Lihat ke Halaman Asli

Izzah Annisatur Rahma

Dosen dan Psikolog Klinis di Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Canda atau Luka? Mengenali Humor yang Tepat dalam Pengasuhan

Diperbarui: 6 September 2024   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi canda dengan buah hati. Sumber: popmama.com

Dunia maya baru saja digemparkan oleh berbagai pendapat yang berbeda mengenai candaan dengan anak. Perdebatan ini berawal dari beredarnya cuplikan seorang anak yang 'dijahili' oleh orangtuanya hingga menangis. Sebagian netizen menganggap hal tersebut merupakan bentuk candaan orangtua kepada anak yang menimbulkan reaksi lucu dan menggemaskan dari sang anak. Sekelompok netizen lainnya menganggap hal tersebut meresahkan karena candaan yang ditunjukkan orangtua dianggap berlebihan.

Lalu , bagaimanakah candaan terhadap anak dilihat dari sudut pandang psikologi?

Candaan atau yang lebih dikenal sebagai humor adalah perilaku yang muncul karena adanya persepsi lucu terhadap suatu peristiwa (Martin, 2007). Humor kerap kali dikaitkan dengan perasaan positif, kebahagiaan, dan hubungan hangat dengan orang lain. Kemampuan manusia dalam memahami humor dimulai sejak bayi dan salah satunya dipengaruhi oleh interaksi antara orangtua dan anak.

Penelitian mengenai dampak humor terhadap perkembangan anak telah banyak dilakukan. Kazarian et al. (2010) mengungkap bahwa humor berkolerasi dengan kebahagiaan dan kemampuan individu dalam meregulasi emosi. Saat orangtua melempar candaan tepat, anak dapat merasa aman dan senang, sehingga anak tidak mudah cemas selama berada di dekat orangtua maupun lingkungan yang lebih luas.

Penggunaan humor dalam pengasuhan juga memiliki dampak yang luar biasa besar bagi anak, seperti melatih fleksibilitas berpikir, mekanisme koping, menjaga stabilitas emosi, meningkatkan kelekatan aman antara orangtua dan anak, serta meningkatkan kesehatan mental pada anak (Emery et al., 2024; San Martin et al., 2016). Berbagai masalah psikologis seperti kecemasan, stres, dan depresi dapat dihindari karena rutinnya penggunaan humor di rumah.

Namun demikian, tidak semua humor memiliki dampak yang serupa. Penggunaan humor yang tepat dalam pengasuhan diketahui dapat menjadi faktor pelindung agar anak terhindar dari masalah emosional dan kesulitan menjalin hubungan (Leon-del-Barco et al., 2022). Sebaliknya, penyampaian humor yang tidak tepat justru dapat meningkatkan risiko terjadinya permasalahan mental pada anak.

Perlu diketahui bersama bahwa humor terdiri dari berbagai bentuk. Setiap bentuk humor menunjukkan pengaruh berbeda terhadap tumbuh kembang anak.

Secara umum, humor terdiri dari dua bentuk, yaitu adaptive humor dan maladaptive humor (Martin et al., 2003). Adaptive humor dibagi ke dalam dua jenis, yaitu: 1) affiliative humor yang bertujuan untuk menciptakan hubungan interpersonal yang hangat menggunakan lelucon; dan 2) self-enhancing humor yang bertujuan untuk mengatur emosi dan mengatasi stres melalui pandangan hidup humoris terhadap pengalaman hidup. Sedangkan maladaptive humor terbagi ke dalam dua jenis, yaitu: 1) aggressive humor yang bertujuan untuk mengkritik atau memanipulasi orang lain melalui ejekan atau olokan; serta 2) self-deveating humor yang berupa candaan dengan merendahkan atau menertawakan diri sendiri.

Lantas, candaan seperti apa yang tepat diberikan untuk anak?

Beberapa tips berikut ini dapat diterapkan para Ayah dan Bunda saat bercanda dengan buah hati, seperti:

  • Berikan lelucon lucu yang sesuai dengan usia anak, misalnya dengan saling melempar tebak-tebakan.
  • Pada usia yang lebih dini, permainan peek a boo juga menjadi salah satu alternatif dalam bercanda.
  • Lakukan aktivitas atau permainan yang lucu dan menarik bagi anak.
  • Perhatikan reaksi anak dan hentikan candaan ketika anak menunjukkan respon tidak nyaman, ketakutan, atau menangis.

Orangtua juga perlu memperhatikan beberapa hal yang perlu dihindari saat bercanda dengan buah hati, seperti:

  • Menertawakan kekurangan yang dimiliki oleh anak.
  • Menjadikan ketakutan anak sebagai bahan tertawaan.
  • Memberikan kejutan yang mengagetkan atau menakutkan.
  • Menunjukkan sikap bermusuhan dengan anak.
  • Tiba-tiba menghilang dan meninggalkan anak tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline