Lihat ke Halaman Asli

Menggugat SUMPAH PEMUDA (GERAKAN PEMUDA)

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_305684" align="alignnone" width="276" caption="foto bersama usai Kongres Pemuda II tahun 1928"][/caption]

SOEMPAH PEMOEDA

Pertama Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan bukti sejarah lahirnya Negara Indonesia, karena selain naskah Sumpah Pemuda, pada Kongres Pemuda II tersebut, juga diperdengarkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya. Dari peristiwa inilah pemuda Indonesia sadar akan pentingnya sebuah negara yang berdaulat dan merdeka. Sejak saat itulah pemuda Indonesia terus berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan negara Indonesia yang akhirnya diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 oleh Soekarno – Hatta.

82 tahun yang lalu para pemuda Indonesia sudah memikirkan tentang sebuah negara, sebuah pemikiran yang sangat briliant atau jenius, karena pada masa itu kehidupan negeri ini penuh dengan keterbatasan. Hidup di bawah tekanan penjajah, tingkat pendidikan yang rendah, dan tarap hidup yang miskin. Namun semua itu bukanlah halangan yang berarti untuk menuju Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Tapi sebaliknya menjadi api semangat para pemuda untuk mewujudkannya.

Apa yang terjadi 82 tahun yang lalu sangat berbanding terbalik dengan pemikiran dan perilaku pemuda saat ini. Hidup di tengah negara yang merdeka dan berdaulat, tingkat pendidikan yang tinggi, dan tarap hidup yang mapan. Namun rasa empati dan kritis terhadap kehidupan negeri ini nyaris tidak ada. Mayoritas pemuda Indonesia saat ini lebih memilih sibuk atau asyik dengan sendirinya dan cenderung bergaya hidup henodis.

Padahal saat ini banyak Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang merupakan komunal para pemuda. Namun ternyata OKP itu tidak dapat berbuat maksimal karena terpatron pada kepentingan tertentu atau partai politik tertentu. Banyaknya OKP bentukan partai politik telah mempersempit ruang gerak OKP, karena bersifat eksklusif. Harusnya OKP itu lebih inklusif dan cair dengan masyarakatnya agar dapat memberikan solusi untuk daerahnya masing-masing.

Sementara itu, KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) yang merupakan kumpulan dari berbagai OKP pun tidak pernah terlihat kontribusinya untuk masa depan negeri ini.Sebaliknya yang muncul ke permukaan adalah konflik internal yang berkepanjangan. Hal ini tentunya sangat disayangkan karena KNPI harusnya berperan aktif dan dinamis untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih baik.

Lalu kemana pemuda Indonesia saat ini, dimana mereka berada, apa yang sudah dibuat pemuda untuk bangsanya hari ini dan hari esok, sudah matikah gerakan pemuda Indonesia…??? Pertanyaan-pertanyaan ini selalu menggelitik alam pikiran saya, dan saya belum menemukan jawabannya.

Dengan tidak menegasikan apa yang sudah dibuat oleh kawan-kawan yang terlibat dalam OKP dan KNPI, saya hanya berharap agar Gerakan Pemuda dapat segera muncul ke permukaan. Tapi tentunya gerakan pemuda itu tidak terjebak pada kehidupan politik praktis, bukan berarti apolitis atau tidak punya sense of politics. Yang saya maksud adalah Gerakan pemuda tidak boleh terjebak pada perebutan kekuasaan, apalagi yang bersifat dukung mendukung. Jika ini yang terjadi maka gerakan pemuda akan di cap oportunis dan mudah dilemahkan.

Gerakan Pemuda baiknya mandiri dan melepaskan diri dari ketergantungan penguasa. Pemuda yang harus mewarnai, bukan diwarnai, pemuda yang harus berperan lebih masif dan progresif, karena pemuda adalah agen perubahan. Di tangan pemuda negeri ini berdiri maka selayaknya pula pemuda yang harus tampil sebagai front man. Akhirnya saat ini saya sangat mendambakan apa yang diucapkan oleh Bung Karno dapat terwujud.

“Beri Aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, tapi beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline