Lihat ke Halaman Asli

Iwan Nugroho

TERVERIFIKASI

Ingin berbagi manfaat

Diam itu Emas, dan Mengejutkan

Diperbarui: 19 Februari 2024   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inpuhttps://www.shutterstock.com/

Let us be silent, that we may hear the whispers of the gods (Ralph Waldo Emerson)

Pilpres dan pileg 14 Februari 2024 telah berjalan dengan lancar.  Saat ini proses input perhitungan real count sedang berjalan (sekitar 60% data masuk).  Hasil qiuck count sudah keluar dengan perolehan suara paslon 1 sebesar 25%, paslon 2 sekitar 58% dan paslon 3 memperoleh 17%.  Perhitungan (atau input data) real count nampaknya menunjukkan hasil kurang lebih sama dengan hasil quick count, baik pilpres atau pileg DPR.

Banyak kehebohan atau drama terjadi menjelang pelaksanaan coblosan.  Di dahului dengan keputusan MK perihal batasan umur, yang meloloskan pencalonan capres Gibran, kemudian serangan terhadap pak Jokowi terkait politik dinasti, isyu netralitas presiden, debat pilpres yang menyerang paslon 02, dan terakhir serangan Ahok kepada Jokowi.   Termasuk di dalamnya adalah penggalangan pemakzulan presiden Jokowi.

Kehebohan tersebut ramai sekali di media berita mainstream, medsos, termasuk menyebar di group WA.  Pada saat itu, saya berpikir apa yang sedang terjadi.  Protes-protes itu bisa di mengerti dan dipahami sepanjang terkait substasinya, juga permakluman sebagai wujud demokrasi dimana setiap orang bebas menyampaikan aspirasinya.  Debat antar paslon juga sangat bagus saat membahas program atau kebijakan.  Yang mungkin kurang bisa diterima adalah ketika protes, aspirasi atau debat itu, terkadang berlebihan, misalnya menyerang, menghina, merendahkan personal, atau melanggar kesantunan.

Heboh politik tersebut juga pernah terjadi sebelumnya, di pilpres 2014 dan 2019.  Di dua periode tersebut, serangan begitu keras terjadi kepada pak Jokowi atau pemerintahannya.  Sebenarnya yang saat ini terjadi, juga kurang lebih sama dengan sebelumnya, juga menyerang pak Jokowi, dengan konteks dan situasi yang berbeda.  Dulu, isyunya dikaitkan dengan Cina dan PKI.  Sekarang isyunya adalah etika politik, demokrasi dan politik dinasti.

Kini hasil quick count membuktikan Paslon 02 yang didukung Jokowi unggul telak.  Mengapa serangan yang demikian kuat, keras dan masif itu, suara justru berpihak ke paslon 02 dan Jokowi.

Sudah banyak analisis menjelaskan bahwa Jokowi sangat dicintai masyarakat Indonesia, dibuktikan dengan approval rating.  81.7% orang puas dengan kinerja pak Joko Widodo, dan sebanyak 9,3% merasa sangat puas dipimpin oleh Jokowi.  Para pendukung Jokowi ini selama ini nampak diam, mereka tidak reaktif merespon kritikan, serangan bahkan hoax yang menyerang Jokowi.  Mereka inilah silent majority, yang memberi keunggulan suara ke paslon 02 di Jawa maupun luar Jawa (bisa disaksikan di website KPU, https://pemilu2024.kpu.go.id/).

Kita semua hendaknya menemukan hikmah dan pembelajaran dari agenda lima tahunan ini.  Betapa sebagian masyarakat nampak berlebihan dalam mendukung pilihannya, sangat ekspresif menyerang, menuduh, menghina, atau merendahkan personal orang lain.  Ada juga para tokoh, pakar, atau bahkan akademisi sangat berlebihan menjustifikasi orang atau kelompok lain berdasarkan keyakinan, persepsi atau standar tertentu personal.  Indonesia adalah plural, yang diperlukan adalah narasi saling menghargai, saling melengkapi untuk membangun Indonesia.    

Membangun Indonesia tidaklah mudah, tetapi ditentukan dan dipengaruhi oleh banyak variable.  Kritik atau keluhan tidak akan menyelesaikan masalah.  Presiden Jokowi juga bukan orang yang sempurna, tetapi diakui atau tidak, kepemimpinannya efektif (dibanding presiden-presiden sebelumnya), (diam tetapi) kinerjanya sangat nyata dan prestasinya diapresiasi secara global.  Approval rating Jokowi menunjukkan cerminan hati dan perasaan banyak orang kepada beliau.  Karena itu, diam-diam banyak orang (silent majority) yang respek dan membela beliau; termasuk mendukung suara ke paslon 02.  

Siapa pihak-pihak yang senantiasa diam dan dianggap silent majority?  Mereka ini adalah orang-orang yang sesungguhnya smart!  Mereka adalah orang yang tidak mau buang waktu berkomentar di medsos, diam-diam tetapi mengamati situasi dan kondisi.  Medsos itu biasanya hanya diramaikan oleh pendukung 01 atau 03; yang pasti sulit menerima nasehat atau diajak berdiskusi secara jernih… ha..he..he.  Silakan baca tulisan ini.   Orang-orang yang diam ini sudah memiliki penilaian sendiri tentang pemimpin Indonesia, yang mereka anggap pantas dan layak dengan kriteria kerendahan hati.  Psikologi dan hati mereka sudah mantap mendukung langkah paslon 02 dan Jokowi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline