Lihat ke Halaman Asli

Ketika Orang Mabuk Bukan karena Miras

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“ahh..elo lagi elo lagi” gumam saya ketika mata ini dipertontonkan adegan kekerasan layak sensor. Niatnya sih mulia, ingin memperjuangkan supaya perda miras tidak dicabut. Tapi apa gunanya niat yang mulia ketika diejawantahkan dalam lemparan batu dan ayunan tongkat kayu.

Tidak hanya sekali ini saja, catatan sejarah menunjukkan perilaku yang sama sudah sangat sering diperagakan, lalu apa gunanya ilmu Ilahi yang dikuasai kalau semuanya berujung anarkisme. Sejarah masa lalu sudah banyak memberikan gambaran kalau perjuangan dengan kekerasan hanya akan menyisakan pihak yang kalah, tidak ada yang menang. Namun sebaliknya, perjuangan dengan mengandalkan diplomasi dan kekuatan rasa atau pikiran sudah banyak terbukti keberhasilannya, lihatlah India dengan Gandhi, lihatlah Aceh dengan JK.

Pikiran bodoh saya sering bercanda kepada saya, kalau seperti ini mungkin lebih baik miras dibiarkan saja beredar dengan bebas, kalau orang sudah mabuk palingan dia hanya teriak-teriak ga jelas, jalan terhuyung huyung lalu rebah menghujam tanah, tinggal keesokan harinya diguyur air saja daripada mereka yang anti miras (dan logikanya tidak pernah mabuk) tetapi merusak dan mengancam orang lain. Saya menjadi heran, kalau sudah seperti ini siapa yang sebenarnya lagi mabuk???

Kata Bang Haji, miras memang memabukkan, tetapi nafsu merusak ternyata lebih dahsyat memabukkannya daripada miras. Kalau sudah seperti ini, Bang Haji sepertinya harus mengubah lirik lagunya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline