Lihat ke Halaman Asli

Narliswandi Piliang

TERVERIFIKASI

Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Kidung La Nyalla Menyalakan Jatim

Diperbarui: 6 Desember 2017   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari jalan tol Surabaya menuju Gresik, Jawa Timur, bakda Jumat  10 November 2017 lalu. Di kejauhan Merah Putih berukuran besar berkibar di menara masjid Al Akbar. Angin bergelora  mengayunkan kebangsaan. Di sosial media, saya menyimak sudah ada pemposting foto itu. Terik matahari menyengat. Jalanan padat. Saya semobil dengan sosok La Nyalla Mahmud Mattalitti, 58 tahun,  Ketua Kadin Jatim.  Kami menuju desa Cereme, Gresik, setelah dari pagi berziarah ke Makam Bung Tomo, beribadah Jumat di kantor Kadin. 

Penggalan hari terasa menjadi liturgi kepahlawanan tersendiri.

Mengawali kidung,  inilah pertama kali dalam sejarah hidup berziarah ke makam Bung Tomo. Serasa malu  hati ini, baru di rentang usia 53 tahun, menyempatkan diri nyekar. Teringat akan penggalan pidato heroik Bung Tomo 10 November 1945.

"Bismillahirrahmanirrahim

Merdeka!!!

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia, terutama,  saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui  bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang  memberikan suatu ancaman kepada kita semua. Kita diwajibkan untuk dalam  waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang kita rebut  dari tentara Jepang.

......

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!"

Mata saya menatap ke luar jendela mobil. Kalimat pembuka Bung Tomo,  "Saudara-saudara rakyat jelata, ... ,"  seakan mematri di benak.  Tadi usai Jumatan di Kantor Kadin Jatim di bilangan Bukit Darmo Golf, saya melihat jamaah meluber hingga ke pelataran taman di bawah. Masjid, lebih tepat disebut mushalla, di lantai dua kantor, meluber ke koridor, mengular ke ruang kosong lantai satu. 

Pemandangan tak biasa,  beberapa pedagang keliling, termasuk pedagang bakso bersepeda, jamaah Jumat, duduk sekenanya. Mereka membuka nasi bungkus. Rupanya, walaupun kawasan kantor Kadin ini berada di pemukiman terbilang mewah,  banyak kalangan marjinal beredar. Mereka memilih beribadah sekaligus melepas lelah di Kadin. Adalah La Nyalla berinisiatif sejak lama, membagikan nasi bungkus. Perkara makan bersama usai beribadah sejak lama itu saya mendapat keterangan dari Heru, Direktur Eksekutif Kadin Jatim

Jelang sejam berjalan. Tujuan belum jua terlihat. Kawasan pabrik, tanah kosong, empang menggenang, bagian atap  hanggar pabrik di kejauhan, pantulan sinar metalnya menyilaukan mata.  Serombongan bebek di kejauhan mandi-mandi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline