Lihat ke Halaman Asli

Remaja dan Masalahnya

Diperbarui: 25 Juni 2015   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara tentang remaja dan masalahnya tak ubahnya seperti bicara tentang anak ayam dan telur ayam. Kira-kira mana yang muncul lebih dulu ya ? ^_^

Sebuah episode kehidupan dimulai dari bayi, anak, remaja, dewasa, usia lanjut sampai meninggal. Remaja, dalam bidang kesehatan didefinisikan sebagai seseorang yang berumur 10 – 19 tahun dan belum menikah. Adanya batasan waktu dimaksudkan untuk memberikan kesempatan melakukan evaluasi jika sampai usia maksimal, yaitu 19 tahun, tanda-tanda yang menunjukkan berubahnya fase usia atau episode kehidupan belum juga muncul. Dalam arti, harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan penyebabnya sehingga terapi yang dilakukan juga bisa dimulai sedini mungkin.

Ada apa dengan remaja ?

Fase kehidupan remaja diawali dengan mulai berfungsinya organ-organ reproduksi yang dipicu oleh peningkatan aktifitas hormon. Pada anak perempuan, organ reproduksi mulai berfungsi dengan adanya rangsangan dari hormon estrogen dan progesteron, sehingga terjadi proses menstruasi. Sedangkan pada anak laki-laki organ reproduksi mulai berfungsi akibat adanya rangsangan dari hormon testosterone, sehingga terjadi proses pengeluaran sperma dalam kondisi tidak sadar ( biasanya saat tidur ) yang dikenal dengan istilah mimpi basah. Remaja, dalam ilmu agama dikenal dengan istilah akil baligh.

Apakah cukup sampai disitu ? Jelas tidak. Hormon-hormon yang mulai aktif pada usia remaja tidak hanya memunculkan tanda-tanda kelamin primer seperti menstruasi dan mimpi basah, melainkan juga tanda-tanda kelamin sekunder sepertiperubahan bentuk tubuh secara fisik dan juga perubahan secara mental, sosial, budaya, lingkungan dan spiritual. Seperti tingginya rasa ingin tahu di kalangan remaja, perubahan lingkungan pergaulan, perubahan kemampuan berpikir dan berperilaku, rasa tertarik kepada lawan jenis, sampai perubahan gaya hidup.

Perubahan-perubahan inilah yang memungkinkan munculnya permasalahan di kalangan remaja. Seperti kenakalan remaja, gaya hidup bebas yang bisa menjerumuskan remaja kepada kehidupan seks bebas, atau bahkan banyak juga remaja yang terjerumus dan terjerat oleh narkoba dan juga HIV-AIDS.

Tetapi, permasalahan di lingkungan remaja juga bisa menjadi pemicu permasalahan yang muncul pada diri remaja itu sendiri. Seperti kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua, tidak adanya keteladanan yang bisa dijadikan contoh yang baik bagi remaja, baik itu di rumah, di sekolah dan juga di masyarakat, kurangnya ruang bagi remaja untuk mengaktualisasikan dirinya, dan lain sebagainya.

Lalu, apa yang bisa dilakukan, agar tidak terjebak pada blunder pertanyaan, mana yang lebih dulu menimbulkan masalah, remajanya atau masalahnya ?Ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik oleh remaja itu sendiri maupun oleh lingkungan di sekitar remaja yaitu orang tua, guru dan masyarakat.

1.Kenali Diri

Remaja harus kenal dengan dirinya. Setiap perubahan yang terjadi, pasti menyebabkan tanda tanya. Masalahnya, tidak semua orang mampu memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan yang diajukan oleh remaja, termasuk orang tua. Di sekolah pun jarang ada kegiatan konseling yang mampu membuka wawasan dan kerangka berpikir remaja untuk lebih mengerti dirinya.

Apalagi di masyarakat. Lingkungan masyarakat yang cenderung hedonis seperti sekarang ini bahkan mampu menggiring remaja ke dalam pola berpikir yang salah. Era globalisasi juga dapat menjadi pintu bagi remaja untuk membuka ruang dunia yang cukup luas, sehingga dunia seakan tak berbatas.

Rasa ingin tahu yang besar pada diri remaja jika tidak didukung oleh referensi yang tepat, malah akan menyebabkan remaja menjadi bingung. Alhasil, banyak remaja yang terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik yang diawali dengan upaya coba-coba, mulai mencoba menjadi preman kecil di lingkungan sebayanya, sampai mencoba narkoba dan seks bebas.

2.Beri Contoh

Orang tua adalah teladan utama untuk anak-anaknya, termasuk anak yang menginjak usia remaja. Jika di rumah, orang tua adalah teladan untuk anaknya, maka di sekolah guru adalah teladan untuk anak didiknya. Keteladanan itu penting. Teladan dalam segala hal, termasuk gaya hidup.

Setiap remaja mempunyai rasa ingin menjadi seperti idolanya. Remaja mempunyai rasa ingin diakui di dalam kelompoknya. Remaja mempunyai rasa ingin menjadi pusat perhatian. Dan banyak lagi keinginan-keinginan yang lainnya. Termasuk sikapnya yang kritis terhadap segala yang terjadi di sekitarnya.

Disinilah pentingnya keteladanan, karena remaja masih belum mampu berpikir secara dewasa. Yang dia tahu adalah apa yang dia lihat, apa yang dia dengar, apa yang dia rasakan dan apa yang dia baca. Pendampingan dari orang-orang terdekatnya akan mampu memberinya jalan untuk berproses menuju dewasa.

3.Beri kesempatan

Aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau ekstrakurikuler atau kegiatan bermanfaat lainnya adalah salah satu cara menyalurkan energi yang tumbuh dengan pesat dalam diri seorang remaja. Ketika remaja aktif dalam sebuah kegiatan, maka waktu yang digunakan untuk memikirkan hal-hal yang belum terjangkau oleh daya nalarnya bisa sedikit dikurangi. Aktifitas dalam organisasi dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya juga mampu memberikan tempat bagi remaja untuk mengembangkan pola berpikirnya. Dengan begitu, diharapkan remaja akan mampu menyampaikan aspirasinya dan menyelesaikan masalahnya dengan cara yang baik dan benar.

4.Bersikap terbuka

Remaja butuh tempat untuk menyampaikan pikirannya atau sekedar curhat tentang masalah pribadinya. Remaja cenderung hidup berkelompok. Mereka pasti mempunyai sahabat atau teman dekat. Sikap orang tua yang cenderung tertutup apalagi otoriter, bisa menjadi bumerang yang mampu menghancurkan kehidupan anak remajanya itu sendiri. Terbuka terhadap segala perubahan, termasuk perkembangan teknologi, bukanlah hal yang salah. Yang diperlukan hanyalah memperkecil lubang penyaring terhadap segala informasi yang masuk. Ambil yang baik, buang yang buruk.

5.Orang tua adalah sahabat pertama dan utama bagi remaja.

Anak adalah amanah. Sebisa mungkin harus diusahakan bahwa orang tua adalah sahabat pertama dan utama untuk anak-anaknya. Sekecil apapun proses tumbuh kembang yang terjadi sebaiknya diketahui lebih dulu oleh orang tua. Sebagaimana mereka belajar untuk tumbuh dan berkembang dari orang tuanya maka orang tua juga harus belajar untuk lebih bersikap arif dan bijaksana melalui proses yang terjadi pada anak-anaknya. Karena kedewasaan tidak berbanding lurus dengan usia. Semua manusia akan terus berproses untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Saat ini marak terjadi kenakalan remaja, mulai dari premanisme yunior sampai tawuran berkelompok. Bahkan banyak juga remaja yang jatuh dalam dunia seks bebas dan juga terjerat narkoba. Orang tua adalah aktor utama dibalik kegagalan remaja menemukan jati dirinya. Disamping pihak sekolah dan masyarakat. Maka dari itu, pembinaan lingkungan yang sehat harus dimulai sedini mungkin dan sedekat mungkin. Secara dini artinya dimulai sejak kecil atau bahkan sejak dalam kandungan. Dan sedekat mungkin artinya dimulai dari orang-orang terdekat, yaitu keluarga.

@ semoga bermanfaat @ salaam @

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline