Singapura jelang petang. Dari jembatan eksotik Hendersen Wave, dibuat dari susunan bilah kayu dan baja berbentuk liukan Liong, saya menatap ke gedung-gedung nun tak jauh dari tempat berdiri. Petang merembang. Panorama memberi kesan tersendiri. Sekitar sejam lalu kami baru saja berpisah dengan Presiden Joko Widodo, usai ia mengikuti KTT ASEAN, di Hotel Shangrilla, Singapura.
Pak Jokowi, sempat mengobrol singkat, berfoto dengan Tim Echo, relawan #JokowiLanjut2019 Singapura. Di negeri jiran itu jaringan relawan sudah terbentuk. Idenya hari itu, kami mengusulkan kepada protokol Kemenlu, agar Jokowi shalat di Masjid Sultan di Arab Street, lalu makan atau ngopi di Resroran Minang berdiri 1950 di depan masjid. Kongkow bentar di sana sekadar makan Lupis, snack ketan khas Minang. Ada juga bubur kacang ijo ketan. Ketan serikaya, tersedia. Urusan lauk, mereka punya Sambalado Tanak, kini sulit dicari di restoran Padang di Jakarta.
Kami membawa dummy Al Quran Emas, desain Pak Jokowi, untuk program sejuta wakaf Al Quran Jokowi, sebagaimana pernah saya tulis Making Indonesia 4.0 Sukses di AlQuranWakaf
Melalui terobosan pemasaran via Instagram, sudah lebih 30 artis papan atas Indonesia tanpa mengeluarkan uang bisa berwakaf Alquran. Maka usulan kami hal sama dilakukan presiden, bukankah Ramadan sudah dekat?
Maka optimis sejuta wakaf Al Quran desain Jokowi diminati.
Setelah protokol Kemenlu berkordinasi dengan pihak Istana, acara bertemu presiden hanya dapat dilakukan di Shangrilla. Sementara di momen kami bersama presiden, di Lucky Plaza di bilangan Orchad Road, Singapura, sedang terjadi kehebohan. Plaza itu dipenuhi oleh warga Fillipina mukim di Singapura.
Mereka mendapatkan sajian beberapa sosok mirip Presiden Duterte datang. Maka segenap hadirin dipenuhi Filipino itu, berteriak histeris. Ternyata Duterte palsu. Sulit membedakan mana Duterte asli dan palsu. Tentunya kejadian itu bak suguhan teater dadakan. Warga Filipina tebak-tebakkan di Singapura, mencari Duterte asli, penghiburan tersendiri.
Suasana plaza membahana dengan teriakan,"Du ter te!" berulang-tiada henti. Gauman kerumunan orang terdengar ke gedung dan plaza sebelah-menyebelah. Salah seorang Tim Echo,Sandra IP, kebetulan berada di lokasi, melaporkan bagaimana meriahnya sambutan terhadap Presiden Duterte. Ia bagaikan Jokowi awal dulu dari Solo, hendak maju Pilgup ke Jakarta, 2012, disambut begitu hangat.
Kepada saya pada 21 Januri 2018 lalu ketika kami bertemu empat mata di Palembang, Jokowi mengatakan sangat dekat dengan Duterte. Saya mengusulkaan kala itu untuk bersama Duterte, meninjau kota Marawi hancur karena perang saudara. Jokowi akan disaksikan oleh Duterte bisa meletakkan pembangunan masjid di rencana kota baru akan dibangun Marawi Islamic Smart City.
Menurut Kivlan Zen, sosok jenderal kita dekat dengan tokoh Muslim di Mindanao, Duterte memang menjadi presiden karena dukungn dari 10 juta suara Muslim. Seperti dituturkan Kivlan kepada saya, "Duterte bila ke Marawi selalu mengawali pidato dengan Allahu Akbar!" Dukungan kepadanya agar menembaki saja gembong Narkoba dilontarkan oleh tokoh Muslim Noor Misuari.
Kendati mayoritas Filipina beragama Kristen-Katolik, warga tidak alergi terhadap Duterte memberikan porsi besar perhatian ke minoritas Muslim kini. Justeru kini Duterte begitu diterima warga, seperti semaraknya LuckyPlaza, Singapura Sabtu, 28 April, akhir pekan kemarin.