian yang tidak sesuai dengan animal welfare, tetapi banyak dari kita yang acuh. Contohnya seperti topeng monyet. Bukankah monyet juga makhluk hidup seperti kita yang berhak untuk menjalani kehidupannya dengan bebas di habitatnya?. Lantas mengapa ia dijadikan sebagai objek hiburan sedangkan ia sendiri terkurung?. Dan yang aneh adalah hal tersebut dibiarkan seolah-olah itu adalah hal yang normal bahkan banyak dari kita yang malah merasa senang ketika menyaksikan hal tersebut. Namun meskipun banyak yang acuh terkait hal tersebut untungnya masih ada yang aware  mengenai animal welfare, seperti :

  • Nurohman, Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, menjelaskan, Gubernur Jawa Timur melarang pertunjukan topeng monyet sejak Januari 2019. Topeng monyet, katanya, tak boleh berkeliaran bebas menyajikan pertunjukan ke perkampungan.
  • BKSDA Jatim meminta, masyarakat tak melayani pertunjukan topeng monyet di kampung termasuk memberi uang usai pertunjukan. Pemerintah Kota Surabaya, katanya, agar menginstruksikan atau mengeluarkan edaran kepada Ketua RT/RW melarang topeng monyet. Dia khawatir juga, monyet membawa penyakit, dan menularkan kepada manusia.
  • Surat Gubernur Jatim tertanggal 8 Januari 2019 ditandatangani Gubernur Soekarwo menyebutkan, surat keluar karena pertunjukan topeng monyet marak di Jatim. Surat ini berisi pertunjukan topeng monyet merupakan bentuk kekerasan terhadap satwa, menirukan perilaku manusia yang menganggu perilaku alaminya. Tak sesuai dengan kaidah kesejahteraan satwa (animal welfare).
  • ProFauna menelusuri pusat pelatihan monyet ekor panjang untuk pertunjukan di Blitar. Monyet dilatih sejak kecil dengan cara kejam. Secara mental, monyet bakal takut, dan depresi kepada manusia yang melatih dan mengikuti instruksi pelatih. Monyet ekor panjang yang terlatih biasa disewakan. Biasa, pertunjukan topeng monyet ramai saat Ramadan dan libur Lebaran. Rosek memantau pertunjukan di Malang, Blitar, Surabaya, Sidoarjo, dan Banyuwangi.

Dan untungnya, sekarang pertunjukan topeng monyet sudah mulai berkurang.

            Selain topeng monyet masih banyak kejadian yang menyangkut animal abuse. Pertama, pertandingan horse racing yang tidak sesuai dengan standar animal welfare. Seperti pemeriksaan yang kurang teliti terhadap kuda yang akan memasuki arena pertandingan. Selain itu, ketika pertandingan berlangsung rider hanya boleh memukul kuda max sebanyak tiga kali untuk rider beginner dan max dua kali untuk rider professional. Namun nyatanya masih banyak yang melanggar hal tersebut. Masih banyak rider yang memukul kuda lebih dari ketentuan tersebut dimana hal tersebut tentunya dapat menyakiti kuda dan sudah termasuk ke dalam animal abuse. 

            Dari beberapa kasus yang telah saya sebutkan diatas, perlu disimpulkan bahwa kita sebaiknya bisa meningkatkan pemahaman atau pengetahuan kita mengenai animal welfare karena jika kita mengabaikan itu, semua orang juga akan acuh mengenai kesejahteraan hewan yang sebenarnya perlu diperhatikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline