Lihat ke Halaman Asli

Narliswandi Piliang

TERVERIFIKASI

Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Jakarta Butuh Ahmad Syaikhu

Diperbarui: 28 Oktober 2018   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Koleksi Pribadi

ASSALAMUALAIKUM warahmatullahi wabarakatuh, saya melihat ke  kanan dan kiri, mengakhiri Zuhur berjamaah di Masjid Al Azhar, Bekasi. Baru ngeh siang  Kamis, 25 Oktober 2018 itu, lumayan saf terisi,  lebih 7 baris. Tak lama seusai doa, pengurus masjid menyampaikan maklumat akan ada kuliah tujuh menit (Kultum). Jamaah berkenan dipersilakan  menyimak.

Saya masih duduk di saf kedua. Bersila. Agak ke sebelah kiri, dua saf ke belakang, berkemeja biru, berpantalon hitam,  sosok Ahmad Syaikhu, mantan Wakil Walikota Bekasi, mantan Cawagub Jabar, pasangan Jend. Purn., Sudrajad, masih menunduk takzim. Tanpa bertanya, saya mengartikan sosoknya  pun  ingin menyimak Kultum. Sebelumnya, Kami  bersama berjalan kaki dari Kantor ASYIKpreneur, di kawasan Ruko Duta Permai, Jl Noer Alie, Bekasi.

"Adab penting bagi kehidupan."

"Masuk pesantren, pelajaran pertama adab."

'Ilmu tanpa adab ibarat api tanpa kayu, bagaikan jasad tanpa ruh."

Ustad muda saya lupa mencatat namanya itu, menyampaikan kalimat di atas. Saya simak Syaikhu mengangguk.

Ustad mensitir jika ada kertas di tempat sampah bertuliskan Basmallah, tentu secara refleks adab kita mengambil, menempatkan ke posisi pas. Ia  tidak secara khusus membahas  kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat Tauhid, namun nalar pendengar Kultum diarahkan bergetar.

Berjalan kaki kembali ke kantor Syaikhu, kendati panas, udara terasa pas. Saya sampaikan Kultum barusan sangat vital kini, terlebih bagi Ibukota Jakarta dan ranah sosial media.  Ia bersepakat.

Sejak 10.30, saya berada  di markas ASYIKpreneur, lembaga dibentuk Syaikhu dengan kalangan muda Bekasi, mengembangkan spirit wirausaha, startup, wadah kongkow, termasuk berbagai pelatihan, seperti meningkatkan literasi bagi anak-anak. Maka di lantai dua bangunan, saya menyimak bangku dari fiber warna-warni,  ditata bagaikan studio, lantainya rumput hijau imitasi. "Ini semua produk industri di Bekasi," ujar Syaikhu.

Nama Syaikhu telah  lama saya ketahui. Adalah Alm., Budiman S. Hartoyo, mantan redaktur senior TEMPO, pendiri PWI-Reformasi, pernah bertutur soal Syaikhu pada 1990-an. 

Budiman, salah satu mentor menulis saya itu, sekitar tahun 2.000-an awal pernah mengajak ngobrol dengannya, tapi tak pernah kejadian. Itupun saya lupa konfirmasi apakah sosok Syaikhu ini atau lain? Namun mengingat isteri Budiman asal Cirebon, dan Saikhu pun Cirebon, tebakan hati saja sosok dimaksud Budiman, figur Syaikhu, ya yang ini. Mengapa perlu saya tuliskan?  Karena baru di Kamis kemarin itulah saya bertemu untuk kali pertama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline