"Siapa yang menanam kebaikan akan menghasilkan kebaikan pula."
Beberapa waktu lalu, di tengah maraknya berita gempa yang mengguncan Lombok dan sekitarnya serta banyaknya bantuan yang tak henti disalurkan untuk memenuhi kebutuhan para korban, ada satu kabar yang mencuri perhatian saya.
Kabar itu datang dari kisah seseorang bernama Wayan Edi atau yang biasa dipanggil Pak Edi. Pak Edi merupakan bagian dari korban gempa Lombok, dan yang membuat beliau menjadi luar biasa adalah karena banyaknya keterbatasan tidak menghentikannya untuk membantu sesama korban lainnya.
Kisah heroik tentang Pak Edi dimulai pada tanggal 5 Agustus 2018, kota Mataram yang menjadi tempat tinggal Pak Edi turut diguncang gempa dengan skala 7,0 Richter. Pak Edi dan keluarga selamat meski rumahnya mengalami kerusakan parah, dan selama semalaman penuh mereka harus berlari-lari mencari tempat aman karena isu adanya tsunami susulan.
Belum juga mencapai masa tenang, dua hari kemudian terjadi gempa susulan lagi ketika Pak Edi dan keluarga sudah bermukim di tempat pengungsian. Saat itulah Pak Edi mendapatkan telepon dari kantor pusat yang kebetulan merupakan Allianz Indonesia di Jakarta dan diminta tolong untuk membelanjakan sejumlah barang yang dibutuhkan untuk didistribusikan kepada Yayasan Peduli Anak Indonesia (YPAI) yang terkena dampak gempa cukup parah.
Kondisi serba terbatas tidak menyurutkan semangat Pak Edi untuk melaksanakan tugasnya. Meski ia termasuk salah satu korban, Pak Edi masih mau mengerahkan tenaga untuk berkeliling kota Mataram mencari toko perlengkapan yang masih buka.
Mulai dari pakaian, kasur, peralatan masak, obat-obatan dan lainnya berhasil ia kumpulkan sesuai dengan daftar dan dana yang dikirim dari kantornya. Padahal pada saat proses belanja pun sempat terjadi gempa susulan, namun peristiwa itu tidak menciutkan niat Pak Edi untuk menyelesaikan proses belanjanya.
Tanggal 8 Agustus 2018, setelah berbelanja seharian penuh yang diwarnai dengan berbagai halangan dan kesulitan, Pak Edi bersama rombongan dari Allianz tiba di lokasi YPAI. Pak Edi turut membagikan barang-barang yang ia belanjakan pada para anak yayasan yang menyambutnya dengan gembira.
Sebagai pemeluk agama Hindu, momen inilah yang mengingatkan Pak Edi akan "Karma Phala", sebuah kutipan dari kitab suci agama yang ia anut yang mengajarkan tentang berbuat kebaikan. Sementara Pak Edi merasa jerih payahnya terbayar dengan senyum para anak yayasan, kisah Pak Edi sendiri memberikan saya pelajaran tentang membantu dan bagaimana hal itu bisa dimulai dengan hal sesederhana niat baik.
Dari niat baik itulah, semua menjadi mungkin, meski sesulit apapun kondisinya. Meski kelihatannya sepele, tapi belum tentu kita yang berada di posisi Pak Edi bisa menuntaskan apa yang sudah ia capai.
Semoga kisah Pak Edi bisa menginspirasi kita semua, dan kita doakan semoga bencana di Lombok lekas surut dan para korban bisa segera menjalani hari-harinya seperti semula. Dan ingatlah, seperti kisah Pak Edi, semua bisa menjadi mungkin bila dimulai dari niat baik untuk membantu sesama :)