Lihat ke Halaman Asli

Izzah AzaliyahAthifah

Mahasiswa/santri

perkembangan fisik, kognitif, dan sosioemosional remaja

Diperbarui: 1 Desember 2022   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada masa remaja kita pasti mengalami masa-masa labil, dimana seringkali kita merasa ingin memberontak lalu ingin sekali dimengerti. Untuk itu, dirasa perlu memahami perkembangan apa saja yang terjadi pada tahapan remaja ini. Menurut KONPKA masa remaja dibagi menjadi tiga, yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja madya (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (19-22 tahun).

Perkembangan yang terjadi pada remaja meliputi fisik, kognitif, dan sosioemosional.

  • Perkembangan fisik remaja dapat dilihat dari perkembangan internal dan eksternal. Perkembangan fisik internal diantaranya sistem perncernaan lebih menjadi kuat dan tebal, sistem peredaran darah mencapai tingkat kematangan, dan perubahan pada fungsi produktif dan hormonal. Sedangkan perkembangan fisik eksternal diantaranya meningkatnya tinggi dan berat badan, proporsi tubuh mencapai perbandingan yang baik, dan terdapat perubahan pada bentuk tubuh karena hormon.
  • Perkembangan kognitif pada remaja, menurut piaget teori perkembangan pada remaja masuk dalam tahap teori operasional formal yang mana teori ini masuk dalam teori keempat dan yang terakhir dalam teori perkembangan piaget. Dalam tahap ini remaja dapat lebih mengolah kejadian-kejadian dengan logis.
  • Perkembangan sosioemosional, sesuai dengan namanya perkembangan ini memiliki keterkaitan dengan emosi atau perasaan remaja. Dalam perkembangan sosioemosional dapat dilihat dari peningkatan pengaruh sebaya, pengelompokan sosial dan perubahan perilakunya, remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara menggerutu, meledak-ledak, atau tidak mau bicara, dan remaja mulai mencapai kematangan emosi dengan menunjukkan sikap pengendalian diri.

Menurut teori ERIKSON remaja berusaha untuk menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada pada diri mereka dan arah mereka dalam menjalani hidup yang disebut identity confusion. Remaja yang tidak dapat menyelesaikan krisis identitasnya akan mengalami identity confusion atau keseimbangan akan identitasnya .

Dari beberapa penjelasan tersebut, remaja dapat memiliki beberapa metode pembelajaran:

  • Diskusi : menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan
  • Eksperimen : siswa dapat melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati serta menuliskan hasil percobaanya
  • Demonstrasi : dengan cara memperagakan barang, aturan dan urutan melakukan kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan materi atau yang disajikan
  • Simulasi : proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya bukan bendanya atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline