Lihat ke Halaman Asli

Keluhan Nelayan Cilincing

Diperbarui: 8 April 2016   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_129348" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi-Nelayan/Admin (KOMPAS)"][/caption] Pada 18 april lalu kami mengunjungi kampung nelayan Cilincing Jakarta utara dengan maksud untuk mengambil foto - foto kehidupan nelayan, tidak berapa lama kami mulai memfoto kapal - kapal dan rumah nelayan saya didatangi sekelompok nelayan sekitar 6 orang , mereka menanyakan kami dari media apa , saya  jawab kalo kami hanya hobi foto saja dan untuk dokumen pribadi, mendengar jawaban saya para nelayan tersebut membubarkan diri dan nampak sekali kekecewaan di wajah para nelayan tersebut, ada seorang nelayan yang tetap berdiri disamping saya, Pak Mamat namanya, pak Mamat cerita bahwa para nelayan di Cilincing sedang ada masalah besar karena dalam 2 tahun ini tangkapan mereka turun drastis bahkan banyak nelayan yang pulang tidak membawa ikan, nampak jelas sekali kapal para nelayan tidak terawat, jangankan untuk merawat kapal untuk makan sehari - hari pun mereka susah, menurut Pak Mamat bahwa sumber kesulitan para nelayan di Cilincing adalah karena beroperasinya Kapal - kapal Pukat atau Troll dikawasan perairan nelayan , selain mengeruk habis ikan - ikan dilokasi tempat nelayan biasa mencari ikan, kapal Pukat juga menghancurkan terumbu karang dimana tempat ikan hidup dan berkumpul, sudah sering nelayan Cilincing melaporkan adanya kapal pukat yang beroperasi diwilayah pencarian ikan mereka kepada pihak yang berwajib  tetapi semua laporan hingga saat ini tidak ada yang ditanggapai, bahkan kapal pukat dengan leluasa melintasi perkampungan nelayan, Saya baru mengerti ternyata warga nelayan Cilincing sangat berharap ada Media massa yang mau memblow up adanya kegiatan kapal pukat atau Trol diwilayah mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline