Suasana lingkungan yang nyaman, alam yang indah, bunga-bunga bermekaran di taman, kicauan burung nan merdu tentu menimbulkan rasa tenang dan tentram di hati. Namun suasana hati terkadang bisa terusik oleh keadaan di luar yang tidak kondusif. Hal ini bisa dialami oleh siapapun termasuk kita sebagai pendidik.
Dari rumah kita sudah menyiapkan kondisi sebaik mungkin. Tetiba di sekolah atau di kelas ada saja masalah yang muncul dari peserta didik. Namanya anak-anak, terkadang hanya masalah yang sepele bisa menjadi bahan untuk bertengkar, adu fisik yang tak jarang berakibat fatal.
Tidak ada orang yang pernah bisa memprediksi tentang apapun di luar diri kita. Semua terjadi di luar kehendak manusia. Setiap hari selalu ada hal yang berbeda. Termasuk kondisi peserta didik kita. Kejadian demi kejadian yang terjadi tentu mempermainkan emosi kita. Dalam sehari saja emosi bisa berbah-ubah, datang silih berganti. Terkadang marah, bahagia, penasaran hingga perasaan sedih.
Dalam ilmu psikologi emosi diartikan sebagai pola reaksi kompleks yang melibatkan pengalaman, perilaku, dan fisiologis, yang digunakan untuk menangani masalah atau peristiwa penting yang dialami individu. Emosi juga merupakan sinyal dalam diri untuk merespon keadaan yang dihadapi. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa emosi adalah alarm jiwa yang memberi rasa pada dunia. Tanpa emosi hidup ini tawar dan hambar ibarat masakan tanpa garam.
Hal yang perlu menjadi perhatian adalah bila kita tidak bisa mengenali dan mengendalikan emosi maka suasana hati dan lingkungan akan menguasai. Kecerdasan emosi perlu dimiliki agar kita yang pegang kendali. Kita dapat memakai roda emosi untuk mengenali jenis-jenis emosi. Jika sudah dikenali, kita akan mudah mengidentifikasi.
Saat terjadi sesuatu, ambil jeda sejenak lalu identifikasi emosi yang kita rasakan. Apakah emosi kita sedang marah, bahagia atau bersedih? Dengan mengenalinya, kita akan lebih mudah mengendalikan emosi yang kita rasakan. Misalnya saat ada kabar diskon di toko tertentu atau di mall tertentu kita langsung semangat. Setelah banyak memborong ternyata baru sadar bahwa gaji banyak yang terpotong.
Penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana emosi, propaganda hingga provokasi bisa memanipulasi. Banyak berita hoaks yang menyentuh emosi, menggerakkan hati, mengirimkan jempol hingga ikut menyebarkan. Intoleransi, kekerasan, perundungan hingga konflik yang terjadi di sekitar kita kebanyakan berawal dari pemanfaatan ketakutan dan perasaan terancam.