Lihat ke Halaman Asli

Narliswandi Piliang

TERVERIFIKASI

Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Nyalla Menyalakan DPD RI

Diperbarui: 30 September 2019   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dokpri

SIANG di sebuah pemukiman di pinggir Sidoarjo, Jawa Timur, penghujung 2017. Langit cerah. Matahari menyala. Mengenakan polo-shirt hijau, bersandal jepit, La Nyalla Mahmud  Mattalitti (LNMM), akrab dipanggil Nyalla, turun dari mobil. 

Ia langsung menuju sebuah rumah dua kali meja ping-pong. Lantainya  tanah. Dindingnya bilik bambu rapuh beruas-ruas  renggang menerawang.

Tumpukan baju, dus lecek, mendominasi kediaman Chomsiah, seorang ibu, baru saja dibebaskan setelah dipenjara lebih tiga bulan. Chomsiah terjerat hutang ke rentenir, dari semula hanya kurang sejuta, kemudian berlipat-lipat. Ia dipesakitankan rentenir.  Kami menginfokan  kepada Nyalla, Ketua Kadin Indonesia Jawa Timur.

Gayung bersambut. Nyalla bukan saja menggerakkan  jaringan Pemuda Pancasila, di mana ia juga ketua Jatim,  membebaskan Chomsiah, tetapi juga berupaya membangunkan rumah permanen, membelikan mesin penggiling tebu. Chomsiah  dengan tujuh anggota keluarganya kini berpenghasilan dari berjualan air tebu.

Di penghujung kunjungan di pemukiman sekitar,  Nyalla mengajak anak-anak di sekitar  bermain bola. Saya menjadi teringat adegan di Film Invictus, di mana Presiden Mandela, Afrika Selatan, meminta tim Rugby-nya  keliling ke daerah, ke pemukiman padat bermain Rugby bersama anak-anak kampung. Keceriaan anak-anak di film itu, begitu pulalah di pemukiman  di Sidoarjo itu.

Menyimak adegan itu, serasa bumi dan langit, framing terhadap sosok Nyalla  oleh sebagian orang ditabalkan "preman".

Lebih dari itu, sudah sejak lama sosok pria 60  tahun ini,  bila saya tak keliru jelang 20 tahun,  rutin mengirim himbauan kepada relasi di seluruh kontaknya di handphone. Ia  mengajak Shalat Tahajud dini hari, sejak era SMS, hingga kini sudah memakai meme lengkap dengan judul: Tahajud Call. Lalu beberapa kawan menyapanya Mr. Tahajud Call.

"Saya  akan menyapa seseorang kyai, ulama besar, kalau saya temui jam tiga dini hari, shalat, maka itu kyai, "tuturnya kepada saya pada awal 2018, "Sebaliknya kalau jam segitu tidur, bukan kyai, bukan ulama."

Saya mengenal nama Nyalla, sejak  dilantik menjadi anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), 1991. Ia  senior, saya hanya mendengar namanya berusaha dari bawah. Memulai bisnis dari  jasa pameran, mengendarai sebuah vespa. Usahanya berkembang, diversifikasi ke banyak lini.

Dalam perkembangan, baru penghujung 2017 itulah saya sengaja mengunjungi Nyalla ke Surabaya. Kami berdiskusi tentang niatnya menjadi Cagub Jawa Timu, kala itu. Dan  dari pertemuan itulah saya merasa kalah  volume beribadah dibanding Nyalla. Ia Shalat Tahajud, 8 rakaat dan 3 witir, rutin. Begitupun dengan Dhuha setiap pagi 11 rakaat. Shalat wajib pasti.

Di bidang kebudayaan, agaknya tak banyak pihak mafhum, ia seorang kolektor keris langka. Ketika di sebuah malam di kediamannya di Surabaya, Nyalla mengajak ke ruangan  khusus di mana berderet lemari kaca  berisi ratusan keris. Dan ada satu lemari besi berisi beberapa bilah keris amat langka. Beberapa dari  keris  langka itu bisa ditegakkan, berdiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline