Lihat ke Halaman Asli

Izzati Dzilli Qurani

Mahasiswa 23107030100 UIN Sunan Kalijaga

Tradisi Lebaran Membuat Kue Kering: Mengukir Kenangan Manis dalam Budaya Keluarga

Diperbarui: 17 April 2024   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Lebaran merupakan waktu yang tepat untuk mengukir kenangan manis bersama keluarga tercinta. Lebaran di Indonesia tidak hanya menjadi momen pelengkap setelah berakhirnya bulan Ramadan, namun juga merupakan waktu di mana tradisi-tradisi khas setiap keluarga dipelihara dengan penuh makna. 

Dari banyaknya tradisi yang ada, membuat kue kering untuk disajikan di Bulan Syawal merupakan hal yang paling ditunggu banyak keluarga. Biasanya kue kering dibuat sekitar seminggu sebelum lebaran, dan disajikan di ruang tamu sebagai penyambutan hari raya Idulfitri.

Pembuatan kue kering telah menjadi tradisi lebaran yang sudah dijalankan berabad-abad. Setiap keluarga akan membuat kue kering dan tercipta rasa harmoni antara keluarga tersebut. 

Tak hanya tercipta momen kebersamaan, membuat kue kering bersama keluarga juga merupakan momen langka karena ini adalah kesempatan untuk berkumpul dan berbincang-bincang di meja dapur. 

Jika mungkin di hari biasa tiap anggota keluarga memiliki kesibukannya masing-masing. Setiap Langkah dalam pembuatan kue kering penuh dengan makna kebersamaan dan warisan budaya yang akan dilanjutkan dari generasi ke generasi.

Saya sempat bertanya ke orang tua saya, memang apa bedanya membuat dan membeli kue kering saat lebaran?. Lalu beliau menyampaikan pendapatnmya "kalau bikin sendiri tu selain hemat bahan, mempererat hubungan sama anak juga, karena kita jadi bisa ngobrol di meja yang sama" ucap Bu Ratna yang kebetulan merupakan ibu saya sendiri. Beliau selalu menyiapkan kue kering setiap tahunnya menjelang lebaran. Kue yang biasa beliau buat adalah kastengel.

Tradisi ikonik ini disambut dengan sangat antusiasme oleh semua kalangan, karena umur berapa pun bisa mencicipi kue ini. Di setiap rumah, aroma manis dari kue-kue yang baru matang dipanggang memenuhi ruangan. Aroma saat mencicipinya pun menciptakan suasana hangat akan kebersamaan. Tidak hanya kegiatan kuliner semata, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk meneruskan budaya keluarga di Indonesia.

Banyaknya variasi kue kering mencerminkan keanekaragaman budaya Indonesia itu sendiri. Dari kue nastar, putri salju, kue kacang, lidah kucing, kastengel, semua itu memiliki rasa, tekstur dan bentuk yang berbeda. Tak hanya tentang hasilnya, perjalanan pembuatan kue juuga bermakna. Dimulai dengan persiapan bahan-bahan sesuai resep turun menurun.

Generasi muda diminta untuk terlibat dalam setiap tahap pembuatan kue kering. Mempelajari teknik mengaduk adonannya, pembentukan kuenya, proses pemanggangan, hingga menyusunnya di toples rumah. Setiap anggota keluarga diberi tugas masing-masing, sehingga pembuatan kue kering dapat diselesaikan dengan lebih cepat.

Kue-kue kering tersebut juga menyimbolkan kebaikan dan kemurahan hati si pemilik rumah. Tradisi saling bertukar makanan antar tetangga, teman dan saudara adalah salah satu cara mengekspresikan kebahagiaan di hari raya Idulfitri. Salah satunya dengan bertukar kue kering, semakin dekat dengan kerabat sekitar, semakin indah hubungan pertetanggaan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline