Mudik adalah momen yang sangat dinantikan oleh setiap orang yang pergi merantau meninggalkan kampung halaman. Membayangkan berkumpul bersama keluarga yang sudah lama tidak berjumpa akan membuat hati merasa senang, khususnya di hari spesial seperti Lebaran. Indahnya menjalin silaturahmi harus selalu tetap dijaga, tidak hanya melalui telepon tapi juga harus bertatap muka.
Sejak kecil, ayah selalu mengajak seluruh anggota keluarganya untuk pulang kampung bila hari lebaran (Idul Fitri) akan tiba. Mengunjungi nenek, bercerita dan saling bercanda. Kebiasaan itu pasti selalu kami lakukan setiap tahun. Karena bagi ayah, setidaknya beliau harus melihat nenek minimal setahun sekali.
Kami tinggal di Kota Pematangsiantar dan nenek tinggal di Kota Bagan Batu. Jarak antara kedua kota sekitar 330 km dan biasanya ditempuh dengan jalur darat sekitar delapan jam non stop. Lamanya waktu di perjalanan terkadang membuat bosan, rasanya ingin sekali cepat-cepat sampai ke tempat tujuan. Ditambah dengan jalan yang berkelok-kelok kadang membuat kepala jadi pusing.
Suatu hari menjelang lebaran tiba, saya pernah mabuk perjalanan saat hendak pulang kampung. Kepala pusing dan perut mual terasa ingin muntah. Saat itu ayah meminta pada mama untuk menunda perjalanan ke kampung karena merasa kasihan pada anaknya yang kurang sehat. Namun mama menolak karena kami sudah tanggung hampir setengah perjalanan. Mama menyarankan ayah untuk singgah ke apotek terdekat dan membeli tolak angin.
Saya meminum tolak angin herbal + madu. Satu tegukan tolak angin memberikan kehangatan dan melegakan tenggoorokan. Wangi rempah-rempah pilihan dan aroma madu juga tercium saat diminum, khasiatnya juga nendang. Tidak lama perut mual yang saya rasakan perlahan menghilang. Saya pun membawakan diri untuk tidur agar kepala tidak terlalu pusing. Satu jam menjelang sampai ke rumah nenek saya terbangun dan kepala sudah sembuh. Alhamdulillah, Allah menyegarkan saya kembali melalui tolak angin.
Selalu Sedia Tolak Angin di Tas
Sejak lama Mama selalu menyediakan tolak angin di rumah, sebagai persediaan untuk jaga-jaga bila ada anggota keluarga yang merasakan mual, perut kembung dan pusing secara tiba-tiba. Serta persediaan untuk menjaga daya tahan tubuh dan penghilang capek bila terkadang terlalu giat dalam bekerja dan belajar.
Varian tolak angin yang sering dibeli mama adalah tolak angin herbal + madu, sebab produk ini yang lebih sering dijumpai di pasar. Sedangkan ayah sering membeli tolak angin permen herbal pelega tenggorokan di toko retail. Sedangkan saya pribadi lebih suka mengkonsumsi tolak angin herbal + madu, sebagaimana yang kita tahu madu sangat baik untuk menjaga daya tahan tubuh.
Mengikuti jejak mama yang senang membeli tolak angin sebagai persediaan, saya pun selalu menyediakan tolak angin di tas. Ukuran sachet nya yang kecil memudahkan untuk terus dibawa kemana saja dan kapan saja. Si "pintar" ini selalu setia menemani dan menjadi andalan pertama saat perut kembung dan capek menyerang, sebabnya sudah dipastikaan tolak angin selalu tersedia di tas atau pouch.
Teman Setia Saat Tidur Larut Malam
Saya sering tidur hingga larut malam disebabkan karena mengejar deadline lomba menulis ataupun keasyikan menonton Drama Korea. Minimnya waktu tidur yang dimiliki (biasanya kurang dari lima jam) pasti akan membuat tubuh pegal dan capek. Keesokan paginya dipastikan badan akan terasa remuk, sehingga membuat diri menjadi malas untuk melakukan aktivitas di pagi hari.