[caption id="attachment_101396" align="alignright" width="300" caption="Perseteruan Abadi (www.go-persib.com)"][/caption] Siapa kiranya tidak mengenal Viking? Siapa pula tidak mengenal The Jak? Dua kelompok suporter dari tim besar di Indonesia. Viking untuk Persib Bandung dan The Jak untuk Persija Jakarta. Kedua kelompok ini terkenal sejak lama karena bukan saja fanatisme keduanya dalam mendukung tima kesayangan masing-masing, namun juga karena perseteruan keduanya yang juga dapatlah dikatakan abadi. Banyak orang bertanya kenapa kedua kelompok suporter ini begitu saling membenci satu sama lain. Bahkan tidak jarang, aroma kebencian antar suporter ini pun berlanjut oleh para pemain masing-masing saat keduanya bertemu. Pertandingan seringkali berujung kasar, seakan tidak ada lagi itu namanya fair play. Beberapa pertandingan memperlihatkan hal tersebut. Sebutlah ulah para pemain Persija yang seringkali memprovokasi para pemain Persib. Sejarah mencatat, perseteruan kedua kelompok suporter ini diawali saat terjadinya insiden di stadion menteng saat Liga Indonesia Ke-2. viking yang datang dengan kekuatan 9000 orang anggota, datang membirukan ibukota, sementara itu terdapat sekitar anak Jakarta yang hanya berjumlah 1000 orang. Ulah provokasi yang dilakukan anak-anak Jakarta tersebut akhirnya memancing emosi Viking sehingga bentrokan pun akhirnya tidak dapat dihindarkan. Rasa iri ditenggarai sebagai pemicu utama perseteruan kedua kelompok ini. Bagaimana tidak, Viking yang notabene sebuah kelompok dari kota lain, seringkali akhirnya membirukan Jakarta saat Persib Bandung menggelar pertandingan di ibukota. Fanatisme kelompok viking yang seringkali membirukan Jakarta inilah yang akhirnya membuat anak-anak ibukota iri dengan fanatisme yang ditunjukan suporter viking. [caption id="attachment_101419" align="alignleft" width="300" caption="Sejauh Mana? (gbr: Google)"][/caption] Puncak rasa iri tersebut muncul saat sikap tidak perlu ditunjukan oleh ketua The Jak pada tahun 1997 saat digelar kuis siapa berani dengan tema khusus suporter bola. Terjadi insiden pemukulan yang dilakukan ketua The Jak saat itu terhadap salah satu anggota Viking karena kecewa timnya kalah dalam kuis tersebut. Selain itu, terjadi pula insiden penghadangan dan pengrusakan serta penganiayaan terhadap Viking saat rombongan kuis pulang menuju Bandung di daerah pintu Tol Tomang. Maka dengan kejadian tersebut, sudah bisa ditebak kondisi hubungan keduanya, tidak ada kata damai. Tahun-tahun berikutnya, banyak sudah kejadian ricuh bahkan rusuh yang dilakukan keduanya. Baik saat Persib Bandung main di Jakarta atau pun sebaliknya kericuhan seakan tak dapat dihindarkan. Belakangan pendukung Persib Bandung, viking, sudah mulai dapat mengendalikan emosinya. Kericuhan-kericuhan yang selama ini ditakutkan akan dilakukan kelompok suporter baik saat di Bandung apalagi di Jakarta, jarang terjadi. Hal sebaliknya justru ditunjukan suporter The Jak. Seakan mencari sensasi dan eksistensi, suporter The Jak belakangan malah seringkali ribut dengan sesama The Jak sendiri. Sungguh perbuatan yang mengherankan karena justru perseteruan terjadi di Internal Kelompok. Pengurus the Jak sendiri seringkali membantah bahwa yang melakukan kericuhan bukanlah anggotanya secara resmi. Namun kenyataannya tetap saja, karena atribut yang melekat penuh dengan simbol orange, warna kebanggan The Jak, hal tersebut menjadi hal yang memalukan. [caption id="attachment_101404" align="alignright" width="300" caption="Persib Sampai Mati (Gbr: Google)"][/caption] Sejarah perseteruan yang juga diyakini masih ada sampai sekarang meski tidak berakhir bentrok perlu mendapat perenungan berbagai pihak. Pertanyaannya kemudian adalah, mungkinkah kedua kelompok besar ini berdamai? fanatisme yang mengakar di antara kedua kelompok suporter ini khususnya dalam hal harga diri menjadikan hubungan keduanya tidaklah pernah akur. Keduanya telah sama-sama mentasbihkan diri bahwa satu sama lain adalah musuh yang harus dilawan keberadaannya. Bahkan sebuah film dengan judul Romeo Juliet yang mengisahkan perseteruan kedua kelompok ini seakan semakin menjadikan api dendam semakin berkobar-kobar. Alur cerita yang terkesan menyudutkan Viking dengan berbagai pencitraan yang ditunjukan dalam film tersebut semakin membuat ujung perdamaian sulit untuk diwujudkan. "Tidak Ada Kata Damai." Begitu sepertinya kalimat yang pantas disematkan untuk keduanya, setidaknya untuk sekarang-sekarang ini. Siapapun yang berharap adanya perdamaian diantara keduanya, sepertinya untuk sementara cukup berharap saja. Namun hal ini bukanlah berlaku untuk selamanya. Keduanya, suatu saat, pasti menemukan solusi yang terbaik untuk masing-masing kelompok. Bukan tidak mungkin solusi yang terjadi adalah perdamaian diantara keduanya, atau bahkan sebaliknya, bisa jadi pula, permusuhan diantara keduanya justru adalah sebuah solusi. Maka sepertinya bijaklah andai kemudian banyak orang yang berpendapat, "Biarkan mereka berseteru, biarkan mereka bermusuhan, asalkan jangan merugikan masyarakat banyak." Salaam Perdamaian tulisan juga dapat dibaca disini *** Lihat Juga Lima Tulisan Berikut: 1. Kasihan…Para Lelaki Itu Menderita Impotensi 2. Nasionalisme Itu…? 3. Benarkah Industri Rokok Dibalik Demo Petani Tembakau? 4. Are You Ready for People Power? 5. Aku dan Realita Hidup Mahasiswa: Catatan Kegalauan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H