Lihat ke Halaman Asli

Maraknya HIV/AIDS dikalangan Remaja

Diperbarui: 4 April 2017   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

HIV/AIDS Meningkat Lagi?Apa yang Salah dengan Semua ini?

Remaja adalah aset bangsa & penentu masa depan bangsa.Potensi jumlah besar : Menurut BKKBN, data sensus penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 238,6 juta jiwa, 64 juta jiwa diantaranya merupakan remaja.Tapi apa yang terjadi,sebagian besar remaja saat ini telah salah memilih jalan hidupnya,Persoalan seksualitas (seks bebas, kehamilan tak diinginkan, aborsi),HIV-AIDS atau Penyakit Menular Seksual lainnya sudah tidak asing lagi bagi siapapun yang mendengarnya.Menurut Kementrian Kesehatan RI,situasi masalah HIV-AIDS Triwulan II (April - Juni) Tahun 2013, jumlah infeksi HIV baru yang dilaporkan sebanyak 4.841 kasus.Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (70,7%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (17,1%), dan kelompok umur15-19 tahun (4,5%). Adapun AIDS yang dilaporkan baru sebanyak 320 orang.Persentase AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (33,8%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun (28,8%) dan kelompok umur 40-49 tahun (11,6%).

Dari data tersebut, jelaslah bahwa mereka yang terkena itu sudah terinfeksi dari usia remaja bahkan anak-anak. Dan faktor risiko tertinggi pada HIV maupun AIDS adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (alias seks bebas).Mengapa ini semua bisa terjadi? Apakah yang salah?

"Sungguh memprihatinkan ketika dari jumlah remaja yang begitu banyak, hanya 20-an persen yang mengerti secara komprehensif, masih ada 80 persen yang harus diberi pendidikan," kata Nafisah Mboi, Menteri Kesehatan RI, pada konferensi pers dalam rangka Pekan Kondom Nasional 2012, Rabu (5/12/2012) di Jakarta.

Menurutnya, pendidikan tentang seks sebagai salah satu upaya pencegahan HIV/AIDS di Indonesia masih dianggap tabu, dan belum mendapat perhatian yang cukup dari seluruh kalangan. Seharusnya, pendidikan seks dilakukan sedini mungkin sejak anak sudah mulai mengerti dan dapat melakukan hubungan seks.  Usia 14-24 tahun merupakan usia yang rentan terinfeksi HIV sehingga perlu dibekali pengetahuan yang cukup tentang seksualitas.

Tetapi apakah dengan pengetahuan yang cukup tentang HIV/AIDS menjamin terhindarnya penyakit tersebut? TIDAK ! walaupun remaja telah memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS, tetapi sistem sekuler dan liberal selama ini telah menumbuh-suburkan perilaku bebas. Padahal penyebab utama penyakit ini adalah seks bebas, maka seharusnya ada aturan yang komprehensif yang mencegah berbagai hal yang dapat mendorong perilaku seks bebas serta menindak pelaku seks bebas. Aturan yang komperehensif ini hanya ada dalam Islam. Islam membangun masyarakatnya berdasarkan keimanan dan ketakwaan. Maka Islam mengatur pergaulan laki-laki dan perempuan, melarang berbagai media yang menyuguhkan konten yang merusak, menerapkan pendidikan Islam yang bertujuan membentuk generasi cerdas dan bertakwa, serta memberlakukan sistem sanksi bagi pelaku pelanggaran, termasuk pelaku seks bebas yang telah baligh (dewasa).Selain tentunya mengobati mereka yang terkena bukan karena perilaku seks bebas, seperti transfusi darah, istri dari suaminya yang ‘nakal’, atau janin dari ibunya.Dengan semua aturan itulah maka rantai penularan penyakit HIV-AIDS dapat diputus.

So, jangan sampe masa depan bangsa ini hancur karena generasinya hancur akibat HIV-AIDS, segera kembali kepada keimanan dan ketakwaan, kembali terapkan aturan Islam secara total dalam sistem kehidupan kita. Ini hanya bisa diterapkan kalau kita cerdas tentang Islam, terus rakyat dan pemimpin mau menerapkan semua aturan Islam ini dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.(Nur izzah, Mahasiswi, Bandung, 085974199780)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline