SIANG di sebuah pemukiman di pinggir Sidoarjo, Jawa Timur, penghujung 2017. Langit cerah. Matahari menyala. Mengenakan polo-shirt hijau, bersandal jepit, La Nyalla Mahmud Mattalitti (LNMM), akrab dipanggil Nyalla, turun dari mobil.
Ia langsung menuju sebuah rumah dua kali meja ping-pong. Lantainya tanah. Dindingnya bilik bambu rapuh beruas-ruas renggang menerawang.
Tumpukan baju, dus lecek, mendominasi kediaman Chomsiah, seorang ibu, baru saja dibebaskan setelah dipenjara lebih tiga bulan. Chomsiah terjerat hutang ke rentenir, dari semula hanya kurang sejuta, kemudian berlipat-lipat. Ia dipesakitankan rentenir. Kami menginfokan kepada Nyalla, Ketua Kadin Indonesia Jawa Timur.
Gayung bersambut. Nyalla bukan saja menggerakkan jaringan Pemuda Pancasila, di mana ia juga ketua Jatim, membebaskan Chomsiah, tetapi juga berupaya membangunkan rumah permanen, membelikan mesin penggiling tebu. Chomsiah dengan tujuh anggota keluarganya kini berpenghasilan dari berjualan air tebu.
Di penghujung kunjungan di pemukiman sekitar, Nyalla mengajak anak-anak di sekitar bermain bola. Saya menjadi teringat adegan di Film Invictus, di mana Presiden Mandela, Afrika Selatan, meminta tim Rugby-nya keliling ke daerah, ke pemukiman padat bermain Rugby bersama anak-anak kampung. Keceriaan anak-anak di film itu, begitu pulalah di pemukiman di Sidoarjo itu.
Menyimak adegan itu, serasa bumi dan langit, framing terhadap sosok Nyalla oleh sebagian orang ditabalkan "preman".
Lebih dari itu, sudah sejak lama sosok pria 60 tahun ini, bila saya tak keliru jelang 20 tahun, rutin mengirim himbauan kepada relasi di seluruh kontaknya di handphone. Ia mengajak Shalat Tahajud dini hari, sejak era SMS, hingga kini sudah memakai meme lengkap dengan judul: Tahajud Call. Lalu beberapa kawan menyapanya Mr. Tahajud Call.
"Saya akan menyapa seseorang kyai, ulama besar, kalau saya temui jam tiga dini hari, shalat, maka itu kyai, "tuturnya kepada saya pada awal 2018, "Sebaliknya kalau jam segitu tidur, bukan kyai, bukan ulama."
Saya mengenal nama Nyalla, sejak dilantik menjadi anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), 1991. Ia senior, saya hanya mendengar namanya berusaha dari bawah. Memulai bisnis dari jasa pameran, mengendarai sebuah vespa. Usahanya berkembang, diversifikasi ke banyak lini.
Dalam perkembangan, baru penghujung 2017 itulah saya sengaja mengunjungi Nyalla ke Surabaya. Kami berdiskusi tentang niatnya menjadi Cagub Jawa Timu, kala itu. Dan dari pertemuan itulah saya merasa kalah volume beribadah dibanding Nyalla. Ia Shalat Tahajud, 8 rakaat dan 3 witir, rutin. Begitupun dengan Dhuha setiap pagi 11 rakaat. Shalat wajib pasti.
Di bidang kebudayaan, agaknya tak banyak pihak mafhum, ia seorang kolektor keris langka. Ketika di sebuah malam di kediamannya di Surabaya, Nyalla mengajak ke ruangan khusus di mana berderet lemari kaca berisi ratusan keris. Dan ada satu lemari besi berisi beberapa bilah keris amat langka. Beberapa dari keris langka itu bisa ditegakkan, berdiri.