Perkara sholat menjadi perhatian utama seorang muslim dimanapun dan kapanpun ia berada. Saat perjalanan pikiran selalu menghitung atau mengukur dimana akan sholat. Kemarin (25/8/2017), sebelum melanjutkan perjalanan ke Taipei dari Kota Kaohsiung, itu yang saya pikirkan, karena pas hari Jumat. Akhirnya, saya memilih sholat Jumat di Kaohsiung, setelah itu baru pergi ke Taipei.
Masjid kota Kaohsiung terletak di Jianjun Road, sekitar 6 km ke arah Timur dari Main Station MRT. Kami sudah janjian dengan mahasiswa untuk bersama-sama ke masjid. Namanya Angger, juga ketua PPI Kaohsiung. Ia sedang ambil S2 di Universitas Sun Yat Sen bidang teknik elektro. Angger datang bersama Bram (mahasiswa Indonesia dari Austria yang akan magang 6 bulan di Kaohsiung)
Begitu tiba di masjid, kami makan dulu di restoran Indonesia yang bersebelahan dengan masjid. Kiranya restoran ini juga menjadi jujugan para muslim sebelum ke masjid. Secara berurutan, datang rombongan satu bis warga Cina muslim, satu group dari Malaysia, serta orang-orang Indonesia, juga makan disini. Rombongan kami makin lengkap, dengan tambahan Dedi (mahasiswa master) dari Kaohsiung.
Bangunan masjid dari luar nampak biasa saja, kecuali tulisan huruf arab kecil di dinding atas. Kami mengambil wudhlu di lantai pertama bangunan masjid, yang terdiri 10 tempat duduk. Disini juga ada utk toilet di ruang sebelahnya. Bangunan nampak bersih, dengan disain bangunan lama. Nampak ikut antri orang-orang berwajah Melayu dan Asia Selatan.
Tempat sholat ada di lantai dua. Saat kami masuk, ada ceramah oleh ulama Cina bergamis, menggunakan bahasa Cina. Kata Angger sebelumnya, sebelum khutbah memang diberikan ceramah dahulu. Penceramah nampak sedang menguraikan surat Ibrahim, nampaknya dikaitkan dengan menyongsong momen Idul Adha pada bulan ini. Penceramah menggunakan bahasa dan suara yang mantab dibantu mikropon portabel, sambil bergerak bebas di depan mimbar.
Begitu ceramah berakhir, kumandang adzan dilantunkan merdu oleh bilal sekitar jam 13.00. Belakangan saya ketahui bilal ini orang Indonesia. Khutbah Jumat disampaikan dalam bahasa Arab, oleh penceramah sebelumnya. Lama khutbah sekitar 15 menit, dalam dua bagian. Khotib berdiri di atas mimbar menggunakan tongkat. Bentuk mimbar mirip masjid di Jawa. Khotib menyampaikan khutbah dengan membaca buku.
Sambil mendengar khutbah, saya mengamati sekeliling ruang masjid. Desain interior memang berkesan bangunan lama dan kokoh dengan tembok tebal. Lampu masjid tengah berornamen klasik dan besar. Sedang lampu dinding juga klasik dan unik. Lantai berkarpet merah berpadu dengan warna dinding putih.
Ruang Masjid berukuran lebar 12 m dan panjang 18 m. Masjid ini terdiri dari 15 shaf, dapat menampung sekitar 300 orang. Tempat sholat untuk wanita ada di balkon atas dengan volume sepertiga bangunan.
Sholat Jumat dipimpin oleh khotib. Khotib membaca Fatihah dan surat dengan jelas. Sekali lagi surat Ibrahim dibaca, dengan irama merdu dan jelas. Jumlah jamaah sholat jumat ini sekitar 7 atau 8 shaf, tidak termasuk jamaah wanita di balkon.
Selesai sholat dan salam, jamaah sholat melakukan dzikir sendiri- sendiri. Keheningan ini tidak lama, mungkin sekitar lima menit. Imam sholat kemudian memimpin dzikir dikeraskan, dengan membaca Fatihah, Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas, dilanjutkan tasbih, tahmid, takbir dan diakhiri dengan doa. Benar-benar terasa khusuk. Setelah itu jamaah berdiri dan saling bersalaman..mengingatkan sholat masjid di Jawa.
Selesai sholat kami saling mengobrol di serambi masjid. Jamaah memang banyak dari kalangan mahasiswa, khususnya dari Indonesia. Jamaah warga Cina umumnya berusia lanjut, kebanyakan di atas 50 tahun. Jamaah lain dari Asia Selatan dan sedikit Timur Tengah. Keluar dari masjid nampak ada pembagian makanan oleh takmir masjid, ini adalah sumbangan jariah muslim setempat