Beberapa hari terakhir, wajah kesal Luhut Binsar Panjaitan, Menkomarvest, masih menghiasi berita media dan Sosmed. Hal itu berkait, ke konser artis dunai di "subsidi" pemerintah Singapura hanya tampil di sana.
Berita selanjut, Menteri Pariwisata, Sandi Uno, menyiapkan Rp 2 Triliun untuk konser artis setara dan "blocking-time" laksana di Singapura, ke depan.
Era awal Kompasiana ini saya acap menulis bagaimana sebagai bangsa dan negara kita alpa akan SPOK, subjek predikat objek keterangan. Bahasa logika. Era silam Bahasa Indonesia lima pontennya tak bisa naik kelas.
Di kekinian agaknya logika menjadi acak, kadang keterangan-keterangan tanpa subjek. Lebih celaka tak dapat membedakan mana prrmis mayor dan mana pula premis minor.
Dalam konsteks Singapura ini, sejak lama mereka banyak menembak di atas kuda. Sebutlah Gas. Singapura dapat gas murah dari Indonesia melalui station gathering gas di Grisik Jambi, dialirkan ke Kepri lalu ke Singapura oleh Sembawang Corp., pun kini sudah diperpanjang kontraknya lagi. Dunia Industri Indonesia kelurangan gas, kalaupun diimpor harga kini US $ 12/MMBTU, Malaysia hanya jual ke industri Us$7/MMBTU.
Dari sisi Telekomunikasi, sudah lama Singtel, Temasek, masuk ambil saham Telkomsel,di mana pelanggan 190 juta. Simaklah ada tiga direktur startegis mereka kuasai. Pertengahan tahun lalu, Indihome diambil alih dari PT Telkom oleh Telkomsel.
Indihome dengan aset Rp 58 triliun itu, dimasukkan ke Telkomsel hanya dengan melepas 4% saham Singtel, di Telkomsel senilai Rp 2,7 triliun. Itu artinya murah banget bangi Singtel, dengan uang segitu mereka kini punya produk dua: selular terbesar dan jaringan Indihome.
Tak sampai hanya di sana, hari-hari karena dunia trias politika kita heboh Pilpres, Pileg, secara underground juga nyata dan cepat, telah pula dibentuk perusaha Infrasco, konon ini juga lagu Singtel, untuk menguasai jaringan fiber optic di Indonesia.
Bagi subjektif saya, langgam Singtel, Temasek, ini bagian startegi menembak di atas kuda, mengiasai Indonesia. Maka dulu, 2014 ke seorang Capres, saya malah menyarankan membeli saja saham Singtel, Temasek di Telkomsel. Akan tetapi hari ini, jamgkan membeli saham Singtel, tapi Singtel kian bercokol di bisnis telekomunikasi Indonesia tanpa terasa, tanpa banyak media memberifikasinya, bahwa hal ini diduga pembobolan bangsa dan negara di infrastruktur telko.
Hub-balahap, permaian Singtel di telko Indonesia ini khususnya terbaru di rencana menguasai fiber optic, akan saya tulis tersebdiri.