Beberapa hari ini berita pencalonan menteri ramai sekali. Koran, berita dot com, televisi domestik dan asing ikut memberi analisis terhdap tokoh-tokoh yang pantas menjadi menteri. Baru kali ini, dalam sejarah Indonesia, berita nominasi atau pencalonan menteri sangat ramai dan trending.
Siapapun calon menteri itu, mereka adalah orang yang baik, punya prestasi dan pengalaman tertentu. Yang perlu dipahami calon menteri itu, adalah tetap seorang calon, belum menjadi menteri definitif hingga diberi SK atau dilatik oleh Presiden.
Nah .. yang sering dilupakan, sebenarnya bagaimana atau kriteria macam apa yang digunakan oleh Presiden, untuk memutuskan seseorang menjadi menteri.
Sejak jaman pak Harto menjadi presiden hingga pak Jokowi saat sekarang, keputusan memilih menteri adalah keputusan pribadi seorang presiden. Keputusan yang penuh pertimbangan politis, teknis/kompetensi,.. dan mungkin nasib baik.
Seorang presiden, baik itu pak Jokowi atau siapapun, adalah seorang leader dengan segala kelebihannya, antara lain pengaruh, punya pengalaman, kestabilan emosi dan punya intuisi tertentu. Ia adalah presiden Indonesia, salah satu diantara orang terbaik bangsa Indonesia pada jamannya. Ia ditakdirkan untuk memimpin negara besar dengan penduduk 260 juta jiwa.
Keputusan seorang presiden memilih seseorang menjadi menteri bukanlah untuk diri pribadi presiden, tetapi untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk mengimplementasi rencana program nasional, untuk kemaslahatan umat dan rakyat Indonesia.
Karena itu, keputusan memilih menteri adalah suatu keputusan yang besar; karena berhadapan dengan masalah bangsa. Keputusan yang penuh pertimbangan dan strategis.
Keputusan yang membutuhkan kecerdasan emosi kebangsaan, yang memuat kesadaran mengutamakan kepentingan publik, kesabaran menghadapi masalah bangsa, memahami menajemen ragam kepentingan, dan berdimensi jangka panjang (1)
Kalau sudah begitu.. maka keputusan Presiden begitu luar biasa. Menterinya pun menjadi orang yang luar biasa, yang memahami maksud presiden. Menterinya itu juga paham tentang visi kebangsaan, dan mengimplementasikan dalam program-program yang nyata untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat (baca juga 2, 3).
Seseorang yang sekalipun populer, pintar, atau cakap, belum tentu terpilih menjadi menteri.