Lihat ke Halaman Asli

.

.

Perkembangan Ventriloquism di Indonesia

Diperbarui: 7 Maret 2018   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Di Indonesia, istilah Ventriloquism belum sepopuler istilah Stand Up Comedy. Padahal Ventriloquism lebih dulu masuk ke Indonesia dibanding Stand Up Comedy. Ventriloquism sudah mulai dikenalkan oleh Marijoen bersama boneka Koko tahun 60-an  sedangkan saya mulai mempelopori kehadiran Stand Up Comedy di Indonesia tahun 1997. Stand Up Comedy booming tahun 2011 sehingga istilah Stand Up Comedy yang tadinya asing menjadi akrab bagi masyarakat Indonesia. Sementara Ventriloquist belum pernah mengalami masa booming.

Meskipun lebih dahulu masuk ke Indonesia sayangnya Ventriloquism belum berhasil mencapai popularitas seperti Stand Up Comedy saat ini. Padahal era 70-an Gatot Sunyoto bersama boneka Tongki sering tampil di TVRI.  Kehadiran Gatot Sunyoto sempat memancing munculnya Ventriloquist lainnya. 

Sayangnya kebanyakan pengikut ini menggunakan boneka yang rata-rata mirip dengan boneka Tongki, sehingga masyarakat beranggapan Ventriloquist itu adalah pendongeng yang menggunakan boneka anak-anak untuk menemaninya ketika bercerita. Regenerasi Ventriloquist tidak terjadi sehingga Ventriloquism muncul hilang di Indonesia.

Ventriloquism merupakan seni suara perut yang ketika berbicara pelakunya yang disebut Ventriloquist tidak menggerakan bibirnya. Ventriloquist tampil bersama boneka sebagai lawan bicara dalam penampilannya. Kemampuan suara perut inilah yang membuat boneka kelihatan hidup seolah-olah bisa bicara. 

Menurut saya kemampuan Ventriloquist lebih susah dibanding Stand Up Comedian. Seorang Ventriloquist harus menguasai suara perut,  mampu memainkan boneka menjadi terlihat hidup dan memainkan materi yang bisa mengocok perut penonton. Bahkan Ventriloquist Terry Fator dan Darci Lynne mampu memukau pemirsa America's Got Talent karena kemampuan mereka membuat bonekanya terlihat sangat pandai bernyanyi. 

Saya sendiri menekuni Ventriloquism sejak tahun 2013 karena terinspirasi oleh Jeff Dunham. Kemampuan Jeff Dunham dalam mengolah materi stand up comedy menjadi materi Ventriloquism menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Saya pun banyak belajar mengenai Ventriloquism dari Jeff Dunham melalui video tutorial yang dibuatnya.

Setelah mempelajari suara perut melalui youtube saya pun kemudian memberanikan diri membuat penampilan Ventriloquism di Taman Ismail Marzuki Jakarta 26 November 2013.  Setelah pementasan ini kemudian saya bertemu dengan sejumlah Ventriloquist Indonesia lainnya seperti Budi Haha, Suhu Imin, Jerry Piko dan Raditya Vent. Kamipun kemudian membuat komunitas Ventriloquist Indonesia yang saat ini anggotanya lebih dari 30 Ventriloquist.

Melalui pencarian dan penantian yang panjang akhirnya saya pun pada bulan Maret 2018 berhasil mendapatkan boneka yang saya idamkan. Karakter boneka dewasa ini saya harapkan mampu membuat Ventriloquist di Indonesia bisa diterima oleh berbagai kalangan umur.  Mulai dari anak-anak hingga dewasa. Selama ini Ventriloquism di Indonesia masih identik dengan hiburan anak-anak karena sebagian besar Ventriloquist menggunakan boneka karakter anak-anak atau binatang. 

Bersama boneka (Vent Vigure) bernama J Kri saya siap mempopulerkan Ventriloquism di Indonesia seperti halnya Stand Up Comedy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline