Lihat ke Halaman Asli

Idealis dalam Praksis

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia bertingkah laku sesuai apa yang ia anggap benar, subyektifitas adalah alasan yang tak bisa dibantah sebagai nilai kebenaran pribadi dan tak perlu  memperoleh penjelasan baru dari luar. Akan banyak dinamika persoalan yang timbul jika nilai kebenaran masing-masing orang itu dipertentangkan.bukan menemukan titik terang tapi hanya kemelut panjang yang rumit untuk ditemukan hasil akhirnya,bahkan tak mampu ditemukan mana arus pemikiran yang ideal.Kesemrawutan itu memang begitu adanya dan trah murni dari Tuhan sebagai anugerah fitrah bagi hidup manusia.

Bukan hal tabu, bukan sesuatu yang aneh jika kita memandang dengan perspektif lebih luas terhadap jalan pikir yang berbeda pada tiap diri manusia. Manusia bukanlah sebuah rekayasa mekanika yang bisa seadanya diatur dan dikendalikan oleh manusia lain, manusia adalah makhluk yang bebas dan otonom dalam bertindak,bersikap dan berfikir. Tapi bukan berarti manusia adalah makhluk tanpa aturan, manusia adalah makhluk yang berfikir, memiliki akal dan mampu mendayakan segala potensi inderanya.

Setiap pandangan yang diciptakan oleh manusia adalah hasil interpretasi yang sudah tersistem penuh sebagai prinsip yang benar sebagai produk budaya yang tidak bisa begitu  saja dihilangkan, semuanya berjalan sesuai dengan garis haluan masing-masing,pertentangan? Itu hal wajar, tapi bukan menjadikan pertentangan itu sebagai ajang menjatuhkan dan memojokkan  pihak lain yang dianggap tak sejalan, melainkan menjadikan koreksi dan intropeksi diri terhadap kekurangan-kekurangan sendiri.

Mustahil jika manusia tak mempunyai kekurangan, karena kekurangan adalah implementasi dari sifat-sifat manusia. hanya sikap kesombongan yang mengatakan bahwa seorang manusia itu sempurna. Rasa kekurangan inilah yang menciptakan manusia untuk terus mencari kesempurnaan dengan selalu belajar dan terus belajar darimana saja ia memperoleh sumber-sumber pembelajaran, kekurangan adalah kelemahan,kesadaran kelemahan menjadikan manusia lebih sadar diri akan semua tingkah laku dan perbuatannya. Efeknya, ia tak akan  mudah untuk cepat menyalahkan tindakan dan gagasan orang lain, walau berbanding terbalik dengan konsep kebenaran miliknya.

Sebagai hasil dari sikap kerendahan dari kelemahan itu, manusia diharapkan memiliki rasa saling memahami dan menghargai setiap  idealisme yang ada di masyarakat tanpa sibuk mencari-cari kesalahan dan mengambinghitamkan idealisme lain. namun, memahami dan mengerti dalam praktiknya tidak selalu mudah dilakukan begitu saja, kepekaan manusia terhadap intervensi-intervensi luar dalam lingkungan menjadikan manusia menjadi makhluk yang sangat sensitif terhadap segala macam bentuk keputusan dan ketetapan yang ada. Oleh karena itu, kebutuhan akan media penjembatan sebagai sarana pengantar setiap argumen yang ada harus menjadi prioritas utama demi menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline