Jember, 23 Juni 2024
Pondok Pesantren Fatihul Ulum Al Mahfudz terletak di desa Manggisan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Pondok ini berada di desa Manggisan, banyak orang menyebut pesantren ini dengan sebutan pesantren Manggisan. Beberapa orang juga menyebut pesantren ini dengan sebutan pesantren Kiai Hannan. Tidak ada yang tahu mengapa pendiri memilih Fatihul Ulum Al Mahfudz sebagai nama pesantren, tapi berdasarkan lafadnya Fatihul Ulum Al Mahfudz memiliki arti sang pembuka beberapa ilmu . Fatihul adalah Seorang atau sesuatu yang membuka, sedangkan Ulum yang menjadi jamak dari kata ilmu berarti beberapa ilmu.
Pesantren ini didirikan sekitar tahun 1938 oleh KH Abdul Hannan. Setelah beliau wafat pada tahun 1991 digantikan oleh KH Mahfudz Abdul Hannan yang merupakan putra beliau. Sampai saat ini KH Mahfudz masih menjadi pengasuh pondok pesantren Fatihul Ulum Al Mahfudz. Nama inilah yang diambil untuk dijadikan nama sekolah formal MTs dan MA Fatihul Ulum Al Mahfudz.
Guru sebagai learning agent (agen pembelajaran) yaitu guru berperan sebagai fasilitator, pemacu, motivator, pemberi inspirasi, dan perekayasa pembelajaran bagi peserta didik. Kompetensi guru yang pertama adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang dapat mencerminkan kepribadian seseorang yang dewasa, arif dan berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. Kompetensi kedua pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam memahami peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang mereka miliki.
Kompetensi guru ketiga adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah. Kompetensi guru yang terakhir adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional yaitu penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan mendalam. Mencakup penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran dan substansi ilmu yang menaungi materi pembelajaran dan menguasai struktur serta metodologi keilmuannya.
Salah satu kompetensi profesional guru yaitu kemampuan menguasai materi bahan ajar dalam bentuk LKPD dan mengembangkannya, pelatihan perlu dilakukan secara sistematis dalam mengembangkan LKPD yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi siswa. Real Picture Analysis (RPA) merupakan suatu kegiatan kreatif yang memungkinkan kita untuk mengekspresikan ide dan perasaan melalui gambar dua dimensi menggunakan imajinasi dan alat gambar. Tujuan kegiatan ini di MA Fatihul Ulum Al Mahfudz melalui pendampingan penggunaan produk LKPD berbasis RPA dengan Guru diberikan petunjuk langkah penggunaan LKPD berbasis RPA yang mengintegrasikan fenomena nyata di sekitar lingkungan siswa sehingga menghadirkan pembelajaran dunia nyata yang dialami siswa. Kegiatan ini diketua oleh Dr. Iwan Wicaksono, M.Pd yang menghadirkan tiga narasumber. Narasumber yang pertama Prof. Dr. Sutarto, M.Pd yang memberikan materi tentang pemahaman materi Gambar Proses yang diwujudkan dalam RPA. Narasumber yang kedua Dr. Slamet Hariyadi, M.Si yang memberikan materi tentang materi Kompetensi Profesional Guru. Dan narasumber yang ketiga Dr. Sulifah Aprilya Hariani, M.Pd yang memberikan materi tentang materi Penyusunan LKPD.
Sambutan positif diberikan oleh peserta kegiatan pelatihan RPA. Selama sesi diskusi, peserta antusias memberikan pertanyaan, antara lain: Penyampaian materi pertama oleh Prof.Dr. Sutarto. M.Pd dalam Sesi tanya jawab pertanyaan peserta, bagaimana solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa di pondok pesantren yang tidak menggunakan HP?. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Prof. Sutarto: untuk meningkatkan kreativitas siswa di pesantren tidak harus menggunakan HP, bisa terlebih dahulu menggunakan media tulis dengan cara menggambar di kertas atau menggambarkan gagasannya di kertas. Penyampaian materi kedua oleh Dr. Slamet Hariyadi, M.Si dalam Sesi tanya jawab pertanyaan peserta, bagaimana cara mengatasi siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen dengan menggunak komputer dalam pembelajaran?. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Bapak Slamet, Siswa dengan kemampuan visual bisa dengan menonton youtube, atau siswa yang suka membaca bisa dengan menghafal. Kemudian siswa juga diberi kesempatan sesuai dengan kemampuan secara bergantian (visual, audiovisual, kinestetik, dsb). Penyampaian materi ketiga oleh Dr. Sulifah Aprilya Hariani, M.Pd dalam Sesi tanya jawab pertanyaan peserta, apakah menggunakan LKPD yang sudah ada namun dimodifikasi itu baik? atau lebih baik membuat sendiri?. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Ibu Sulifah, membuat LKPD sebaiknya sesuai dengan karakterisktik siswa. Boleh-boleh saja menggunakan LKPD yang sudah ada dan dimodifikasi, atau juga boleh membuat LKPD sendiri yang sesuai dengan karakteristik siswa di pondok pesantren.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H