65 tahun sudah kita menikmati apa yang kita definisikan sebagai merdeka. Sebelum 1945, merdeka bermakna melepaskan diri dari penjajah. Penjajah pun bermakna harfiah yaitu bangsa yang menjejakkan kakinya di bumi pertiwi dan menguras seluruh harta bangsa ini. Perjuangan mencapai kemerdekaan pun dilakukan sebagian besar melalui angkat senjata dengan nyawa adalah taruhannya. Perjuangan mencapai kemerdekaan saat itu tidak hanya dilakukan oleh para pemimpin saja, namun oleh segenap rakyat tanpa memandang suku, status sosial, agama dll. Semuanya bersatu padu berjuang sekuat tenaga untuk mengusir penjajah. Tidak ada perpecahan, karena semuanya memiliki satu tujuan, satu nafas perjuangan dan satu cita-cita, indonesia merdeka. Setelah kita merdeka dalam definisi yang pertama, maka kemudian makna merdeka mengalami pergeseran. Meskipun merdeka dalam definisi ini masih berkutat dalam perjuangan melawan penjajah namun penjajah yang kita hadapi bukan lagi berwujud bangsa lain yang menduduki indonesia secara fisik namun berwujud kebodohan, kemiskinan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan bahasa-bahasa lain yang semakna dengan itu. Dalam hal tersebut di atas maka ada benang benang merah yang jelas antara definisi apa yang menjajah bangsa ini sebelum dan sesudah proklamasi, ada kesamaan makna antara bangsa yang menjajah dahulu dengan kemiskinan, ketidakadilan dll yang menjajah kita sekarang. Namun ada satu benang merah yang terputus antara definisi merdeka sebelum dan sesudah proklamasi. Benang yang putus itu adalah definisi pejuang itu sendiri. Dahulu seluruh rakyat indonesia adalah pejuang yang tangguh memerangi penjajah untuk mencapai kemerdekaan, semua rakyat tanpa kecuali bersatu padu memikul beban sesuai dengan kemampuannya untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Namun sekarang rasanya persatuan para pejuang itu sudah luntur. Komponen bangsa ini terlalu sibuk untuk saling menyalahkan kenapa bangsa ini belum "merdeka", terlalu sibuk mencari kambing hitam siapa yang bertanggung jawab atas masih adanya kemiskinan, kemelaratan dll. Pejuang pada masa sekarang hampir selalu diasosiasikan dengan pemerintah saja, sehingga pemerintahlah yang menjadi kambing hitam ketika "kemerdekaan" belum bisa tercapai. Hujatan-hujatan seringkali dialamatkan kepada pemerintah yang dinilai tidak becus dalam mengusir "sang penjajah" dari negeri ini. Mengapa kita masih mengalami "penjajahan"? Tidak lain karena kita tidak bersatu, kita tidak merasa memiliki satu tujuan "kemerdekaan" sebagaimana pejuang dahulu. Pejuang kemerdekaan yang dahulu adalah seluruh rakyat indonesia tidak berlajut ketika kita menghadapi penjajah bernama kemiskinan dll, makna "pejuang kemerdekaan" sekarang hanyalah segelintir orang-orang yang sering dihujat dan dikritik tanpa batas karena dianggap gagal "memerdekakan" Indonesia. Padahal untuk mencapai "kemerdekaan" setelah proklamasi ini, pejuang yang bermakna seluruh komponen bangsa merupakan syarat yang utama. Sehingga, Pemerintah, Saya, dan Anda semua adalah pejuang itu persis ketika seluruh komponen bangsa ini mengusir penjajah dahulu kala. Menyadari hal ini akan menjadi tidak elok ketika kita hanya menyalahkan salah satu pihak ketika sang penjajah (baca: kemiskinan, kebodohan dll) masih merongrong negeri ini. Salahkanlah kita semua, salahkanlah saya dan anda, karena saya dan anda juga pejuang itu dan ini adalah perjuangan kita bersama, Bangsa Indonesia. MERDEKA
I Wayan Agus Eka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H