Lihat ke Halaman Asli

Fadli Zon dan Kritik dalam Berdemokrasi

Diperbarui: 7 Maret 2018   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fadli Zon (viva.co.id)

Fahri Hamzah mungkin hanya terkenal ganas pada KPK (musuh bebuyutan) dan kepada Ketua PKS, Sohibul Imam. Tapi "keganasan" Wakil Ketua DPR RI yang satu ini seakan tidak mengalami fluktuasi dan tidak tebang pilih. Dalam kasus apa pun, dan siapa pun pasti pernah berurusan dengannya, Pak Fadli Zon.

Sebenarnya, beliau tidak terlalu sangar jika dilihat dari wajah yang akrab dengan kacamata hitam itu. Tapi tanggapan, dan kritikannya walau hanya sebatas ciutan di twitter, tetap saja membuat para "korban-nya" harus membeli obat tidur agar bisa lelap dari bayang-bayang Pak Fadli.

Para "korbannya" tentu banyak. Di kalangan menteri ada Ibu Susi Pudjiastuti yang beberapa waktu lalu sempat "berperang" tweet dengan Pak Fadli. Di sini Pak Fadli menyinggung masalah jumlah kapal asing yang ditenggelamkan dan kenaikan populasi ikan yang dianggap menjadi ukuran keberhasila kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kemudian sasaran selanjutnya adalah Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Antara irih, heran, atau apresiasi positif bernada negative, yang jelas Pak Fadli Zon mengomentari penghargaan Sri Mulyani sebagai Menteri Terbaik Dunia dalam acara Government Summit di Dubai, Uni Emirat Arab itu. "Kok bisa menjadi menteri keuangan terbaik, padahal target tak ada yang tercapai (pertumbuhan dan pajak), subsidi dicabut, impor naik, utang melonjak", demikian cuitan Pak Fadli (kompas.com,12/2/1018).

Tidak sampai di situ, selain kedua menteri tersebut, tidak tanggung-tanggung "corong" Pak Fadli juga "menyasar" dengan sengaja kepada Pak Jokowi. Kritikannya mulai dari Kepemimpinan Pak jokowi yang fokus pada pembangunan infrastruktur, masalah rangkap jabatan dalam kabinet, dan bahkan sampai masalah Pak Jokowi jadi imam sholat pun ditanggapi oleh Pak Fadli. Selain Pak Jokowi, tentu masih banyak lagi yang pernah "berurusan" dengan pak Fadli.

Terlepas dari penilaian negatif para warganet terhadap pak Fadli. Sebenarnya, kenakalan seperti Pak Fadli sangat diperlukan dalam kematangan demokrasi. Kritik mengkritik itu biasa, dan itu merupakan salah satu sisi keistimewaan demokrasi. Ada ruang kebebasan untuk mengkritik oleh siapapun dan untuk siapapun yang dirasa perlu untuk dikritisi, bahkan kepada presiden sekalipun.

Lagi pula, kritikan atau tanggapan Pak Fadli sebagaimana yang ramai diberitakan, jika dipahami secara positif, sebenarnya bersifat membangun. Kepada Ibu Susi misalnya, Pak Fadli sebenarnya ingin mengingatkan bahwa kesejahteraan nelayan perlu diprioritaskan, bukan penenggelaman kapal asing atau yang lainnya.

Kemudian Ibu Sri Mulyani juga diingatkan akan target-target kerja yang belum selesai dan prioritas kerja yang belum tercapi, apalagi sudah dinobatkan sebagai menteri terbaik dunia.

Dalam hal ini, Untuk Ibu Susi maupun Ibu Sry Mulyani, Kritikan tersebut harus bisa dijadikan sebagai bahan introspeksi diri atas pujian atau predikat yang dicapai kaitannya dengan permasalahan dalam masing-masing kementerian dan masalah rakyat pada umumnya.

Kemudian Pak Jokowi juga harus bersyukur ada orang seperti Pak Fadli Zon yang punya perhatian terhadap kinerja kepemimpinannya. Dengan adanya kritik, tentu Pak Jokowi punya peluang untuk meng-instropeksi diri lebih jauh dalam menunaikan janji-janjinya kepada seluruh rakyat Indonesia, agar bisa menjabat 2 periode tentunya.

Selama ada adegan kritik mengkritik satu sama lain dari masing-masing pejabat Negara. Sangat jarang dijumpai pejabat Negara yang ketika dikritik oleh yang lain lalu menanggapinya dengan ucapan terima kasih setulus hati. Dalam contoh di atas misalnya, Ibu Susi dan Ibu Sri Mulyani, tidak ada ruginya jika harus berterima kasih kepada Pak Fadli Zon, karena akan menjadi pemandangan yang "indah" di atas sana akan dinamika tanggapan kritik dengan ucapan terima kasih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline