Lihat ke Halaman Asli

Generasi Muda dan Peran Mereka dalam Mendorong Penegakan HAM

Diperbarui: 26 November 2024   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kalau ngomongin soal Hak Asasi Manusia (HAM), rasanya nggak bakal ada habisnya. Dari dulu sampai sekarang, isu HAM selalu jadi topik yang hangat. Di Indonesia masalah HAM bukan hal baru. Masih banyak pelanggaran yang terjadi mulai dari diskriminasi, kekerasan, sampai pembatasan kebebasan berpendapat. Tapi di tengah situasi ini, ada satu kelompok yang selalu muncul sebagai harapan untuk perubahan yaitu generasi muda.  

Anak muda punya energi, semangat, dan cara berpikir yang segar. Mereka nggak cuma jadi penonton, tapi sering kali jadi motor penggerak dalam mendorong memperjuangkan HAM. Dengan kreativitas mereka, banyak hal yang sebelumnya dianggap tabu mulai dibicarakan. Mereka juga nggak ragu untuk mengkritik ketidakadilan dan menuntut perubahan. 

Anak Muda dan Kesadaran HAM  

Generasi muda zaman sekarang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tumbuh di era informasi yang serba cepat. Internet dan media sosial bikin anak muda lebih gampang akses informasi soal apa yang terjadi di sekitar mereka, termasuk pelanggaran HAM. Misalnya, kasus kekerasan aparat atau diskriminasi terhadap kelompok tertentu. Kesadaran soal HAM ini juga muncul karena anak muda sering berinteraksi dengan berbagai budaya dan pandangan dari seluruh dunia. Mereka melihat bagaimana orang-orang di negara lain memperjuangkan hak-haknya, lalu terinspirasi untuk melakukan hal yang sama di Indonesia.  

Selain itu, pendidikan juga berperan besar. Banyak anak muda yang mulai belajar soal HAM sejak sekolah atau kampus. Mereka paham bahwa HAM bukan cuma soal hak individu, tapi juga soal keadilan sosial dan tanggung jawab kolektif.  

Media Sosial Merupakan Senjata Anak Muda  

Kalau dulu perjuangan HAM lebih banyak dilakukan di jalanan lewat demonstrasi, sekarang ceritanya sedikit beda. Media sosial jadi salah satu alat utama anak muda untuk menyuarakan isu-isu HAM. Lewat platform seperti Twitter, Instagram, atau TikTok, mereka bisa menyebarkan informasi, mengedukasi, bahkan menggalang dukungan dalam waktu singkat.  

Misalnya, ketika ada kasus pelanggaran HAM, di  Twitter bisa jadi viral dalam hitungan jam. Ini bikin orang-orang yang awalnya nggak tahu jadi lebih sadar. Bahkan, tekanan dari media sosial sering kali bikin pihak berwenang nggak bisa mengabaikan masalah itu. Tapi media sosial bukan cuma soal menyebar kritik. Banyak anak muda yang memanfaatkannya untuk edukasi. Mereka bikin konten soal hak perempuan, hak pekerja, atau hak minoritas. Dengan cara ini, mereka nggak cuma nyebarin isu, tapi juga bikin lebih banyak orang paham dan peduli.  

Aktivisme Digital dan Aksi Nyata  

Walaupun media sosial penting, anak muda juga nggak berhenti di situ. Banyak yang turun ke lapangan dan ikut terlibat langsung. Mereka bergabung dengan organisasi atau komunitas yang fokus pada isu-isu HAM. Ada yang ikut advokasi korban pelanggaran, ada juga yang bikin kampanye atau acara untuk menyuarakan keadilan.  

Misalnya, banyak komunitas anak muda yang membela hak-hak kelompok minoritas, seperti masyarakat adat, penyandang disabilitas,dll. Mereka mengadakan diskusi, pelatihan, bahkan penggalangan dana untuk mendukung korban pelanggaran HAM. Di sisi lain, ada juga anak muda yang memilih jalur hukum. Mereka jadi pengacara HAM, bekerja di LSM, atau mendampingi korban di pengadilan. Perjuangan ini memang berat, tapi hasilnya bisa membawa perubahan besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline