Lihat ke Halaman Asli

Iwan Nugroho

TERVERIFIKASI

Ingin berbagi manfaat

Memaknai Kebahagiaan Seorang Pemimpin

Diperbarui: 10 Maret 2017   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://psychprofessionals.com.au

The way to achieve happiness is to try for perfection that is impossible to achieve, and spend the rest of your life trying to achieve it.  ― Winston S.Churchill

Tanggal 20 Maret nanti akan diperingati sebagai hari internasional kebahagiaan, atau International Day of Happiness, sejak tahun 2013, oleh PBB.  Peringatan ini menekankan agar setiap orang berbahagia, bebas dari kemiskinan, ketidak-adilan dan ancaman kerusakan lingkungan.

Namun tulisan ini, tidak membahas tema dari PBB itu.  Ini adalah tentang kebahagiaan lainnya, harkat kemanusiaan dan kepemimpinan. 

Dalam suatu kumpulan banyak orang, atau organisasi; tidak mudah menyatukan pendapat atau perilaku orang-orang.  Selalu saja ada yang berbeda, pikiran yang berlainan arah, atau kurang respon, dan perilaku yang tidak sejalan.  

Seorang pemimpin atau manajer di dalam organisasi bertugas memberikan arahan untuk menuju tujuan organisasi.  Berbagai pendapat atau pikiran yang berbeda ditampung, dijelaskan, disatukan dan diluruskan; paling tidak untuk menghasilkan persepsi yang sama.  Setelah itu, diajak berperilaku sama sesuai aturan atau kesepakatan.

Namun selalu saja masih ada yang tidak sama.  Saya sering mengalami hal tersebut di dalam bekerja.  Mengajak staf untuk mengikuti ketentuan organisasi selalu tidak mudah. Selalu saja ada yang tertinggal, lamban, berakibat kariernya tidak beranjak naik.  Pada akhirnya mereka itu,bila sudah benar-benar inskonstitusional, maka penegakan disiplin diberlakukan.

Keinginan yang berbeda

Setiap orang pada dasarnya memiliki perbedaan.  Di dalam rumah tanggapun bisa timbul perbedaan.  Ini sudah almiah.  Perbedaan ini sebenarnya sangat wajar didalam berbagai kumpulan orang.  Sekalipun organisasi memiliki ketentuan yang mengikat, tetap ada hal-hal yang tidak mampu diakomodasi.

Contoh paling mudah adalah dalam hal perbedaan keinginan.  Misalnya suatu lingkungan Rukun Tetangga (RT) merencanakan pergi berwisata.  Paling tidak ada dua kelompok besar. Pertama orang-orang yang sibuk mendiskusikan alternatif tujuan wisata. Kelompok ini tidak habis-habisnya rembugan mau pergi kemana, ada yang ingin wisata gunung, wisata pantai, wisata seni, atau wisata jarak dekat. Semua orang dalam kelompok pertama ramai dan heboh mengusulkan suatu tujuan wisata.

Kelompok kedua, merupakan kumpulan orang-orang yang tidakribut.  Mereka ini manut saja terhadap hasil keputusan pergi berwisata.  Mereka punya pandangan lebih mementingkan kebersamaan, dan manfaat lain pergi wisata.  Mereka ada rasa puas dan bahagia dengan pergi wisata bersama.

Hingga tiba saatnya, ketua RT memutuskan tempat tujuan dan jadwal berwisata.  Ketua RT menjalankan amanah kepemimpinan, yakni memutuskan, menjalankan dan mempertanggungjawabkannya.  Dari hasil keputusannya itu, beberapa orang dalam kelompok pertama tidak ikut dengan berbagai alasan termasuk kecewa.  Akhirnya program wisata berjalan lancar dan memuaskan peserta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline