Lihat ke Halaman Asli

Membangun Masa Depan Kolaborasi Gender untuk Pembangunan yang Adil

Diperbarui: 19 November 2024   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernahkah kita berpikir tentang apa yang membuat pembangunan suatu negara benar-benar berhasil? Banyak dari kita mungkin langsung membayangkan gedung pencakar langit, jalan raya yang mulus, atau teknologi canggih. Namun, ada satu hal penting yang sering terlewatkan, yaitu kolaborasi antara perempuan dan laki-laki. Bukan sekedar soal ikut meramaikan, tapi kekompakan bekerja sama untuk menciptakan pembangunan yang adil dan merata.

Mengapa Kesetaraan Gender Itu Penting?
Kalau kita berbicara soal kesetaraan gender, banyak yang langsung kepikiran soal isu sosial atau perjuangan hak perempuan. Padahal, ini jauh lebih luas dari itu. Kesetaraan gender adalah tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan potensi secara maksimal dari setiap orang, tanpa memandang gender. Menurut berbagai penelitian, negara-negara yang memberi ruang lebih luas membuat perempuan dan laki-laki untuk terlibat dalam segala aspek, mulai dari ekonomi sampai politik, biasanya memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
Tapi kenyataannya, banyak perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia masih harus berjuang untuk mendapatkan kesempatan yang sama. Mulai dari kesenjangan upah, stereotip gender, hingga akses yang terbatas pada pendidikan dan sumber daya. Kalau kita benar-benar mau maju, masalah-masalah ini harus diselesaikan dulu.

Kolaborasi Gender Kunci Pembangunan yang Inklusif
Bayangkan aja, kalau sebuah tim diisi hanya sama orang-orang dengan tampilan yang sama, hasilnya pasti monoton kan? Nah, begitu juga dalam pembangunan. Kolaborasi antara perempuan dan laki-laki dapat menghadirkan sudut pandang yang lebih beragam, dan ini penting untuk menghadapi masalah yang kompleks.

Contoh sederhananya, umpamanya kalau sebuah taman kota didesain hanya oleh tim yang isinya laki-laki. Mungkin aja hasilnya keren, tapi bisa jadi kurang ramah buat ibu-ibu yang bawa anak atau buat perempuan yang pengen jogging malam. Kalau desainnya melibatkan perempuan dan laki-laki, pastinya fasilitas itu bisa lebih memenuhi kebutuhan semua orang.
Inspirasi dari Negara Lain
Beberapa negara sudah mulai memahami pentingnya kolaborasi gender ini. Di Swedia, misalnya, mereka punya kebijakan cuti melahirkan yang setara dengan ayah dan ibu. Hasilnya? Ayah jadi lebih terlibat dalam mengasuh anak, dan perempuan lebih mudah kembali ke dunia kerja setelah melahirkan. Kebijakan kayak gini nggak hanya membantu perempuan, tapi juga mengubah cara pandang soal peran gender di masyarakat.

Di Indonesia sendiri, meskipun perjalanan menuju kesetaraan gender masih panjang, beberapa kemajuan mulai terlihat. Saat ini, semakin banyak perempuan yang terjun ke dunia politik dan posisi-posisi strategis. Selain itu, semakin banyak pula program pelatihan dan pemberdayaan perempuan yang diselenggarakan, baik oleh pemerintah maupun swasta.

Apakah Tantangan Masih Ada?
Meski sudah ada pergerakan ke arah yang lebih baik, bukan berarti tantangan itu hilang. Salah satu hambatan terbesar adalah stigma sosial yang masih kuat. Banyak masyarakat yang masih berpikir bahwa perempuan seharusnya lebih fokus di rumah, sementara laki-laki menjadi pencari nafkah utama. Pemikiran kayak gini bikin perempuan sering nggak punya kesempatan buat menunjukkan potensi mereka di luar rumah.
Selain itu, akses pendidikan dan pelatihan bagi perempuan juga masih menjadi masalah di beberapa daerah. Kalau perempuan tidak bisa mendapatkan pendidikan yang setara, mereka pasti kesulitan buat bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif. Makanya, butuh upaya serius dari berbagai pihak buat ngubah hal ini.

Solusi dan Langkah Ke Depan
Terus, apa yang bisa kita lakukan agar kolaborasi gender jadi lebih nyata? Berikut beberapa langkah yang bisa kita ambil:

1. Mendorong Pendidikan yang Setara : Pendidikan adalah fondasi menciptakan semua perubahan. Dengan pendidikan yang setara, perempuan dan laki-laki bisa mendapat kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuan mereka dan berkontribusi di masyarakat.

2. Kebijakan Ramah Gender : Pemerintah dan perusahaan harus memiliki kebijakan yang mendukung kesetaraan gender. Contohnya, kebijakan upah yang setara, cuti melahirkan untuk kedua orang tua, dan lingkungan kerja yang bebas diskriminasi.

3. Dukungan untuk Pemberdayaan Ekonomi Perempuan : Memberikan perempuan akses ke sumber daya seperti modal usaha dan pelatihan keterampilan dapat membantu mereka berkontribusi lebih banyak dalam bidang ekonomi.

4. Kampanye Kesadaran Sosial : Kampanye yang mengubah cara memandang masyarakat soal peran gender sangatlah penting. Kalau masyarakat mulai paham kalau peran gender itu fleksibel, perempuan nggak lagi dianggap hanya bisa di dapur dan laki-laki di kantor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline