Lihat ke Halaman Asli

Iwan Nugroho

TERVERIFIKASI

Ingin berbagi manfaat

Manajer Profesional vs Manajer Proporsional

Diperbarui: 5 November 2016   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: http://assets.kompaskarier.com/)

Sebuah diskusi membahas keberhasilan seorang manajer yang berhasil mengembangkan usahanya.  Si manajer hadir dalam diskusi itu dan memberikan pengalaman dan suka duka mengembangkan usahanya. Ia dinyatakan berhasil mengembangkan aset dari ribuan kemudian naik hingga miliaran hingga triliunan rupiah.  Karena keberhasilannya itu kemudian ia disebut menjadi manajer profesional.  

Saat menjelaskan, si manajer sukses itu pun cerita datar-datar saja.  Ceritanya biasa saja, tidak seheboh yang disampaikan moderator.  Cerita sang manajer diawali dengan masa kecil, kondisi keterbatasan orangtua, bagaimana ia berusaha membantu kedua orangtuanya.  Saya ini anak petani, wong ndeso kesa keso, katanya.

Saat bercerita memimpin perusahaan, ia menjelaskan yang normatif saja.  Saya ini hanya seorang pekerja, yang berusaha meningkatkan kinerja usaha, mengefisienkan dan menghargai orang-orang di perusahaan.  Saya ini sebenarnya bukan manajer profesional, saya ini pekerja biasa seperti saudara-saudara semua.  Yang profesional itu manajer lulusan MBA atau PhD dari perguruan tinggi Amerika atau negara maju.

Intinya pengalaman yang saya hadapi itu sudah masa lalu, solusi masalah yang saya hadapi relevan di jamannya.  Kalau saya ceritakan kagak cocok lagi dengan kondisi sekarang.  Anda sekarang lebih pintar dibanding saya, katanya kepada peserta diskusi yang kebanyakan pengusaha muda.

Saat presentasi selesai, peserta agaknya merasa tidak puas.  Banyak peserta antusias bertanya ke moderator, minta penjelasan lebih detil dari si manajer.  Akhirnya si manajer berbicara lagi memenuhi para penanya.  Baik saudara, saya cerita prinsip-prinsinya saja.

Pertama, saudara memulai usaha jangan seperti bos, atau bersikap ngeboss.  Saudara harus bisa bekerja seperti karyawan lainnya, mengerti pekerjaan office boy, si tukang AC, si tukang tagih, pemasar dan seluruh hal teknis di bisnis.  Mengapa, agar kenal dengan mereka, tahu rumahnya dimana, gajinya berapa, kesulitan bekerjanya seperti apa.

Kedua, mengefisienkan usaha.  Saudara harus mengerti faktor-faktor yang mengefisienkan usaha.  Dengan saudara kenali tugas-tugas karyawan, lakukan analisis efisiensi.  Identifikasi mana unit kerja yang tidak efisien, tidak mampu, atau tidak berjalan.  Lakukan pembinaan terhadap mereka, kalau tidak bisa dilatih, kalau perlu diganti orangnya, kalau perlu unit kerja atau unit usaha itu ditutup, kalau perlu aset dijual, kalau perlu orangnya dikenai sangsi atau dipecat.  Intinya jangan ragu melakukan perubahan untuk efisiensi dan efektivitas kerja.

Ketiga, jangan menggunakan pendekatan transaksional.  Misal saudara sedikit-sedikit menghire orang untuk melakukan program tertentu.  Itu tidak efisien, tidak mendidik, dan meruntuhkan moral karyawan perusahaan.  Sebaiknya, sering-sering memberi tantangan kepada karyawan untuk mengerjakan sesuatu yang baru.  Beri motivasi bahwa ia bisa memegang kepercayaan, dan perusahaan sedang membutuhkannya.

Keempat, lakukan ekspansi secara hati-hati.  Lakukan analisis terhadap langkah kedua dan ketiga.  Bila saudara melihat faktor internal mampu, antara lain kesiapan kompetensi SDM, keuangan menguat, dukungan karyawan positif, maka boleh lakukan ekspansi hanya pada bidang yang saudara yakini dilandasi hasil analisis.

Kelima, bisnis adalah urusan bisnis.  Bisnis jangan dicampuri urusan koneksi atau nepotisme.  Saya sarankan jangan lakukan bisnis dengan rekanan yang menawarkan koneksi atau nepotisme.  Intinya saudara harus yakin dan percaya diri bahwa bisnis saudara dapat dipercaya, produk dan layanannya berkualitas.  Kalau ada rekanan yang menggoda keyakinan saudara, tinggalkan saja.  Saudara harus kokoh dan yakin bahwa kalau berbisnis dengan niatan ikhlas dan tulus, rejeki akan didatangkan Allah.  Saya paling tidak nyaman berbisnis dengan pemerintah, pejabat atau saudaraya pejabat, kata si manajer itu.

Keenam, saudara adalah pemimpin.  Pemimpin yang sedang bertanggungjawab ngurusi perusahaan.  Jadi saudara sesungguhnya sedang ngurusi dunia.  Sehari-hari yang diurusi dunia.  Tapi ingat saudara tidak boleh kedonyan (dibaca: matre, materialistis).  Kerja keras saudara dari pagi hingga hari berikutnya adalah untuk ibadah.  Kalau di hati sampeyan ada sedikit kedonyan, harus hilangkan.  Saudara harus melihat bahwa manfaat perusahaan adalah untuk karyawan, untuk konsumen dan untuk mendukung pembangunan; bukan untuk saudara pribadi.  Saudara harus berlatih hidup sederhana, jangan pelit, jangan hitung-hitungan.  Saudara harus rendah hati, lembut, tutur katanya sopan, jangan sombong atau egois, jangan mudah tersinggung, lebih menghargai orang, menyenangkan orang, membahagiakan karyawan dan keluarganya, serta menciptakan harmoni sosial.  Itu maknanya saudara harus pelan-pelan belajar menjadi makrifat.  Belajar menjadi makrifat sepanjang hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline