Lihat ke Halaman Asli

Iwan Nugroho

TERVERIFIKASI

Ingin berbagi manfaat

Bersahabat dengan Kegagalan, Belajar dari Ranieri

Diperbarui: 25 Februari 2017   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Claudio Ranieri (www.premierleague.com)

Leicester memang fenomenal.  Musim lalu berhasil menjuarai liga Inggris.  Claudio Ranieri disanjung sebagai pelatih manajer yang sukses menukangi klub yang berhomebase di stadion King Power.  Ia dinobatkan sebagai pelatih terbaik dunia FIFA 2016.

Tapi musim ini (2016/2017) Ranieri gagal total. Hingga pekan ini, Leicester hanya satu strip di atas zona degradasi liga Inggris, dengan nilai 21 atau dua angka di atas Sunderland pada posisi terbawah.  Ujung-ujungnya Ranieri akhirnya dipecat oleh manajemen Leicester. 

Klasemen (www.premierleague.com)

Keputusan ini perlu dibuat untuk mengangkat moril Leicester yang saat ini berjuang di Liga Champion di babak 16 besar, dimana di babak gugur ini pada leg pertama kalah dari Sevilla 2-1.  Pelatih baru diharapkan membawa kemenangan pada laga home pada tanggal 15 Maret 2017.

Liga Inggris memang kejam.  Fenomena pelatih gagal dan dipecat tidak kali ini saja.  Mourinho dan Ancelloti pernah gagal dengan Chelsea. David Moyes dan van Gaal juga dipecat MU.  Mancini juga dipecat oleh Manchester City.

Kegagalan pelatih atau budaya gagal dalam liga Inggris, adalah hal biasa.  Pelatih yang menangani klub besar sudah tahu resiko itu.  Pelatih yang gagal itu kemudian tidak segera hilang dalam kompetisi, kecuali pensiun.  Mereka masih laku dan diminati oleh klub lain, atau di liga negara lain.  Kini mereka kembali melatih, misalnya Mourinho di MU, Moyes di Sunderland, dan Mancini di Inter.

Mengapa kegagalan disebut hal biasa.  Para pelatih itu memang profesional.  Tidak hanya itu, manajemen liga dan klub juga profesional.  Telah terbentuk budaya atau sistem persepakbolaan yang profesional.  Mereka menjunjung tinggi sistem nilai dan sportivitas.  Sepanjang mereka bekerja dalam kerangka etika dan moral, mereka akan dihargai.

Dinamika liga Inggris atau olahraga umumnya; sebenarnya dapat terjadi dalam kehidupan yang lain.  Orang yang berada dalam manajemen atau menjalankan kepemimpinan, setiap saat harus siap untuk berhenti, atau diberhentikan; dengan berbagai sebab atau karena ketentuan.  Bahkan orang awam, bisa saja kehilangan posisi atau berubah profesinya.  Tidak ada yang kekal dalam kehidupan. 

Karena itu, menghadapi kegagalan .. ya biasa saja.  Bahkan kita diminta bersahabat dengan kegagalan, atau berdamai dengan kegagalan.  Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat mengelola kegagalan itu (1).

Jangan baper (bawa perasaan).  Seseorang yang gagal tidak berarti dirinya tidak mampu atau habis sama sekali.  Perasaan kecewa harus dibuang jauh.  Orang bisa gagal karena memang kurang kompeten, belum beruntung, atau belum waktunya.  Karena itu, tidak perlu menyalahkan diri sendiri.  Terus bersemangat, belajar dan terus berjuang.

Abraham Lincoln menjadi presiden saat berusia 52 tahun.  Ia pernah mengalami rangkaian kegagalan, yakni rugi bisnis pada usia 21; gagal menjadi anggota legislatif pada usia 22;  gangguan saraf pada 27; gagal menjadi senator pada usia 45; gagal menjadi Wakil Presiden pada usia 47.

Segera move on.  Orang yang mengalami kegagalan atau keberhasilan jangan terlalu larut.  Di liga Inggris atau Eropa umumnya, seringkali dalam seminggu harus bertanding dua kali.  Ini membuat sebuah tim harus segera beradaptasi untuk menghadapi pertandingan berikutnya.  Don Shula, pelatih tersukses dalam sejarah Super Bowl Amerika, mengijinkan timnya hanya 24 jam larut dalam emosi kemenangan atau kekalahan.  Setelah itu, harus dilupakan untuk bersiap diri dalam jadwal kompetisi berikutnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline