Lihat ke Halaman Asli

Kompas dan Rohingya

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua pekan terakhir Rohingya menjadi topik hangat di banyak media, baik cetak, elektronik, maupun media sosial. Rohingya menjadi buah bibir publik dan sukses bertengger di tiap sampul media, baik kecil maupun besar, nasional hingga dunia. Dari sekian banyak media, sedikit banyaknya saya mencermati isi berita yang di muat oleh media Kompas yang menurut pandangan saya memiliki kesamaan ide dengan Tempo, MetroTvNews, TvOne, dan media sekular lainnya dalam menyoroti pengungsi Rohingya. Poin yang jadi catatan adalah kompas disamping menyuarakan fakta tentang rohingya, mereka juga mengopinikan ide (wacana) yang intinya berharap pengungsi rohingya bisa dipulangkan ke negara asal dalam waktu dekat (secepatnya). Opini tersebut berulang kali mereka sebarkan dengan menjadikan pernyataan Panglima TNI Moeldoko dan Gubernur Aceh sebagai batu pijakan pembenaran ide. Tindakan kompas ini tentu bukan tanpa alasan. Sebenarnya tidak aneh jika media sejenis kompas dan media sekular lainnya tidak betah dengan kehadiran pengungsi rohingya di indonesia. Dan maklumi saja sebab kasus ini berkaitan erat dengan kepentingan jangka panjang, dan mereka merasa terusik dalam hal ini. Apalagi fakta terbaru menunjukkan rohingya bukan hanya jadi topik hangat di media nasional tapi hampir di semua media dunia. Berikut alasan kompas: 1) Ketakutan tak beralasan... Dengan adanya diskriminasi yang dilakukan pemerintah myanmar, biksu, dan umat budha terhadap muslim rohingya secara tak langsung telah memunculkan sentimen anti budha di indonesia. Pandangan mereka, jika pengungsi rohingya terlalu lama bertahan di indonesia tidak tertutup kemungkinan bisa memancing konflik antara agama di indonesia. Dan imbasnya bukan hanya pada umat budha saja tapi juga merembes ke minoritas non muslim lainnya. 2) Dengan kehadiran pengungsi rohingya di indonesia. Jualan mereka selama ini "isuTERORISME" sedikit sepi peminat. Sebab, baru-baru ini majalah TIME mengeluarkan sebuah judul dalam sampul majalahnya yang intinya memberikan cap radikal kepada biksu budha (Ashin Wirathu). Jadi ke depan media tadi tidak lagi bisa dengan mudah mengidentikkan istilah terorisme dengan muslim setelah kemunculan fakta terbaru "teroris ala budha". Jadi upaya memojokkan islam akan sedikit sulit ke depannya. 3) Alasan Nasionalisme. Inilah racun sesungguhnya dan otak yang menyebabkan rohingya di oper kesana kemari oleh negara Asean. Dan ini pula alasan kompas dan media sekular lainnya tidak senang dengan kehadiran muslim rohingya di indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline