Lihat ke Halaman Asli

Izza Shafa

Part time freelancer

Silaturahmi dan Logika Berzakat

Diperbarui: 8 November 2022   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: detik.com

 

Banyak hikmah yang dapat kita petik dari rangkaian puasa Ramadhan, zakat, dan hari raya idul fitri. Setelah membersihkan diri dengan puasa Ramadhan, seorang muslim mengeluarkan zakat fitrah untuk didermakan kepada sesamanya yang kekurangan. Dan kemudian bersilaturrahim kepada sanak saudara, kerabat, teman dan sesama muslim saat lebaran tiba.

Zakat dan silaturrahmi bisa dikatakan memiliki garis makna yang berhubungan nan indah. Pasalnya,  silaturrahmi dilakukan pada saat hari raya idul fitri pasca kita melaksanakan ibadah zakat fitrah. Pada kali ini yang dilakukan adalah zakat fitrah Hari raya Idul Fitri dan identik dengan momen kita bersilaturrahmi kepada sesama muslim dengan cara bermaaf - maafan. 

Zakat memiliki arti suci, dan zakat dapat menyucikan hati kita sehingga tidak ada dengki ataupun  iri hati dan membuat hati kita bersih.

Seperti firman Allah SWT :    

Yang memiliki arti :  "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat tersebut engkau membersihkan dan mensucikan mereka." (QS. At-Taubah: 103)

Jadi, hakekat harta itu adalah suci, dan boleh jadi ketika kita mengusahakanya ada hal hal kecil yang telah mengotori harta itu dan kemudian dengan berzakat dia (kotoran) akan keluar. Dan lantas bisa dikatakan tidak dapat mensucikan harta yang kita miliki, apabila harta yang kita dapatkan dengan cara yang haram seperti korupsi, mencuri ataupun hal tercela lainya.

 Allah SWT mewajibkan zakat. Dan zakat memiliki fungsi sosial yang telah diingatkan pada Al Qur'an Q.S Adz Dzuriyat : 19 yang berbunyi :  

Artinya : "Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta."  

Melalui ayat ini, bisa dikatakan bahwa orang bertakwa selalu taat untuk melaksanakan ajaran Allah SWT, salah satunya yakni beribadah zakat. Sehingga, mereka menyadari bahwa pada harta yang mereka miliki ada hak orang lain yang wajib dikembalikan.       

Mari kita lihat dari logika dari zakat. Allah tidak meminta semua harta yang kita miliki didermakan kepada orang lain. Dengan dibuktikan adanya ketentuan kalau zakat perdagangan 2,5% atau zakat pertanian katakanlah 10% dan masih ada 90% untuk diri kita sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline