Lihat ke Halaman Asli

I Wayan Suja

Pengajar Tri Hita Karana di Universitas Pendidikan Ganesha

Pendidikan bagi Orang Tua

Diperbarui: 23 Januari 2025   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hidup ini sesungguhnya adalah proses belajar, belajar untuk membentuk jati diri, dan semakin memanusiakan diri kita.  Pada awal kelahiran, kita tidak jauh berbeda dengan binatang.  Tanpa sentuhan pendidikan, potensi yang melekat pada diri kita tidak akan berkembang, dan orang-orang yang demikian hanya akan berbuat berdasarkan naluri atas dorongan keinginan untuk makan/minum, menikmati seks, dan tidur.  Bersyukur, rata-rata di antara kita sudah beruntung bisa mengenyam pendidikan, namun sebagian besar ilmu pengetahuan yang kita peroleh di bangku sekolah baru mampu mengantarkan untuk mencari uang, dan sangat minim pemahaman dalam menggunakan uang tersebut.  Itulah sebabnya, banyak orang disesatkan oleh uang yang dia miliki.  Uang ternyata hanya mampu memberikan kesenangan, tetapi bisa jadi menjauhkan kita dari ketenangan.  Sedangkan, tujuan hidup kita yang sesungguhnya bukanlah untuk meraih kenikmatan dan kesenangan, tapi sebaliknya mencapai ketenangan dan kebahagiaan. 

Mengingat proses belajar berlangsung sepanjang hayat, ada baiknya kita memahami tahap-tahap perkembangan diri kita.  Tim Parenting dari SSGI menyebutkan perkembangan manusia melalui tahapan berikut.  Umur 0-5 th spill (jungkir balik), 6-16 th drills (latihan), 17-25 th thrills (getaran hati), 26-40 th bills (berbagai tagihan rekening), 41-60 th ills (sakit), 61-75 th pills (obat), 76 th wills (harapan).  Berdasarkan tahapan tersebut, sudah seharusnya kita semakin terampil memanagemen diri, termasuk belajar menjadi orang tua yang baik dan benar. 

Sebagai orang tua, ada tiga hal yang perlu kita pelajari karena tidak sempat dimatangkan di bangku sekolah.  Pertama, kita perlu belajar membatasi keinginan dan mengendalikan diri.  Dunia menjadi seperti sekarang, banjir masuk kota, perselingkuhan masuk kantor, orok masuk selokan, pejabat masuk penjara, dan banyak lagi yang salah masuk, disebabkan karena kita tidak mampu membatasi keinginan kita. Orang bijak menyatakan, manakala manusia tidak mampu mengendalikan keinginannya, maka dia akan jatuh, jauh lebih rendah dari pada binatang.  Untuk itu, kita perlu belajar banyak kepada binantang dalam urusan kemampuan mengendalikan dirinya.  Mari belajar pada seekor induk ayam yang sedang mengeram telornya, mari juga belajar pada seekor ulat yang sedang menjalani proses metamorfosis.  

Kedua, kita perlu belajar menjadi panutan.  Semua orang tua adalah panutan bagi anak-anaknya.  Anak-anak tidak akan banyak belajar dari petuah orang tuanya, tetapi mereka akan belajar dari perilaku orang tuanya.  Jangan mengajari mereka kebohongan, jangan pula melatihnya melanggar norma atau aturan dengan penuh kebanggaan.  Demikianlah, orang tua harus menjadi guru spiritual bagi anak-anaknya.  Tanpa itu, musuh pertama anak adalah orang tuanya sendiri. 

Ketiga, kita perlu belajar semakin mencintai kehidupan.  Hidup bukan untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain.  Dasar dari semua itu adalah cinta.  Orang-orang bijak menyebutkan, "Love is give and forgive!"  Cinta itu memberi dan memaafkan, sebaliknya ego adalah menerima dan melupakan.  Cinta adalah anugrah terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita, karena hanya dengan cintalah hidup kita menjadi lebih bermakna.  Hanya cinta bisa mengubah permusuhan menjadi persahabatan, hanya cinta pula yang bisa mengubah seorang pengecut menjadi pahlawan.  Atas dasar itu, jika kita cinta pada anak cucu, sudah selayaknya kita mewariskan nama baik, nama besar, dan lingkungan yang lestari buat mereka.  Dunia akan menjadi lebih nyaman dan aman, jika kita mau membagi cinta kepada orang lain, termasuk juga makhluk lain.  Semoga pikiran baik datang dari segala penjuru!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline