Lihat ke Halaman Asli

Saran: Ahok, Anda Jadi Artis Saja

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Delapan bulan sudah Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok menjadi Gubernur di Pemprov DKI, terhitung sejak pelantikan 19 Nov 2014 yang lalu. Kalau digabung dengan masa jabatan sebagai Wakil Gubernur lebih kurang tiga tahun sudah ia menjabat di DKI Jakarta. Angka tiga tahun tentu bukan waktu sebentar. Idealnya dengan masa segitu sudah ada prestasi yang dicapai, setidaknya merampungkan program yang dicanangkan sebelumnya (masa kampanye Gub-Wagub 2012 silam).

Jakarta sebagai daerah ibu kota merupakan pusat pemerintahan indonesia. Seharusnya dengan status tersebut jakarta menjadi daerah percontohan bagi daerah lain. Namun yang terjadi justru bertolak belakang, jakarta menjadi kota paling parah a/ paling buruk dari segi tata kota maupun kehidupan sosial kemasyarakatan jika dibandingkan dengan kota-kota lain di indonesia. Saya tidak menafikan mungkin ada sisi baiknya tapi image buruk jauh lebih menonjol ketimbang sisi baiknya. Persoalan jakarta begitu komplek dan mengakar begitu lama: semrawut, macet, polusi, banjir, kemiskinan, dan segudang persoalan lainnya. Maka tidak aneh jika publik menilai jakarta layak disebut daerah kritis.

Sebelum resmi dilantik menjadi Gub-Wagub (Okt 2012) lalu, Jokowi-Ahok berjanji kepada masyarakat jakarta untuk segera mengatasi banjir dan macet di DKI. Tapi seiring berjalannya waktu mereka gagal merealisasikan janji tersebut. Saat publik menanyakan, keduanya mulai ngeles dan menyalahkan pihak-pihak lain. Setelah jokowi resmi jadi presiden dan ahok jadi gubernur DKI, kondisi jakarta tetap tak berubah, jadi apa bedanya dengan gubernur sebelumnya?. Antara janji dua orang ini (Jokowi-Ahok) dengan realita kota jakarta sekarang sangat bertolak belakang. Omongnya luar bisa, sementara hasilnya kosong.

Fokus Ahok. Maka dari itu, saya sarankan Ahok jadi artis saja daripada ngurusin jakarta. Kenapa? Berikut alasannya:

1) Namanya sudah dikenal publik dan penggemarnya sudah ada

Faktor yang membuat Ahok terkenal ialah karena ia dikelilingi media2 nasional. Terlepas ada kerjasama kedua pihak (ahok dan media) sebagaimana tudingan beberapa pihak, jujur saya tidak tahu pasti. Tapi secara logika “tidak mungkin media mau memberitakan sesuatu hal kalau tidak ada keuntungan timbal balik dibelakangnya, sebab media disamping rating juga ajang bisnis”. Sejak kemunculan di panggung DKI, nama Ahok tidak pernah berhenti dari pemberitaan media terutama kompas dan metro TV. Apakah itu gratis? “tidak mungkin”. Ditambah lagi, sesalah apapun ucapan dan perbuatan nya pasti dibela oleh media ini. Oleh karena itu, tiga tahun terakhir namanya kian melambung tinggi, di kenal banyak orang, dan dikagumi fans2 butanya (fanatik). Satu

2) Mukanya lebih banyak nampang di kamera daripada di tempat kerja (ngurus jakarta)

Kalau kita bicara kerja tentu tidak bisa lepas dari perencanaan, aksi, dan hasil. Seperti apa wacana yang di buat, sejauh mana berjalan, dan tentu harus ada hasil yang bisa di indera. Jika anda ditanya, sebutkan prestasi Ahok di DKI?, jawabannya pasti mikir. Kenapa? Karena sampai sekarang Ahok tidak memiliki prestasi sama sekali. Yang ia lakukan lebih banyak ribut daripada kerja, atau cari sensasi, atau memancing kontroversi, atau disibukkan dengan hal-hal yang gak penting. Orang yang kebanyakan ngomong dan gak berbuat bagaimana mungkin punya prestasi?.

Sebutkanlah macet dan banjir sebagai program utamanya. Sampai sekarang (2015) jakarta tetap langganan banjir, masyarakat jakarta tetap menikmati macet tiap harinya, kemiskinan bukan berkurang malah semakin bertambah disebabkan banyak yang kehilangan tempat usaha (penggusuran PKL tanpa solusi). Masyarakat yang seharusnya difasilitasi dengan rumah yang layak justru digusur di sana sini, contoh terbaru ‘warga Pinangsia’.

Bagaimana dengan Korupsi? Sampai sekarang koruptor tetap melenggang di pemda DKI. Kalau pun ada yang ditangkap berkat laporannya “semisal PNS Pemda DKI” itu pun tidak lepas dari kebiasaannya “mengorbankan orang lain (bawahan) demi pencitraan”. Bagaimana dengan Lulung? Wakil DPRD ini statusnya sama, bisa ada kemungkinan Lulung korupsi sebagaimana tuduhan Ahok tapi nasibnya sengaja dipolitisir sejak awal “dijadikan korban untuk membesarkan nama Ahok” bukan atas dasar pemberantasan korupsi. Kepolisian bertindak karena besarnya tekanan media bukan karena kesadaran hukum. Sebaliknya, kasus yang dituduhkan kepada Ahok sampai sekarang tidak diperiksa sama sekali oleh kepolisian ataupun KPK. Harusnya polisi dan KPK bisa fair dalam menyikapi ini, tapi kenapa tidak dilakukan? Giliran Lulung garang, tapi giliran Ahok diam. Ini yang jadi pertanyaan hingga sekarang.

Jadi kesimpulannya, Ahok saya sarankan jadi artis saja. Kalau hanya ingin nampang muka di kamera kenapa harus capek-capek jadi pejabat, mending jadi artis saja, tinggal bayar media sekian anda bisa terkenal se-indonesia dan tidak banyak resiko. Mungkin dengan kemunculan di panggung selebritis bisa sedikit menambah kemeriahan acara2 gosip tanah air, atau setidaknya artis semisal Syahrini atau Vicky memiliki saingan di depan kamera.

#SaranUntukAhok

       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline