Lihat ke Halaman Asli

.

.

Kuantum Keheningan dan Kesadaran

Diperbarui: 18 Januari 2024   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iwel Sastra, Komedian & Motivator Nasional

Semenjak akhir tahun 90-an saya tertarik dengan teori-teori metafisika. Ketertarikan ini kemudian mempertemukan saya dengan sejumlah orang yang memiliki ketertarikan yang sama. Ada yang sekadar senang membicarakannya ada yang mendalaminya hingga menjadi praktisi. Pada saat itu untuk mendalami metafisika banyak keterbatasan karena minimnya literatur. Hanya beberapa referensi yang bisa didapatkan dari artikel majalah tertentu.

Bertemu dengan orang yang tertarik dengan metafisika juga beragam rupa. Ada yang ngobrol ngalor ngidul serta lebih banyak menyentuh dunia magis yaitu hal yang berhubungan dengan kesaktian. Padahal menurut pemahaman saya saat itu, metafisika bukanlah sekadar hal yang berhubungan dengan magis,  tetapi lebih luas dari itu. Dalam pengembaraan memperdalam pengetahuan tentang metafisika saya lebih banyak mendengar. Hingga masuk pada suatu masa ketertarikan ini sempat hilang karena kesibukan ketertarikan pada hal lain, he he he.

Awal tahun 2024 ketertarikan itu muncul kembali setelah membaca buku tentang fisika kuantum. Lah terus apa hubungannya antara fisika  kuantum dengan metafisika? Metafisika dan fisika kuantum memiliki kesamaan yaitu sama-sama ilmiah. Perbedaannya adalah metafisika masuk ke dalam ranah filsafat yang jika kita tarik  ke atas maka akan bertemu pada judul yang diberikan terhadap kompilasi karya Aristoteles.

Dalam sebuah artikel yang berjudul Metafisika / Mistik: Pengertian, Struktur, Kegunaan dan Objek disebutkan bahwa metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-hal yang sangat mendasar yang berada di luar pengalaman manusia. Ditinjau dari segi filsafat secara menyeluruh metafisika (mistik) adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam nyata.

Hamdan Suhaemi dalam tulisannya berjudul Tenggelamnya Metafisika dalam Nalar Filsafat menjelaskan metafisika berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata yaitu meta dan pysika. Meta artinya sesudah atau di balik sesuatu dan fisika artinya nyata, kongkrit yang dapat diukur oleh jangkauan panca indera. Metafisika secara tradisional didefiniskan sebagai pengetahuan tentang pengada (Being). Eksistensinya dibalik sesudah fisik ( meta fisik ) perlu dikaji. Istilah metafisika diketemukan Andronicus pada tahun 70 SM ketika menghimpun karya-karya Aristoteles, dan menemukan suatu bidang diluar bidang fisika atau disiplin ilmu lainya.

Sedangkan fisika kuantum yang diperkenalkan pertama kali oleh Albert Einstein masuk dalam ranah sains. Kamal N dalam tulisan berjudul Fisika Kuantum: Pemahaman dan 5 Fakta Menariknya menjelaskan fisika kuantum sendiri merupakan sebuah ilmu atau studi yang mempelajari mengenai perilaku materi serta energi yang ada pada tingkatan molekuler, atom, nuklir, serta tingkat mikroskopis, dan juga materi serta energi yang lebih kecil pula.

Lebih lanjut Kamal menjelaskan para ahli fisika kuantum mendapat beberapa kesimpulan terkait teori ini, salah satunya adalah semua benda yang ada di dalam alam semesta merupakan sebuah kumpulan molekul yang terdiri dari kumpulan atom. Semua benda yang dapat dilihat secara fisik ini tidak lain adalah energi yang bergetar. Fenomena itulah yang menyebabkan berbagai benda tersebut seakan nyata, dimana pada kenyataannya hal tersebut tidaklah benar.

Dari penjelasan para ahli fisika kuantum ini saya memiliki dugaan awal bahwa teori-teori fisika kuantum dapat diadaptasi untuk memperdalam metafisika. Keduanya pada ujungnya sama-sama membahas energi. Bedanya metafisika membicarakan energi yang ada pada diri manusia, sedangkan fisika kuantum membahas energi di luar diri manusia.

Dugaan ini semakin menguat ketika membaca tulisan Nur Hardiyanti berjudul Pembangkit Energi Metafisik Melalui Olah Nafas yang dimuat Spiritual Healing: Jurnal Tasawuf dan Psikoterapi. Dalam tulisan ini Nur Hardiyanti mengutip  Lekas & Penulis yang menjelaskan berdasarkan wawasan ilmu astronomi dan astrofisika telah mengenal bahwa energi dalam tatanan matahari sebagai energi kosmos. Energi ini terbagi menjadi dua, yakni energi makrokosmos (alam semesta) dan energi mikrokosmos (para mahluk ciptaannya). Salah satu energi mikrokosmos ini adalah energi yang ada dalam tubuh manusia. Dari setiap jenis energi ini akan memancarkan gelombang- gelombang energi. Gelombang-gelombang energi ini disebut dengan gelombang elektromagnetik.

Dengan demikian saya beranggapan ketika bicara mengenai energi metafisik yang ada pada manusia maka  metafisika dapat dijadikan sebagai teori pijakan dalam memperdalamnya. Energi metafisik merupakan energi yang diyakini keberadaannya pada seseorang namun tidak diketahui keberadaannya atau bisa disebut gaib. Ketika kita bicara mengenai energi alam semesta yang bisa diselaraskan dengan energi manusia maka teori kuantum yang ada dalam fisika kuantum dapat diadopsi menjadi pijakan dalam memperdalamnya.

Potensi energi yang ada pada setiap orang dapat diselaraskan dengan energi alam semesta selama dia memahami cara menyelaraskannya. Jika yang dipergunakan adalah jalan spiritual maka ada ibadah-ibadah tertentu yang bisa dijadikan sebagai jembatan. Jika melakukan dengan cara yang lebih universal maka bisa dengan meditasi. Namun bagi pemula yang baru memiliki ketertarikan awal sebaiknya dalam melakukan ini didampingi oleh guru untuk bisa mencapai keheningan dan kesadaran yang sesungguhnya. Dalam keheningan dan kesadaran tersebutlah kita bisa menemukan banyak hal positif untuk kemaslahatan hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline