Saya dan kamu berbeda. Saya tidak ingin kamu menjadi seperti saya. Dan saya juga sedikitpun tidak tertarik menjadi seperti kamu. Dunia ini indah karena kita berbeda-beda, seperti pelangi itu. Tidak seru kalau cuma satu warna saja.
Saya bisa jadi tidak sebaik kamu. Maka biarkanlah kita berbeda dan saling menghargai. Mungkin...Jika kita merasa sebagai orang yang baik, apakah kita bisa memastikan saat meninggal kita tetap dalam posisi demikian?
Baru sekedar sholatnya baik, mungkin puasanya sebulan penuh, zakatnya oke, naik haji dan mungkin juga jenggotan kemana-mana. Layakkah kita menghakimi orang lain?!
Orang yang kamu nilai sebagai paling jahat, paling brengsek dan tidak sebaik kamu itu. Apakah kamu tahu dan bisa menjamin, dia terus demikian? Bisa jadi dia besok tobat dan menjadi jauh lebih baik. Nah kita?! Jangan-jangan jika hari ini kita baik besok kita sebaliknya?
Ingat kata Uje yang masih mau berkata seperti ini kepada para SPG rokok yang menawarinya di kafe "Saya bisa jadi belum tentu sebaik kalian!". Bisa jadi mereka yang kamu anggap brengsek dan tidak sebaik kamu jadi seperti Uje itu? Dulu bajingan, namun karena dari bajingan itulah beliau bisa menghargai orang lain.
Nah sekali lagi, kita?! Masih layakkah menghakimi orang lain?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H