Sebenarnya dua hal tersebut sudah menjadi hal yang umum dikalangan masyarakat kita. Identitas gender adalah bagaimana seseorang merasa bahwa dia adalah seorang laki-laki atau perempuan. Identitas gender biasanya didasarkan atas anatomi gender seseorang. Namun, pada gangguan identitas gender terjadi konflik antara anatomi gender seseorang dengan identitas gender.
Gangguan identitas gender dapat bermula sejak seseorang berusia kanak-kanak, anatomi gender seseorang dapat menjadi sebuah distress yang terus-menerus dan intensif. Banyak orang tua yang tidak bersyukur dengan karunia Tuhan mengenai jenis kelamin anaknya dan lebih memperlakukan anaknya seperti seorang anak dengan jenis kelamin yang diidam-idamkannya. Hal itu mnyebabkan distress yang intensif dan dapat merubah perilaku seorang anak. Diagnosis yang dilakukan tidak hanya dengan melabel anak perempuan menjadi seorang “tomboi” dan seorang anak laki-laki menjadi seorang “banci”. Diagnosis ini tidak hanya digunakan untuk seorang anak yang tidak menerima kenyataan anatomi gender yang dimilikinya melainkan juga anak yang melakukan aktifitas stereotip yang merupakan aktifitas dari gender lawan.
Diagnosis ganguan identitas gender diberikan pada anak-anak atau orang dewasa yang mempersepsikan diri mereka seperti gender lawan dan secara terus menerus mereka menunjukkan ketidaknyamanan terhadap anatomi gender mereka. Gangguan ini memiliki pola yang berbeda-beda. Dapat berakhir atau berkurang pada remaja saat masa anak-anaknya lebih menerima anatomi gendernya. Atau bisa saja bertahan pada saat remaja dan berubah menjadi identitas transeksual saat dewasa (Collien-kattenis,dkk.,2000). Anak tersebut juga dapat mengembangkannya menjadi berorientasi menjadi gay atau lesbian. Banyak orang dewasa transeksual melakukan operasi perubahan gendernya. Pada operasi yang dilakukan biasanya seseorang akan merubah bentuk eksternal gendernya semirip mungkin dengan gender yang diinginkan. Sangat jelas bahwa orang yang telah merubah gendernya tidak dapat melakukan aktivitas seksual seperti orang normal biasanya. Mereka juga tidak dapat melahirkan atau mempunyai anak karena alat reproduksi tidak sesuai dengan jenis gender yang diinginkan.
Identitas gender berbeda dengan orientasi seksual. Gay dan lesbian memiliki minat erotis terhadap sejenisnya. Tapi identitas gender mereka konsisten dengan anatomi gender mereka. Mereka tidak memiliki hasrat untuk menjadi identitas gender lawan dan tidak merasa jijik terhadap jenis gender yang dimilikinya. Seperti yang dapat kita temukan pada orang-orang dengan gangguan identitas gender biasanya.
Jadi banci atau tomboi dapat menjadi abnormal jika dia sampai dewasa memiliki keinginan untuk merubah anatomi gendernya, jika hanya perilakunya saja yang berubah sesuai dengan gender lawan jenis hal ini dapat diubah dengan modifikasi perilaku dan pembiasaan namun labelling di lingkungan sosial sangat berpengaruh dalam hal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H