Setiap tahun umat muslim di seluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Adha di bulan Dzulhijah sebagai hari besar terbesar kedua setelah Hari Raya Idul Fitri setiap bulan Syawal. Sebagaimana awam mengetahui bahwa perayaan Idul Adha atau juga disebut Idul Qurban paralel dengan puncak ibadah Haji yang dilakukan di Makkah, Arab Saudi.
Artinya Idul Adha adalah perwujudan timbal balik dari manusia ciptaanNya untuk bersyukur akan karunia dan anugerahNya. Rasa syukur ini ditandai penyembelihan hewan Kurban atau ternak seperti sapi, kambing, domba dan unta.
Perintah berkurban memang sudah ada sejak putra Nabi Adam AS melakukannya yaitu Habil dan Qabil lalu dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim dengan mengorbankan putra yang sangat dicintai dan diidamkannya karena Ismail lahir di saat Nabi Ibrahim dan istrinya sudah berusia tua.
Bagi muslim pelaksanaan dan penyembelihan Idul Qurban tidak ada perbedaan dari dulu hingga sekarang, namun makna ketaatan dan ketakwaan kepadaNya harusnya juga tetap bisa diwujudkan dalam perbuatan dan perilaku sehari-hari.
Kita memahami pula bahwa perayaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha adalah pembuktian ketaatan kita kepada Allah SWT,namun juga kepedulian kita kepada sesama. Bila zakat fitrah dibagikan saat Idul Fitri maka hewan kurban diberikan saat Idul Adha.
Di jaman yang tidak pasti ini dimana ilmu pengetahuan yang mengandalkan logika berpikir berkembang pesat, hadirnya agama harusnya tidak ditandai hanya sebagai perintah dan larangan saja, namun sebagai kompas untuk mendapatkan petunjuk kemana manusia akan pulang dan bertanggung-jawab atas kenikmatan yang diberikanNya selama di dunia.
Namun perilaku, etika, adab dan konsep hidup yang menyimpang dari segolongan manusia saat ini tidak sedikit yang menyalahi kodrat, seperti yang kita lihat sehari-hari baik dari tayangan media informasi dan internet.
Di bidang politik, saling hujat antara mereka yang bertikai jadi tontonan sehari-hari, di bidang hiburan pamer kekayaan ,hedonis dan LGBT sudah jadi lumrah, apalagi di bidang ekonomi saling gencet dalam keputusan-keputusan krusial yang melibatkan rakyat, akhirnya banyak rakyat kecil yang menderita contoh harga minyak goreng yang belum reda betul harga dan distribusinya serta berjangkitnya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang diderita hewan ternak sapi sehingga memukul banyak para peternak hewan ini.
Ditambahnya adanya perilaku di beberapa institusi pendidikan baik di kampus, sekolah dan pesantren dengan adanya pelecehan seksual dari oknum dosen, guru, dan pengasuhnya kepada para murid dan santrinya, hal ini seperti jadi noda hitam dalam cermin pendidikan nasional kita.
Dan terakhir penyunatan dana donasi oleh lembaga ACT (Aksi Cepat Tanggap) yang diinisiasi oknum pimpinannya untuk menggaji dan memperkaya dirinya sendiri, seperti menjadi berita petir di siang bolong. Kok bisa begitu perilaku manusia dengan teganya melakukan hal tercela seperti itu?